Home / Urban / Kubuat Mantan Suamiku Menyesal / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Kubuat Mantan Suamiku Menyesal: Chapter 151 - Chapter 160

239 Chapters

Topeng Karen

”Hi, Dina. Senang bisa membantumu dan aku mendapatkan liburan gratis.” Andre tiba-tiba berdiri dari tempat dia duduk dan mengambil posisi di belakangku. Itu adalah panggilan video. “Jadi, Mario Sanjaya adalah temanmu?” “Kenapa? Kau terkejut? Untuk orang-orang yang baru kau kenal atau bahkan sudah kau kenal. Kau tidak pernah tahu sebesar apa lingkaran mereka.” Karen semakin gelisah di tempat duduknya. Aku melirik sekilas dengan sudut mata untuk mengklaim kemenanganku. Sebelum menyelesaikan pembicaraan dengan Mario. “Semua memberitakan hal ini. Bahkan berita entertainment menelan semua dengan lahap.” “Kau luar biasa, Mario. Popularitasmu tidak bisa diragukan. Semua berita itu adalah tentangmu dan nama Summer Hotel hanya menumpang kata untuk ikut terkenal.” “Kau tahu, teman-teman artis dan pejabat yang kukenal mencari informasi tentang hotel itu. Hotel dengan privasi dan keamanan tinggi sampai-sampai aku bisa bersembunyi di dalamnya dengan aman.” “Terdengar seperti omong kosong. K
Read more

Tentang Masa Lalu

”Apa… apa maksudmu?” Kenapa Andre menjadi sangat mengerikan di depanku. Rasanya aku ingin menghilang dan menenggelamkan diriku ke dasar bumi. Dia menyebut namaku dengan lengkap. Adina El Khairi. Apakah itu artinya…. Dan dia mengabaikan pertanyaan juga tatapan mataku. Wajahnya begitu dingin dan berkabut. Tanpa sepatah kata dia pergi meninggalkan ruang meeting. Langkahnya panjang dan cepat untuk menuju ke ruangannya. Aku mengikuti dari belakang dengan sedikit berlari. Beberapa karyawan melihat kami tanpa ada yang berani mengarahkan pandangan. Dalam hatiku mengumpat Andre. Dia memperlakukanku seperti aku sekretaris yang harus mengikutinya. Dia mungkin lupa bahwa aku baru saja mengungkap fakta besar tentang perusahaannya. Kemenanganku beberapa waktu lalu seketika menghilang. Andre duduk di kursi besarnya dan aku tiba beberapa detik kemudian dengan nafas terengah. “Bisa nggak kalau jalan itu pelan-pelan?” ujarku kesal. “Aku tidak menyuruhmu untuk menyamai langkahku. Kau bisa berjalan
Read more

Aku Penjahatnya

”Aku….” Sial! Aku merasa seperti tikus kecil yang sedang masuk dalam perangkap seseorang. Tidak ada jalan keluar! “Kau mau mengakuinya atau kau mau aku yang mengatakan padamu? Membukamu di sini?” Apakah aku terlalu lama melamun dalam lamunan? Sehingga aku bahkan tidak sadar jika Andre sudah berdiri di belakangku. Dia membungkuk dan wajahnya tepat di samping wajahku. Kulit pipiku bahkan bisa merasakan hangat nafas yang keluar dari tenggorkannya. Andai aku menoleh sedikit saja, hidungku pasti bersentuhan dengan hidungnya. Aku bisa merasakan bahwa ada senyum sinis di wajah Andre. Mataku menatap lurus ke depan. Mengalihkan pikiran bahwa aku gugup. Dengan pertanyaannya dan juga dengan sikapnya. Tuhan! Ini terlalu dekat! Beberapa detik aku terlempar jauh dari kenyataan untuk kemudian kembali dengan pikiran bingung. Ok, waktunya mengatur nafas! Tarik… hembuskan dan... tetap tenang. Bukankah ini hanya gertakan? Andre mungkin tidak akan membicarakan sesuatu yang aku pikirkan. “Apa… apa mak
Read more

Sang Mantan Istri

”Jika kau berniat seperti itu, maka sejak beberapa bulan lalu, Summer hotel pasti sudah tenggelam ke dasar bumi.” Andre memaksa membenarkan pendapatnya. Aku melipat kedua tangan di dada. Semoga ini cukup menguatkan diriku sendiri. Jantungku berlompatan di dalam sana demi berhadapan dengan pesona Andre. Apakah pria ini telah mengisi sesuatu dalam diriku yang kosong setelah kepergian Fattan? Ini bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tunggu! Aku tidak boleh tergesa menarik kesimpulan. Aku butuh waktu dan ini bukan tujuanku datang ke Bali. Bertemu Andre hanyalah sebuah kebetulan yang menarikku dari lubang kesedihan. Bukan untuk masuk ke lubang lainnya. Walau aku tidak bisa memungkiri fakta bahwa Andre sangatlah, menarik! Ketika kami berdiri berhadapan, mungkin saat itu sebenarnya aku bahkan tidak bernafas. “Aku akan pergi. Aku tidak bisa tinggal pada sesuatu yang masih berada di masa lau. Namun sebelum itu, masih ada satu hal yang harus kita bereskan,” tegasku. “Siapa yang tertinggal di
Read more

Membawa Peter Pada Kekalahan

”Duduklah dengan tenang, Tuan Peter,” ujarku pada Peter ketika kami berada di ruang VVIP restaurant milik Orchid Hotel. “Terima kasih, Nyonya Adina. Aku harus minta maaf padamu atas….” “Tunggu! Kita belum akan membicarakan apa pun sampai semua orang yang harus hadir datang ke ruangan ini.” Peter menelan lagi kata-kata yang nyaris meluncur dari mulutnya. Pria berwajah Tionghoa dengan tubuh tambun itu mendadak diam. Sebelum gala dinner para pengusaha pariwisata di Bali, aku sengaja mengundangnya untuk makan malam. Undangan yang tentu tidak akan Peter terima dengan senang hati. Kekalahn sudah di depan mata. Ini akan jadi penyesalan terparah dalam hidup Peter. Di mana dia mempertaruhkan setengah saham perusahaannya hanya untuk menyatakan kebodohanku. Sekarang, di sini Peter akan berhadapan dengan kekalahannya sendiri. Bahwa kekuatan alam dan keajaiban tidak bisa begitu saja dia remehkan. Pria ini beberapa kali mencoba menghubungiku setelah laporan keuangan Summer Hotel di publish seca
Read more

Kekalahan Taruhan

”Hi, selamat datang. Masuklah, kami semua sudah menunggumu.” Nauri menjadi orang pertama yang berdiri spontan dan tampak terkejut. Matanya melebar, bibirnya bergetar dan tampak sangat gugup. Andre sedikit menarik tangannya agar kembali duduk. Perbuatannya bisa membuat orang berpikir bahwa dia sedang menunjukkan kekaguman yang berlebihan. Sikap yang bisa saja membuat seseorang tersanjung atau tersinggung. Namun Nauri menolak dan terus memandang ke arah pria yang baru masuk ke ruangan. Memang dia tampan dan sikap Nauri mengakomodir semua pengakuan tentang hal itu. Nauri masih mencoba menyapa pria itu walau dia terkepung dalam kegugupan. Seolah menyapa pria itu menjadi hal yang harus dia lakukan. Penting dan sekarang! “Tara, bagaimana kau bisa berada di sini?” “Apa aku mengenalmu?” Tara balik bertanya. “Oh, maaf, Tuan Tara. Aku Nauri. Salah satu model dari Singapura. Waktu itu kita pernah berjumpa dalam sebuah private party.” Mata Tara memindai Nauri dari atas ke bawah. Dia mencob
Read more

Mengusir Peter

”Apa maksudmu? Taruhan ini aadalah antara aku dan Peter.” Aku melihat sengit karena Andre membuat Tara harus berhenti berbicara. Aku yakin, Tara sudah memutuskan sesuatu untuk memberi Peter pelajaran. “Kau benar. Tapi, yang gunakan untuk taruhan adala hotelku, Adina. Kau mungkin lupa itu. Dan aku ingin semua taruhan ini dibatalkan.” “Apa?!” Aku, Tara dan Peter berteriak bersamaan. Wajah Tara tampak tenang setelah sebuah kejutan. Sementara Peter terlihat sangat lega. Bagaimana tidak, dia nyaris kehilangan setengah bisnisnya hanya karena sebuah taruhan konyol itu. Taruhan yang dia mulai untuk merendahkanku di depan semua orang. Sebuah taruhan yang digunakan Peter untuk membuktikan bahwa posisi seorang yang renda bisa ditebak dengan mudah. Seolah dunia dalam genggamannya. Dia percaya bahwa instict bisnisnya tidak pernah salah dalam menilai seseorang. Hingga akhirnya dia kehilangan semua kepercayaan itu. Kata-kata Andre membuatku kecewa. Aku sudah memenangkan taruhanku dan meletakkan
Read more

Pernyataan Cinta

”Kau punya hubungan dengan Adina?” Nauri melebarkan matanya ke arah Andre. “Aku punya hubungan dengan semua orang,” jawab Andre tenang. “Tunggu! Kita perlu penjelasan dalam hal ini.” Nauri melebarkan mata. “Saya pun menunggu penjelasan, Nyonya Andre.” Wajah Nauri tertekuk karena panggilan itu. Mungkin sebenarnya Nauri tidak menginginkan panggilan itu. Atau setidaknya tidak oleh Tara. Ada sebuah keinginan dalam diri Nauri untuk memenangkan hati Tara. Itu terlihat jelas di wajahnya. Beberapa kali aku melihat Nauri mencuri pandang pada Tara. Pertemuan sebelumnya yang terjadi di Singapura tampaknya sangat berkesan bagi Nauri. Tapi, sama sekali tidak untuk Tara. Terbukti bahwa Nauri bisa mengingat Tara dengan jelas tapi Tara sama sekali tidak bisa mengingat Nauri. Entahlah. Tatapan tajam Tara bergeser dari Nauri kepada Andre. “Orang-orangku sudah memberikan laporan tentang kedekatan kalian. Dengar, Andre, bagaimana pun aku tidak akan mengijinkan seseorang menyakiti Adina. Dia sudah c
Read more

Memulai Hubungan

“Aku… Aku rasa tidak sekarang. Bukankah ini terlalu rumit? Saat Nauri bahkan masih berstatus sebagai istrimu.” “Ini hanya masalah waktu dan hukum dua negara. Kami sudah lama berpisah.” “Tetap saja secara legal semua aturan masih berlaku.” “Baiklah, aku akan menyelesaikan perceraian ini segera. Setidaknya berikan aku jawaban. Apakah kau bisa mencintaiku?” Suasana berubah menjadi lucu dalam benakku. Ini seperti cerita anak SMA yang sedang menunggu pernyataan dan jawaban atas cinta. Tentu saja aku tidak lagi lugu. Nyaris tiga puluh tahun. Itu bukan usia muda untuk sekedar bahagia dan berbunga dengan cinta. Usia memang sekedar angka, tapi itu juga sebuah pemikiran. Bukan lagi sebuah kata-kata manis, tapi juga hal yang realistis. Mengulik lagi apa tujuan yang sebenarnya dan akan dibawa ke mana untuk siapa. Ini penting untuk menentukan apakah dia orang yang kuinginkan atau sekedar kukagumi. Jika satu pelajaran tidak cukup dalam hidup, maka hidup akan memberimu pelajarn berikutnya. Begi
Read more

Tua Dalam Kesepian

“Apakah Nadine lupa menyalakan lampu sebelum dia pergi kerja?” tanyaku melihat ke arah rumah besar itu. “Tidak mungkin. Bukankah Nadine selalu berangkat kerja malam hari?” Andre melepaskan sitbelt dan mematikan mesin mobil. Wajahnya tegang. Bukan hanya dia tapi juga aku. Kami merasakan sesuatu yang ganjil. Ini bahkan lebih sepi dari biasanya. “Tetap di belakangku. Aku akan memeriksa ke dalam rumah. Terdengar suara tv menyala. Apakah Nadine ada di dalam rumah?” Andre menepiskan tangan memberiku kode agar berjalan di belakangnya. “Gelap-gelapan?” aku meragukan pertanyaan Andre. Perlahan Andre mendekati pintu rumah Nadine dan mendorong kenop pintu. Tidak terkunci! Lalu membukanya perlahan. Suara televisi semakin jelas terdengar. Cahaya dari layar perlahan menyambut bayangan kami yang mulai melangkah ke dalam rumah. Mata Andre menyipit dan meminta ke seluruh ruangan. Dia mencoba untuk menemukan sesuatu. Sampai kemudian matanya berhenti pada sebuah sofa yang menghaap televisi. Dari
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status