Hari spesial yang ditunggu-tunggu Felliska pun tiba. Hari ini, ia akan mengucap janji suci dengan Davin lalu bersanding di pelaminan. Pukul empat pagi, Felliska sudah bangun dan mandi.Ia luluran dan memakai serangkaian body care. Ia lalu dirias oleh perias pengantin. Make up yang agak tebal pun membubuhi wajah cantiknya.Selanjutnya, ia memakai gaun panjang yang membentuk lekuk tubuhnya jika dipakai. "Akhirnya hari-hari yang ku tunggu tiba. Sebentar lagi, aku akan menjadi nyonya muda Adam." Felliska tersenyum menang.Di lain tempat, Davin bersiap-siap dengan malas-malasan. Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi. Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk."Tuan Davin, saya baru saja mensterilkan dan menyetrika pakaian anda untuk acara pernikahan nanti." Terdengar suara Veti."Masuk!" sahut Davin.Veti pun membuka kamar Davin yang tidak dikunci. Saat masuk ke dalam, ia langsung disambut dengan senyuman menggoda dari Davin. Veti hanya membalasnya dengan tatapan datar.Veti masih tid
Di atas panggung, sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan akad pernikahan tampak menyalami para tamu dengan senyum bahagia. Karina, Alard, dan Aland berjalan depan belakang dengan posisi Aland di depan dan Elard di belakang. Kini Vai sedang digendong Karina atas permintaannya sendiri.Masing-masing dari mereka membawa kado untuk Felliska. Saat Aland menyerahkan sekotak kado berukuran lumayan besar, Felliska langsung menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih banyak, Pak Aland. Semoga segera mendapatkan menantu," ujar Felliska."Terima kasih doanya," balas Aland singkat.Senyuman ramah Felliska berganti senyuman dan tatapan sinis ketika melihat Karina yang baru saja menyalami Davin. Davin tampak terpesona dengan kecantikan Karina hingga menatapnya beberapa saat. Bahkan pundaknya harus ditepuk oleh Elard untuk menyadarkannya dari lamunannya.Karina tersenyum ramah dan menyerahkan sebuah kado kepada Felliska. Felliska menerima kado tersebut lalu mengamatinya sebentar. Dengan s
Sekarang Felliska dan Davin membelakangi semua orang."1… 2… 3…." Semuanya berhitung sampai tiga lalu Felliska melemparkan buket bunganya ke belakang.Terdengar riuh orang-orang yang berseru sambil berusaha menangkap buket bunga itu. Hingga tanpa diduga sebuah tangan lentik dan cantik menangkap bunga itu dengan posisi yang lebih tinggi dari yang lainnya. Wanita itu adalah Karina, ia berhasil menangkap buket bunga tersebut dengan cara digendong oleh Elard.Para tamu bersorak riang dan bersiul. Felliska memperlihatkan raut kecewanya. "Karina lagi, Karina lagi. Kenapa dia seolah menjadi ratu di acara pernikahanku?" Felliska berucap kesal dalam hati.Sama dengan Felliska, Davin pun menunjukkan raut wajah yang kecewa tapi bercampur dengan perasaan tidak suka. Bukan dengan alasan yang sama dengan Felliska, tapi ia masih tidak rela Karina berdekatan bahkan menjalin hubungan dengan pria lain. Davin memang egois dan serakah, ia tidak akan berhenti mengejar sesuatu sebelum mendapatkannya."Aku
"Davin, ayo kita lakukan sekarang!" desak Felliska."Hm, bentar.""Sekarang atau tidak." Felliska berucap dengan nada mengancam.Davin menarik nafas lelah lalu berdiri. Felliska pun tersenyum senang semakin bergelayut manja di lengan Davin. Dari kejauhan, Veti tersenyum senang melihatnya."Silahkan kalian bermesraan dulu. Tapi nanti kalian akan menjerit saat terpeleset dan tertusuk duri mawar," ucap Veti pelan.Sesampainya di kamar pengantin yang telah disiapkan untuk mereka, Davin pun menguncir pintu. Setelah itu, ia segera mencium Felliska dengan agresif. Felliska pun dengan senang hati menerima dan membalas ciuman tersebut.Bagi Felliska, ini adalah permulaan yang baik. Mereka terus berjalan ke arah kasur dengan posisi masih berciuman. Namun naasnya, Felliska terpeleset dan pantatnya terbentur lantai dengan sangat keras. "Aw," pekik Felliska.Davin yang kaget pun segera membantu Felliska berdiri. Felliska meraba-raba pantatnya untuk menghilangkan rasa sakit. Namun yang ia dapati ma
Setelah menghabiskan malam pertama, keesokan harinya Davin dan Felliska langsung pulang ke mansion keluarga Adam untuk mengemasi pakaian dan barang-barang Davin. Mereka akan pindah ke rumah baru yang dihadiahkan oleh Prapto sesuai janjinya yang akan memberikan rumah mewah dan anak perusahaannya kepada Davin jika Davin mau menikah dengan Felliska. Mobil mewah Davin pun terparkir di halaman mansion keluarga Adam lalu mereka berdua turun dari mobil.Mereka pun memasuki mansion keluarga Adam. Agatha dan Aurel yang melihat kondisi Felliska penuh luka pun memekik kaget. "Ya ampun, Felliska. Kenapa kamu bisa seperti ini?" Agatha bertanya dengan nada panik dan terkejut sambil memindai tubuh Felliska."Ada orang iseng dan iri yang menabur duri mawar di atas kasur tempat aku dan Davin akan bermalam setelah pesta pernikahan. Tapi untungnya aku udah gak apa-apa," jawab Felliska."Kalau Mami tahu siapa orang itu bakal Mami ulek-ulek jadi sambal," ujar Agatha yang membuat Veti meneguk ludahnya send
"Tuan Davin, mau aku bantu?" Veti bertanya gugup dengan posisi berdiri di ambang pintu kamar Davin.Terlihat Davin sedang mengemasi pakaiannya. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Veti pun kembali berucap, "Ya sudah, aku bantu saja, ya?"Veti mendekat lalu melipat pakaian-pakaian yang berantakan di atas kasur. Kemungkinan Davin mengambil pakaian yang digantung di dalam lemari lalu menggeletakkannya begitu saja di atas kasur. Sementara Veti melipat pakaian dan menatanya di koper, Davin pun menata barang-barang pribadinya yaitu dompet, dokumen pribadi seperti akta kelahiran dan KTP, dokumen-dokumen pekerjaan, dan laptop.Dua puluh menit kemudian, semuanya sudah selesai ditata. Davin pun menyerahkan koper dan tasnya kepada anak buahnya. Davin memang memiliki tiga anak buah yang dipekerjakan Prapto untuknya.Saat Davin hendak pergi, Veti mencekal tangannya. "Maaf kalau aku lancang. Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu. Maaf kemarin aku telah kurang ajar merusak malam pertama kalian. A
"Jadi sudah sepakat ini temanya persegi dan hitam?" tanya Karen sambil melihat buku catatannya."Iya, tambahin juga balon warna hitam putih di sisi panggung. Jangan lupa pola perseginya berwarna putih, jadinya bagus. Temanya persegi, hitam, dan putih," sahut Aurel."Oke, udah deal, ya?"Aurel mengangguk singkat."Dari dulu dia emang suka persegi sama warna hitam putih. Bahkan waktu sekolah dulu koleksi tasnya 'kan banyak tapi warnanya hitam putih semua," celetuk Rey.Karen tersenyum kecut. "Kayaknya kamu tahu banyak hal tentang Aurel, ya.""Iya, hampir semuanya tentang dia aku tahu," ucap Rey sambil melirik Aurel.Aurel hanya diam saja sambil melihat layar ponselnya. Jika dulu ia akan berbunga-bunga dan tersenyum saat Rey mengatakan hal romantis semacam tadi, kini ia bahkan terlihat tidak tertarik untuk masuk ke obrolan. Rey pun merasa kecewa dan seketika murung.Karen yang sadar akan perubahan Rey pun berkata, "Eh, aku kemarin pergi ke Zlair butik untuk lihat-lihat model-model gaun r
Karina menekan tombol flash saat selesai buang hajat. Ia pun membersihkan diri dan membenarkan pakaiannya, tak lupa ia mengambil ponselnya yang berada di atas rak dan memasukkannya ke dalam sakunya. Tangan Karina yang terulur untuk membuka pintu mengambang di udara.Ia mendengar suara cekikikan beberapa wanita."Rasain, setelah sekian lama kembali bekerja di sini baru satu hari udah ku bikin kena masalah dia." Rupanya itu adalah suara Marta."Kamu memang hebat, tapi kamu mainnya kurang rapi aja. Besok-besok kita harus bikin dia ketar-ketir kena banyak masalah terus kapok bekerja di sini." Sahutan itu adalah Veti.Karina mengernyit. Apa maksud pembicaraan Marta dan Veti? Sepertinya ini penting, maka dari itu Karina mengambil ponselnya dari dalam saku lalu menghidupkan rekaman suara."Ini 'kan baru permulaan, gak apa-apa lah main-main dulu," ucap Marta."Iya. Aku salut sama kamu udah berhasil bikin hubungan Nona Aurel dan Tuan Andrew renggang. Aku juga ingin membuat hubungan Tuan Davin