Beranda / Romansa / Nabrak Jodoh / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Nabrak Jodoh: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

81. Kedatangan Naura

Seulas senyum terukir di wajah Naura begitu Radit mengenalinya. Radit terdiam sejenak, tapi bukan terpana oleh kemolekan Naura. Ia hanya bertanya-tanya untuk apa mantan istrinya datang kemari."Apa kabar Mas?" tanya Naura tanpa ada niat untuk berbasa-basi dengan perempuan yang berdiri di belakang Radit.Mila yang sekarang tengah berdiri di belakang Radit sambil menggendong Kinan pun mulai merasa tidak enak. Ada perasaan was-was yang membuatnya tidak nyaman. Seolah firasat akan terjadi sesuatu tak baik setelah ini.Saat itulah ia bertanya dalam hati siapa sebenarnya wanita yang bersama dengan Radit. Apakah dia mantan istri Radit, dan apa keperluannya kemari? Mungkinkah wanita itu ingin kembali menjalin hubungan dengan Radit.Sejenak ia melirik ke arah Naura. Wanita itu begitu elegan dan tampak dewasa. Pakaiannya begitu bagus dan berkelas, tidak seperti dirinya yang berpakaian ala rumahan dan menggendong seorang bayi. Sungguh Mila berkecil hati jika dibandingkan dengan wanita itu."Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

82. Pembuktian Radit

Ketukan di pintu kamar Mila semakin keras, ia tahu pasti calon suaminya yang mengetuk dan berniat memberikan penjelasan untuknya. Sesungguhnya ia enggan untuk membuka pintu, karena ingin menenangkan diri. Saat ini hatinya sedang kacau karena kejadian di teras rumah tadi.Berulang kali Mila meremas bantal tidurnya sebagai pelampiasan emosi. Kadang-kadang ia pun bergumam mengungkapkan perasaanya. “Ish apa sih maunya mbak Naura gangguin Mas Radit lagi.”“Mila … tolong buka pintunya, Mas mau ngomong!” panggil Radit dari balik pintu kamar.Mila masih bergeming dan duduk di posisinya. Ia menatap wajah Kinan yang sekarang sedang menatap ke arahnya. Wajah Kinan tidak terlihat bahagia, datar saja. Mungkin saja bayi itu tahu kalau situasi hati ibunya sedang tidak baik-baik saja.“Mila, bisa tolong buka pintunya sebentar?” Radit kembali mengulangi.Malas sekali bagi Mila untuk membuka pintu, tapi di sisi lain ia juga penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Naura. Mau tak mau ia pun bangkit dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-05
Baca selengkapnya

83. Kamu Harus Kuat!

Perlahan Naura meninggalkan halaman rumah Radit dan menunggu taksi online yang sudah ia pesan. Bungkusan makanan masih berada di dalam kantong plastik, dan sama sekali tidak tersentuh oleh Radit. Jangankan disentuh, mengantar Naura ke pintu pagar saja tidak.Raut wajah perempuan berdagu belah itu diliputi kesedihan. Sekuat tenanga ia menahan diri untuk tidak menangis.Sambil duduk dalam taksi online, Naura pun terus saja memaki dalam hatinya. Sepertinya tujuannya kemari sia-sia. Tak ada gunanya berdandan dengan make up tebal dan bangun pagi-pagi untuk mengantri nasi uduk kesukaan Radit.Semuanya sia-sia. Kedatangannya ditolak mentah-mentah, dan saat ini hati Radit sudah terkunci rapat untuknya. Yang lebih menyakitkan lagi, Radit sudah memiliki penggantinya yang menurut Naura tidak selevel dengan dirinya.“Sudah sampai Bu,” kata driver taksi online sambil menoleh ke arah belakang.Naura pun me ngeluarkan selembar uang berwarna biru dan memberikannya pada driver. “Kembalinya bawa aja, M
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-06
Baca selengkapnya

84. Gosip di Kantor

Naura sedang berjalan menuju kubikelnya sambil membawa beberapa dokumen. Tiba-tiba saja pandangannya menjadi gelap dan kepalanya berputar-putar.“Ah apa yang terjadi ini, “ gumamnya sendirian sambil merasakan lemas pada lututnya.Bruk! Seketika ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dokumen yang ia bawa berserakan di lantai. Naura pingsan! Insiden kali ini membuat semua rekan seprofesinya pun menghentikan aktivitas dan menoleh ke arah Naura.“Cepat! Cepat! Semuanya tolong Naura!” teriak salah seorang dari rekan kerjanya.Salah satu dari mereka memeriksa nadi Naura, dan merasa kalau pergerakan nadinya sangat lemah. Tubuh Naura mulai dingin dan berkeringat.“Sepertinya kita harus membawa ke rumah sakit!” ucap salah seorang dari mereka.Tubuh Naura yang ramping pun digotong oleh beberapa pekerja pria dan mengantarnya menuju mobil. Tampak dua pekerja pria dan seorang pekerja wanita mengantar Naura ke rumah sakit terdekat lantaran melihat kondisi Naura yang tak sadarkan diri.“Kamu kok b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

85. Terhina

“Bu Naura, Ibu dipanggil ke ruangan personalia,” kata salah satu rekan kerja Naura di saat ia sedang mengerjakan laporan yang sempat tertunda.“Saya? Ada apa ya?” tanya Naura tidak mengerti.Rekan kerjanya hanya mengangkat bahu. Sejak ia tiba di kantor hari ini, dia merasakan banyak sekali ketidaknyamanan. Situasi kantor telah berubah, tak lagi ramah terhadap dirinya.Naura pun berpikir apakah mungkin alasannya dipanggil HRD karena masalah gosip yang beredar di kantor kali ini? Kalau memang demikian berarti nasibnya benar-benar sial.Naura tak ingin menuduh ataupun menegur siapa yang telah menyebarkan gosip ini. Bagaimanapun juga insiden itu terjadi di kantor dan beberapa waktu yang lalu. Teman kerjanya juga yang membawanya ke rumah sakit dan berbicara dengan dokter yang menanganinya.Mereka juga yang mengurus administrasi serta surat ijin untuk HRD. Apalagi, asuransi yang digunakan Naura adalah fasilitas yang diberikan untuk kantor, sudah pasti semuanya diketahui oleh pihak kantor.“
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

86. Tidak Mulus

Melihat foto di tangannya, Naura pun senyum-senyum sendiri. Semakin lama ia memperhatikan foto ini semakin besar pula ia mengingat aib yang telah dilakukannya.“Huh! Foto ini saksi kebodohanku masa itu. Namun aku tidak bisa diam, foto ini harus membuat Fajar bertekuk lutut. Enak sekali dia menggunakan tubuhku dan mengacaukan pernikahanku sekarang melarikan diri dari tanggung jawab,” gumam Naura sendirian.Saat ini ia pun mencoba mengambil napas panjang dan menenangkan diri. Saat pikirannya cukup tenang, Naura mulai merencanakan strategi balas dendamnya. Dia tahu bahwa langkah ini tidak boleh gegabah, tetapi harus dilakukan dengan bijaksana dan hati-hati.“Aku harus berpikir dengan jernih. Aku sudah pernah salah melangkah sebelumnya, dan sekarang aku tidak boleh melakukannya lagi,” gumam Naura sambil memijit kepalanya. Dia tidak ingin menyakiti dirinya sendiri atau orang-orang yang tidak berdosa dalam proses ini.Saat ini Naura mengelus lembut perutnya sambil berkata, “Anakku, percayal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

87. Drama Naura

Naura duduk sambil menunduk di hadapan pria yang terlihat berwibawa ini. Naura harus menunjukkan ekspresi yang begitu menyedihkan agar layak untuk dikasihani.“Assalamualaikum Bu, apa yang bisa saya bantu?” tanya Pak Herdiawan ramah.“Waalaikumsalam, begini Pak perkenalkan nama saya adalah Naura Anindya. Namun sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Bapak, karena apa yang saya sampaikan setelah ini adalah sebuah kepentingan pribadi.”Pak Herdiawan pun mengangguk-angguk dan mengarahkan tangan ke arah Naura, memintanya untuk melanjutkan pembicaraan. Naura kembali menggigit bibir dan menunjukkan dirinya adalah seorang yang tersakiti. Kemudian ia pun menghembuskan napas panjang lalu mengangkat wajahya perlahan-lahan.“Sebelumnya saya minta maaf, karena saya pernah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dengan karyawan Bapak. Saya memiliki hubungan terlarang dengan karyawan bapak, Fajar yang sebelumnya menjadi kepala cabang di PT.Gilang Persada, cabang kantor Wahidin.”Pak Herdiawan pun m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

88. Sidang di ruang Dewan

Fajar masih duduk memperhatikan layar ponselnya begitu selesai mendapat telepon dari Pak Herdiawan. Menurut jadwal seharusnya dia tidak perlu ke kantor hari ini karena harus menyiapkan diri sebelum dipindahkan tugas ke luar kota.Namun, Fajar berusaha mengingat apa yang telah dilakukannya yang bisa menyebabkan panggilan ini, tetapi tidak ada yang terlintas dalam pikirannya. Ah mungkin saja ada beberapa hal yang harus dipelajari, lagipula ini adalah panggilan dari bos tidak seharusnya ia menunda.“Mungkin juga ini berkaitan dengan kepindahanku. Benar, Pak Herdiawan terkenal sebagai pria yang bijaksana, tidak mungkin beliau akan membiarkan stafnya salah langkah di sana,” gumam Fajar kemudian segera mengganti pakaiannya dengan setelan kerjaTak mau menunda, Fajar pun langsung mengemudikan mobil menuju kantor. Dengan perasaan cemas, Fajar segera berjalan menuju ruang dewan yang berada di lantai atas kantor.Fajar mengetuk pintu ruang rapat, sesuai dengan arahan Pak Herdiawan. Dengan sedik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-17
Baca selengkapnya

89. Pilihan Untuk Fajar

Tes DNA? Perkataan itu berulang kali muncul di kepala Fajar, bahkan ia sendiri tidak pernah memikirrkan tentang Tes DNA. Fajar pun tiba-tiba mematung, bibirnya seakan terkunci.“Ngg ngg kita akan mengadakan tes DNA?” tanya Fajar entah apa maksudnya.Pak Herdiawan mengangguk, “Hmm ya benar, kita akan mengadakan tes DNA untuk mendapatkan pembuktian siapa yang berbohong di sini. Sesuai perkataan anda kalau Bu Naura telah memfitnah anda bukan?”Fajar mengangguk dengan cepat. “Benar Pak, tidak perlu mempercayainya. Lagipula ini adalah kantor seharusnya yang kita bahas adalah masalah pekerjaan. Bukan masalah perempuan ini!” seru Fajar.Pak Herdiawan hanya tersenyum, sama dengan Naura yang tersenyum getir. Namun pria bijak ini pun tak tinggal diam. Ia pun segera menanggapi ucapan Fajar. “Benar sekali Pak Fajar, kita memang seharusnya membicarakan pekerjaan di tempat ini. Seperti yang anda tahu kalau saya sangat menjunjung tinggi kejujuran dan norma kesusilaan. Saya tidak ingin perusahaan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

90. Dendam Fajar

Naura menghembuskan napas panjang sambil memperhatikan punggung Fajar. Sementara itu pak Herdiawan pun membuka pintu ruang dewan. Naura mengerti ini saatnya dia untuk pergi meninggalkan kantor.Apa yang dia inginkan saat ini sudah tercapai. Fajar sudah menderita, karirnya pun hancur saat ini.“Pak, terima kasih untuk bantuan yang Bapak berikan. Saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan ucapan terima kasih pada Anda. Saya juga mohon maaf karena telah mengganggu waktu Bapak, dan tidak seharusnya masalah pribadi seperti ini dibicarakan di tempat kerja,” ucap Naura sambil berdiri dan bersiap untuk pamitan.“Tidak apa Bu Naura. Saya hanya bisa membantu dengan cara seperti ini saja, memepertemukan kalian berdua. Mengenai sanksi yang saya berikan terhadap Pak Fajar bukan sepenuhnya karena kedatangan Ibu. Namun sejak awal saya sudah menekankan pada semua karyawan saya dan secara tertulis ada pada perjanjian kerja kalau saya tidak akan mentolelir perbuatan asusila.”Naura mengangguk, “Saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status