“Selamat datang, di Istanbul. Kami menyambut anda, Nyonya Adina.” Seorang gadis muda degan baju warna hitam dan hijab warna cream tersenyum dan mengulurkan tangan padaku. Aku menjabat tangannya dengan senyuman ramah. Ini adalah hari pertama aku tiba di Istanbul untuk memimpin rombongan mahasiswa yang akan melakukan pertukaran pelajar. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya aku setuju untuk pergi. Marissa benar, aku perlu berlibur dan memiliki waktu untuk diriku sendiri. Setelah aku kembali ke Indonesia nanti, ‘perang besar’ telah menanti. Tugas mengantar mahasiswa ini kujadikan ajang untuk menyegarkan diri. Sementara Anaya dan Mbak Pia berada di bawah pengawasan orang tua Marissa. Mereka menyambut Anaya dengan gembira. Dalam hitungan menit, Anaya bahkan telah akrab dengan keluarga Marissa. Perjalanan ini bisa kulakukan dengan tenang. Istanbul, lebih dari tujuh tahun lalu ketika aku terakhir kali mengunjunginya. Sejak menikah dengan Fattan, aku tidak pernah berlibur sendiri atau bersa
Read more