Home / Pernikahan / TAK INGIN BERCERAI / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of TAK INGIN BERCERAI: Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

MURTI DICULIK

POV Author.Maida tiba di rumah menantunya. Namun keadaan sedikit aneh, pintu rumahnya terbuka lebar. Biasanya, kalau pun ada tamu yang datang, pintu selalu ditutup."Mur.. kok pintunya dibiarin kebuka, gitu! Kalau ada maling gimana?" Wanita setengah baya itu masuk sambil mengomel, lalu meletakkan bawaannya diatas meja makan.Namun tak ada yang menyambutnya, keadaan rumah pun tampak sepi. Biasanya menantunya itu selalu tergopoh membukakan pintu sambil menyambutnya dengan mencium punggung tangannya."Mur.. kamu dimana?" Maida berkeliling sampai ke belakang rumah, namun tak didapatinya seorang pun di dalam rumah itu.Rasa khawatir mulai menyeruak masuk ke dalam hati. Dia mencoba menelepon menantunya. Suara dering ponsel terdengar dari dalam kamar. Pintu ruangan yang biasa digunakan anak dan menantunya untuk tidur itu tampak sedikit terbuka.Perlahan dia mendorong benda persegi itu, tak ada siapa pun. Murti meninggalkan ponselnya diatas nakas.Hatinya mulai gelisah tak menentu. Segera d
Read more

DALANG PENCULIKAN

POV Murti.Aku tersadar, mataku buram tapi berusaha untuk memindai sekitar. Kutatap langit-langit ruangan. Semua tampak putih. Aku terbaring diatas ranjang sederhana tapi bersih dan kelihatan mewah. Badanku terasa ngilu, tapi aku berusaha untuk duduk perlahan. Sepertinya aku berada disebuah kamar. Tak ada seorang pun disana. Diatas nakas ada sebotol air mineral. Tenggorokanku seakan menjerit ingin dibasahi, tapi aku tidak berani sembarangan meminumnya."Dimana aku?" gumamku sambil memijat kepalaku yang sedikit pusing.Yang aku ingat, sebelum sampai kesini, ada dua orang pria menyekapku lalu wanita paruh baya bersama mereka. Siapa sebenarnya mmorang-orang itu?Cekrek! Pintu kamar dibuka, membuatku pura-pura kembali tidur. Namun mataku perlahan mengintip. Saat dia mendekat, segera kupejamkan mataku dengan rapat seperti layaknya belum sadar dari pingsan."Belum sadar juga, hmm.." gumam orang itu.Jantungku berdegup kencang saat mendengar suara yang tidak asing di telingaku. Apa dia pel
Read more

LEPAS

Tak lama kemudian, Intan masuk kembali masih dalam keadaan sesenggukan. Dia membawakan sepiring nasi beserta lauk pauk diatasnya."Makan dulu! Aku gak mau kamu mati dan akhirnya aku jadi pembunuh kayak kamu, Mbak!" ucapnya ketus.Namun aku melihat matanya melirik seperti memberi kode. Aku mengikuti arah matanya, ternyata dibawah piring ada sesuatu. Aku meraih piring berisi nasi yang dia sodorkan, lalu segera menggenggam kertas kecil yang Intan selipkan dibawahnya."Aku pergi dulu! Selesaikan makannya, setelah itu aku akan melepaskan kamu, Mbak," ucapnya lirih.Matanya menoleh pada sebuah lemari buku. Intan mengambil posisi membelakangi lemari itu lalu mengatakan padaku dengan mimik bibirnya tanpa suara, yang kutangkap dia sedang mengatakan, "disana ada kamera, kamar ini sudah disadap!"Mataku sontak membulat, tak bisa menutupi keterkejutanku. Dari raut wajahnya, Intan berharap aku paham dan pandai menggunakan situasi.Setelah Intan berlalu pergi, aku meletakkan kembali piring itu ke a
Read more

MUAL

"Taksi..!" Aku melambai saat melihat taksi di seberang jalan. Beruntung dia sedang kosong dan menghampiriku.*** Ternyata lumayan jauh perjalananku menuju rumah, sekitar satu jam kemudian aku baru tiba di rumah. Sungguh tenagaku seperti terkuras habis. Perutku melilit luar biasa, lemas sekali."Assalamu'alaikum.." aku melangkah masuk ke dalam rumah yang pintunya tidak tertutup"Murti..!" "Sayang..." Mas Galih dan Mama berlari menghampiriku dengan wajah khawatir. Mama menangis memelukku. Kemudian bergantian dengan Mas Galih, dia terisak. Matanya sudah memerah menahan air mata."Kamu dari mana aja, Nak?" tanya Mama seraya menuntun tubuhku yang lemah untuk duduk di sofa."Sayang, kamu pucet banget. Bentar ya, aku ambilin kamu minum.." Mas Galih beranjak hendak ke dapur."Mas.." aku menarik tangannya, dia pun menoleh sambil menaikkan alisnya."Ada apa sayang?" "Aku lapar.." lirihku."Ya Allah.. Galih.. cepat ambilkan makanan untuk Murti!" Mama memerintah anaknya.Aku seperti akan ping
Read more

TERHARU

Aku masih tak percaya bahwa aku akan hamil secepat ini. Alhamdulillah ya Allah, akhirnya yang dinantikan datang juga.Mama mertua tak hentinya memelukku, air matanya deras membasahi pipinya yang mulai keriput itu.Mas Galih segera menyelesaikan pembayaran administrasi, lalu menebus resep yang diberikan dokter.Tidak ada penyakit yang serius lainnya, rasa mualku ini memang murni karena hamil saja. Jadi aku diperbolehkan pulang dengan catatan harus mengatur pola makan dan juga memperbanyak mengkonsumi vitamin.“Sayang, pelan-pelan..” ucap Mas Galih saat aku akan naik ke mobil. Dia memastikan terlebih dahulu bahwa aku duduk dengan nyaman, baru kemudian dia pergi ke kursi kemudi.Sementara Mama terus menjagaku. Tanganku digenggam layaknya seorang anak kecil yang akan jatuh. Sudah pasti setelah ini mereka berdua akan sangat over protective.Mama menelepon keluargaku untuk mengabarkan tentang berita bahagia ini. mama sibuk dengan gawainya sambil terus tersenyum gembira. Begitu pun dengan su
Read more

DIA MENGANDUNG ANAKKU!

Setelah mobil mertuaku menjauh. Mas Galih mengajakku masuk sambil merangkul tubuhku.“Mas.. Mama dan Papa..” aku ragu mengucaPkannya, namun suamiku sebagai anaknya saja sangat bersikap tenang. Kenapa aku yang terlalu cemas?Aku mengerti, Papa bukanlah orang biasa. Namun apa masalahnya? Kenapa dia memperlakukan Mama dan aku seperti itu?“Mereka berdua baik-baik aja, Mur. percayalah, aku juga gak mau terjadi apa-apa diantara mereka berdua. Kita tidak perlu ikut campur jika tidak diminta,” Mas Galih menasehati.Aku menganguk mengerti. Meskipun ingin sekali aku mengungkapkan bahwa yang kutahu adalah, Papa itu orang yang sangat mengerikan dimataku sekarang. Tapi Mas Galih terlihat seperti membela sang Papa. Apa sebaiknya aku tidak usah menceritakan semuanya pada suamiku ini?***Mas Galih memperlakukanku layaknya seorang ratu. Sampai naik ke atas tempat tidur saja, dia meletakan kakiku dengan hati-hati, hingga membuatku terkekeh.“Kamu kenapa senyum-senyum gitu?” tanya Mas Galih setelah me
Read more

KE MALL

“Murti juga sedang mengandung anakku! ANAK KANDUNGKU!, mengerti?” Mas Galih menekan ucapannya.Untuk beberapa saat Dilla tecengang. Namun akhirnya dia tertawa seperti orang gila.“Hahahaha.. apa kamu bilang? Murti hamil? Bukannya dia m*ndul?” Dilla mencibir sambil menunjukku.“Jaga ucapanmu, Dilla! Jangan sampai kamu buat kesabaranku habis!” Mas Galih berdesis, penuh amarah.Aku malas menanggapi, pinggangku terasa sakit sekali karena terjatuh tadi.“Mas…” aku memekik kesakitan.“Ada apa, sayang? Perut kamu sakit?” tanya Mas Galih khawatir.“Bukan, tapi pinggangku, Mas..” ucapku.Suamiku melirik tajam pada Dilla seolah dia akan menerkam wanita itu.“Sebaiknya kamu pulang sekarang juga, atau aku akan mengusirmu dengan paksa!” Mas Galih mengeraskan rahang sambil menunjuk pintu keluar.“Baik, aku akan pergi! Tapi ingat, Galih! Aku memegang kelemahanmu! Dan kau Murti, lihat saja nanti!” ancam Dilla, lalu beranjak pergi.Aku dan Mas Galih sama sekali tidak mempedulikannya. Dan juga tidak ta
Read more

COSPLAY

“Loh, kalian disini juga?”Suara seseorang membuatku dan Mas Galih kompak menoleh.“Eh, kak Yuni..” aku berdiri dan langsung memeluknya.Wanita yang selalu berdiri nomor satu saat aku tengah terpuruk itu membalas pelukanku. Dia wanita yang tangguh, mandiri, mapan, dan tentunya cantik. Sayangnya, belum menemukan jodoh yang menurutnya pas. Entah dia merasa pernikahan itu sangat mengerikan setelah mengetahui masalah rumah tanggaku dengan Mas Galih sejak awal.“Kakak disini? Gak kerja?” tanyaku setelah melepas pelukan.“Hari ini lagi cuti,” jawabnya.“kenapa?” aku bertanya kepo.“Mur… privasi!” bisik Mas Galih.Kami pun tertawa sejenak.“Kalian lagi pacaran?” tanya Kak Yuni seraya duduk di sebelahku.“Iya, aku nemenin Mas Galih yang lagi ngidam,” jawabku sambil tertawa kecil.“Ada tuh emang, bini yang lagi hamil lakinya yang ngidam..” kak Yuni terkekeh.“Oh, ya kakak tau dari siapa aku hamil?” tanyaku.“Kamu emang keterlaluan, Mur! Bisa-bisanya gak kasih tau aku kabar bahagia begini. Suda
Read more

TENTANG JOHAN

“Maaf, Bu.. Pak.. disini tidak boleh mengemis..” ucapnya sopan sambil menangkupkan kedua tangan.Aku menahan tawa sambil menutup mulutku dengan tangan. Mas Galih membuka kacamatanya, lalu menatap resepsionis itu dengan tajam.“Kamu gak sopan, tamu dibilang pengemis!” desis Mas Galih sambil membuka kacamatanya.“Ma-maaf, saya gak bermaksud..” wanita berpakaian formal serba maroon itu menunduk bekali-kali dengan wajah piasnya.Sementara Mas Galih berbicara dengan resepsionis itu untuk memesan kamar disebelah kamar yang dipesan mantan pacarnya Dilla dengan Kak Yuni, aku menelepon kakak sepupuku itu.“Gak diangkat,” gumamku mulai khawatir.Lalu aku mengirim pesan padanya.[Kak, kalian dimana? Aku ngikutin kalian ke hotel ini.][Kak, aku kenal cowok itu, sebaiknya kakak hati-hati sama dia, aku khawatir. Tolong balas pesanku!]Beberapa menit kemudian, masih tidak ada jawaban.“Gimana, Mas?” tanyaku pada Mas Galih setelah berbincang dengan resepsionis itu, dan menghampiriku yang sedang duduk
Read more

RENCANA BERTEMU JOHAN

“Halo..” sapa kak Yuni dengan suara lembut.Mas Galih menepikan mobil. Aku pun dengan seksama mendengarkan Kak Yuni menelepon sambil melihat ekspresinya.“Oh, itu.. aku malam ini gak bisa, Jo. Soalnya sudah ada janji,” jawab Kak Yuni.“Oke, terima kasih ya! Baik sampai jumpa,” ucap Kak Yuni, setelahnya mengakhiri panggilan.“Apa katanya, kak?” tanyaku segera.“Dia ngajak ketemuan malam ini, tapi aku tolak,” jawab kak Yuni sambil menghela napas.“Kenapa?” tanya Mas Galih yang ikut menoleh ke belakang.“Aku takut, woiy! Gimana kalau dia punya rencana jahat?” ucap Kak Yuni dengan wajah panik.Aku dan Mas Galih mengangguk, menyetujui keputusan Kak Yuni.Tring!Masuk pesan di ponsel kak Yuni, yang membuat Mas galih urung melanjutkan perjalanan.Kak Yuni membolakan matanya sambil memegang dada seperti orang terkejut.“Ada apa, kak?” aku pun ikut cemas.Kak Yuni tidak menjawab, lantas mengobrak abrik isi tasnya. Lalu mengambil suatu benda dengan tangan gemetar menunjukkannya padaku dan Mas G
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status