Semua Bab ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI: Bab 11 - Bab 20

30 Bab

bab 11. Gugatan Cerai dari Naimah

Flash back on."Jadi anaknya Titin itu adalah anaknya Dimas?" tanya Naimah kaget. "Saya mendengar nya sih seperti itu. Tapi ada kemungkinan kalau bukan sih.""Maksudnya?" "Ya mungkin saja Dimas memang sudah memberikan uang itu pada Titin. Dan mungkin juga Titin sudah menggugurkan kandungannya. Sehingga bayi dalam kandungannya itu benar anaknya mas Larsono."Naimah menghela nafas. "Kenapa mbak Lisa mengatakan hal ini pada saya? Sebenarnya urusan mantan suami saya, bukan urusan saya lagi.""Saya hanya berempati padamu, Mbak Nai. Saya juga membenci pelakor. Saya tidak suka dengan para pelakor yang seenaknya merebut suami orang. Karena itu saya dukung mbak Naimah untuk mencari keadilan. Dan pertama-tama yang bisa dilakukan adalah menghancurkan hati mantan suami dengan mengatakan anaknya bukan anak kandungnya.""Lalu merebut segala aset?" tanya Naimah tertawa. Lisa ikut tertawa. "Seperti nya kita banyak menonton film ikan terbang, Mbak. Tapi terima kasih sekali atas informasi dan sara
Baca selengkapnya

bab 12. Rencana Menculik

"Buk! Mam pus. Kiamat ini!" seru Larsono sambil mengusap keringatnya yang mulai berjatuhan sebesar biji jagung. "Kenapa? Semua baik-baik saja kan?" tanya ibunya khawatir. "Temanku tidak mau mengurusi masalah ini." Larsono menatap lemah ke arah ibunya. "Ada apa?" tanya Titin mendekat. Larsono hanya terdiam tapi dia memberikan surat dari pengadilan yang dibawanya. "Apa? Tidak mungkin! Mas, kita harus melawan kan?" tanya Titin. Wajahnya yang penuh make up, pias."Ya. Tentu saja kita harus melawan. Tapi bagaimana caranya kalau pengacaraku saja tidak mau membantu?"Titin terdiam sejenak. "Kalau begitu biar aku yang ke rumah Mbak Naimah nanti!" cetus Titin mantap. "Emang kamu mau ngapain di rumah kakak kamu?""Mas lihat saja nanti. Yang jelas, sekarang kita harus melanjutkan rencana pernikahan ini.""Ya dong. Ini kan kita sedang menunggu tamu yang diundang dan kedatangan penghulunya.""Tapi kenapa mereka nggak datang-datang sih, Mas? Apa mereka tidak mau datang di acara ini?" tanya T
Baca selengkapnya

bab 13. Sah Bercerai

"Apa-apaan ini, Mas?" tanya Naimah yang baru saja datang ke kantor polisi. Matanya galak menyapu Titin dan mantan suaminya. "Kamu yang apa-apaan? Kenapa aku nggak boleh ketemuan sama anak sendiri?" tanya Larsono ikut nyolot. "Lha, siapa yang ngelarang? Aku nggak pernah melarang kamu untuk bertemu dengan Danang?""Tapi kamu memaksa membawa Danang, padahal hak asuh anak kan jatuh padaku?"Naimah mendelik. Jika tidak ingat ada di kantor polisi, dia sudah mencakar Larsono yang tidak tahu malu. "Kamu gi la, Mas? Kamu telah menipuku, kamu telah mengurus cerai ghaib diam-diam dan dengan semena-mena mengurus KK baru.Aku yakin kamu hendak membawa Danang karena kamu berharap aku akan menghentikan niatku untuk membawa kasus harta gono-gini kita ke pengadilan agama kan?" "Heh, apa katamu? Sembarangan kalau bicara!" "Ehem! Tunggu! Sepertinya masalah ini adalah masalah keluarga. Kalau bisa selesaikan lah dengan damai. Secara kekeluargaan," ucap salah satu polisi berbadan kekar yang duduk di
Baca selengkapnya

bab 14. Mulai Cekcok

Larsono mendelik. "Apa? Ini nggak adil, pak hakim! Memang modalnya milik mantan istri saya! Tapi kan saya yang berusaha dan mengoperasikannya?" tanya Larsono bersikeras. Dia berdiri dan berkacak pinggang di depan para hakim.Tapi hakim di hadapannya sudah memberikan tanda pada Larsono untuk segera keluar ruangan. "Jangan membuat kerusuhan di sini. Silakan keluar karena persidangan kasus bapak sudah selesai," tandas hakim di hadapan Larsono tegas. Larsono menggebrak meja sebelum akhirnya berdiri dan bersungut-sungut keluar ruangan. "Aku tidak terima! Kamu pasti sudah menyuap hakim kan?" tanya Larsono mendekat ke arah Naimah. Naimah mendelik. Namun saat dia hendak menanggapi ucapan Larsono, pengacara nya menatap tajam ke arah Larsono."Hati-hati kalau bicara. Sembarangan bicara bisa terkena pasal pencemaran nama baik. Apalagi bapak tidak mempunyai bukti untuk menuduh klien saya. Kalau bapak keberatan dengan keputusan ini, bapak bisa mengajukan banding ke pengadilan negeri." Suara pe
Baca selengkapnya

bab 15. Nyaris dibegal

l"Berhenti! Serahkan motor, dompet dan hp kamu kalau mau selamat!"Naimah turun dari motor lalu mengangkat tangannya. "Serahkan tas, motor, dompet, dan hp!" ulang orang bermasker itu. Naimah terdiam. Tidak melawan dan tidak menurut perintah orang bertopeng itu. "Heh! Kok diam saja! Ayo serahkan!" Lelaki itu mengarahkan parang di tangannya ke arah Naimah. Naimah menelan ludah. Rasa ngeri menjalari Badan Naimah gemetar dan jantungnya berdebar kencang melihat kilat yang dipantulkan oleh parang yang terkena cahaya matahari. "Ck!"Lelaki itu berdecak. Lalu dengan kasar menarik tas selempang yang tersampir di bahu Naimah. Naimah menarik tali tasnya. Dengan mendelik, dia berteriak minta tolong. "Tolong! Tolong!"Lelaki Itu mendelik dan menatap tajam pada Naimah. "Diam kamu! Atau saya bu nuh!"Lelaki itu menarik tali tas milik Naimah. Sedangkan Naimah berusaha mempertahankannya. Dengan menahan rasa ngeri dan isak tangis, Naimah berusaha mempertahankan tasnya. "Lepas tas kamu! Atau ny
Baca selengkapnya

bab 16. Calon Suami Baru

"Ya, saya calonnya. Calon pembeli toko ini sekaligus calon pengganti bapaknya Danang," sahut Putra dengan tegas membuat semua yang ada di sekitar warung itu tercengang. Mulut Titin dan Larsono bahkan sampai terbuka lebar. "Apa maksudmu ..,"Ucapan Naimah terputus karena lirikan dan senyuman Putra. Naimah menghela nafas. 'Aku memang tidak paham apa maksud dari mas Putra. Tapi lebih baik aku iyakan saja ajakan mas Putra. Hitung-hitung membuat Mas Larsono dan Titin kepo. Pasti mereka tidak menyangka aku bisa mendapat ganti calon suami secepat ini.'"Ya, kalian nanti pasti akan kami undang kalau kami menikah," cetus Naimah. Titin menatap wajah Putra yang mirip dengan oppa Korea itu dengan penuh rasa iri. "Mas siapa nama calon kamu, Mbak?""Putra. Nama saya Putra," sahut Putra dengan gaya kharismarik. "Hm, Mas Putra nggak salah milih kakak saya? Kakak saya ini mantan TKW lho. Dan janda lagi. Lebih baik milih yang gadis kan banyak."Putra mengulas senyum. "Hm, memang apa salahnya deng
Baca selengkapnya

bab 17. Rencana Larsono Ketahuan

"Kami dari dealer Mekarwangi. Apa bapak Larsono ada? Sudah tiga bulan beliau belum membayar cicilan mobil. Kami datangi ke alamatnya yang lama, katanya sudah pindah kemari. Kalau sampai bulan ini belum membayar cicilan, mobilnya akan kami bawa lagi!" tukas salah seorang tamu lelaki yang mendatangi rumah Titin malam itu, membuat Titin tercengang. "Mas, mas Larsono! Mas! Ini ada orang dealer!""Ck! Duh, masalah lagi!"Larsono segera keluar dari kamar lalu menuju ke ruang tamu. Memasang muka paling ramah. "Masuk dulu mas, mas."Ketiga orang dari dealer itu berpandangan lalu masuk ke dalam rumah Larsono. "Tin, bikinkan minum untuk bapak-bapak ini," ucap Larsono setelah mereka duduk di sofa ruang tamu."Tidak perlu. Kami tidak lama. Kami hanya ingin bicara sebentar.Kredit mobil Bapak Larsono macet. Saat dihubungi via telepon, tidak pernah direspon. Sudah tiga bulan ini belum membayar. Sebaiknya bapak bayar, atau mobilnya kami ambil lagi.""Wah, sabar dulu. Jangan main ambil, Mas. Saya
Baca selengkapnya

bab 18. Syarat dari Naimah

Naimah seketika mendelik dan teringat peristiwa mengerikan itu. "Jadi begal yang waktu itu suruhan mas Larsono?" desisnya lirih."Begal apa?" bisik Putra bingung. "Nanti aku ceritain.""Kenapa kita nggak langsung masuk dan menangkap basah mereka?""Tunggu dulu, Mas Putra. Aku ingin tahu jawaban mas Larsono pada lelaki itu."Dalam hati Naimah masih berharap bahwa Larsono menolak tuduhan itu. Bahwa Larsono yang menolongnya itu adalah kebetulan saja bukan disengaja ada niat khusus untuk menjebaknya entah untuk maksud apa."Tenang, pak Adi. Saya akan membayarnya. Tidak perlu marah-marah seperti itu."Naimah dan Putra masih menguping di teras rumah Larsono. "Mas, aku akan merekam video mereka dulu. Nanti aku jelaskan padamu apa yang telah dilakukan mas Larsono padaku."Putra hanya mengangguk dan melihat Naimah merekam pembicaraan Larsono dan tamunya dari ventilasi ruang tamu. "Ck, kapan tepatnya bapak bisa membayar saya? Yang jelas Pak. Yang kita lakukan itu termasuk hal kriminal lho ka
Baca selengkapnya

bab 19. Keributan di Kafe Naimah

Naimah tersenyum lalu meletakkan ponselnya di dalam saku. Dia berdiri dari kursi di ruang tengah lalu mematikan televisi. Sejenak berdiri dan merenggangkan otot badannya ke kanan dan ke kiri. "Duh, Danang belum pulang ya dari rumah Bu Joko? Seneng banget mainnya di sana. Mending aku susul saja kesana."Naimah berjalan menuju rumah Bu Joko dan tampak Danang sedang bermain bersama beberapa anak lainnya di halaman rumah. "Lho, Ibu juga mau main ke sini?" tanya Danang. "Iya. Asyik bener mainnya. Main apaan sih?""Main masak-masakan."Naimah tertawa lalu berjongkok di samping lima anak yang sedang bermain di sana. "Wah, boleh juga laki-laki main masak-masakan. Banyak kan penjual nasi goreng yang laki-laki?"Danang mengangguk lalu Naimah mengelus kepala Danang. Naimah lalu mengalihkan pandangannya ke arah Doni, anak Bu Joko."Ibumu ada, Don?""Ada Bu, di dalam rumah."Naimah tersenyum lalu berdiri dan berjalan menuju ke pintu masuk rumah bu Joko. Tepat pada saat itu, sang empunya rumah k
Baca selengkapnya

bab 20. Dalang Utama

Beberapa bulan sebelumnya,"Mas, mana uang bagian tanahku?" tanya Titin saat Larsono menghitung uang yang diperolehnya dari penjualan toko dan mobil. Larsono melirik Titin sekilas. Lalu meletakkan uangnya lagi. Ditatapnya wajah Titin. "Nggak ada."Mata Titin membulat. "Lho, kok bisa?""Ya biasalah. Naimah memergoki ku menyuruh orang untuk pura-pura menjadi begal dan merampok nya. Dan aku yang pura-pura jadi penolong nya agar dia merasa berutang budi padaku. Tapi setelah Naimah tahu, dia mengancamku untuk membagi toko dan mobil itu secara adil menjadi dua bagian tanpa tanah bagian kamu. Atau dia akan melaporkan ku ke polisi karena dia mempunyai rekaman percakapan antara aku dengan orang yang kusuruh menghadangnya.""Ck, padahal aku ingin belanja, Mas. Kalau begitu aku ingin meminta uang padamu saja. Kamu kan belum mengembalikan emas ku yang kamu jadikan jaminan pada begal palsu itu.""Duh, Tin! Kamu kok matre banget sih. Baru saja dipinjam tiga hari sudah perhitungan.""Ya iyalah. J
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status