Semua Bab TAK INGIN BERCERAI: Bab 61 - Bab 70

120 Bab

MENEMUI DOKTER OBGYN

Aku membalas ucapan Mas Galih dengan senyuman. Betapa mudahnya hati ini luluh jika sudah melihat senyum manis yang terukir di wajah suamiku yang tampan itu.Selesai makan malam dan sholat isya berjama'ah di dalam kamar, kami melanjutkan kegiatan ibadah yang berpahala besar dan nikmat pula.Mas Galih seakan tidak memberiku ampun. Dia terus meminta melakukannya sampai tiga kali. Setelah melakukan ibadah suami istri sampai pukul dua dini hari, kami berdua tertidur karena kelelahan.Aku bahkan melupakan rasa lelahku setelah seharian kesana kamari. Ke rumah Ibu, lalu ke rumah Mama, sampai ke klinik mengantar Winda.Niatnya aku ingin mengadu pada Mas Galih atas perbuatan Mama pada Ibuku, tapi suamiku keburu menggoda sehingga aku lupa semua permasalahan yang menimpaku hari ini.Dan untuk masalah Winda, aku memang sengaja tidak ingin memberitahunya. Karena aku tidak ingin Mas Galih mengingat wanita yang pernah mengusik hatinya.*** Kumandang adzan subuh membangunkanku. Kulihat Mas Galih mas
Baca selengkapnya

RASA PENASARAN

"Duduk diam disini saja, Mas! Jangan kepo sama urusan orang!" Ujarku."Tapi..." mas Galih terlihat ragu, lantas duduk kembali.Bersamaan dengan itu, dokter Cyndi masuk. Dia tersenyum dan mengangguk satu kali. Aku dan Mas Galih membalas anggukannya, menyambutnya dengan senyum ramah."Selamat pagi.. maaf ya sudah menunggu," ucap dokter Cyndi seraya duduk di kursi kerjanya."Silahkan duduk disini!" Dokter Cyndi menyeru untuk duduk di kursi komsultasi di hadapannya.Sebelumnya, Mas Galih ternyata sudah menceritakan semua permasalahannya pada dokyer Cyndi. Jadi sekarang kami tidak banyak menjelaskan apa pun dan langsung pada tahap pemeriksaan.Setelah tiga puluh menit proses pemeriksaan antara aku dan Mas Galih, dokter cyndi menyimpulkan bahwa kami berdua dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Tidak ada masalah pada sistem reproduksi kami berdua, hanya tinggal menunggu proses yang sedang berjalan saja. Apalagi saat ini, aku dalam kondisi masa subur dan baru saja melakukan hubungan suami i
Baca selengkapnya

BUKAN INGIN MARAH

Pantas saja dia ingin mengantarkanku pulang, ternyata ingin memastikan aku benar-benar pulang. Kamu salah, Mas. Aku juga kembali kesini karena ingin tahu keadaan Winda.Mas Galih mulai memasuki rumah sakit, aku mengikutinya di balakang sambil mengendap-endap. "Ah, kenapa aku harus mengendap-endap, apa yang salah? Emang kenapa kalau ketahuan?" Aku bergumam seorang diri, bingung.Mas Galih pun berjalan pelan, dia terlihat ragu dan bingung mau kemana. Sepertinya dia kembali ke ruang dokter Cyndi. Sebelum ruangan dokter Cyndi, ada meja resepsionis untuk pendaftaran, dan ada simpang belok ke kanan, sepertinya itu ruang bersalin.Aku berjalan terus di belakangnya, sudah jelas bahwa dia akan melihat Winda. Dia pasti sangat penasaran. Suamiku itu tiba-tiba berbalik badan, refleks aku juga berbalik badan dan pura-pura main HP."Aduh... malah jaraknya deket banget lagi," bisikku.Aku mengintip pelan-pelan sambil memutar kepalaku ke belakang. Ternyata dia sedang bertanya pada seorang suster.
Baca selengkapnya

MEMBERI NAMA ANAK

"Kalian berisik!" Pak Dodi membuka pintu, menyembulkan kepalanya, raut wajahnya datar. Tapi tergambar kekesalan disana.Kami semua seketika terdiam."Maaf, Pak. Boleh saya masuk?" Cicitku."Lebih baik kalian pulang saja, kalian berisik! Urusan rumah tangga sebaiknya dibicarakan di rumah, jangan diumbar dimana-mana!" "Kita udah selesai. Saya masuk sebentar ya, ada yang ingin saya bicarakan dengan Winda," ucapku seraya menarik gagang pintu.Mas Galih berjalan mendekat, ingin ikut masuk."Mas tunggu aku diluar aja!" Aku memelototinya. Dia pun menurutiku dan mundur.Aku sungguh tidak ingin dia bertemu dengan Winda lagi, karena bagaimana pun mereka lumayan lama kenal dan pernah berhubungan. Pernah ada rasa sayang dan cinta meski dalam pengaruh jin pengganggu, tapi aku merasa mereka tidak mudah saling melupakan.Masih terbayang dibenakku bagaimana pertama kali aku memergoki mereka berdua yang sedang bermesraan. Mas Galih bersikap kasar padaku demi membela Winda, lalu tak pernah menghirauka
Baca selengkapnya

SIAPA DIA?

"Mas.. aku gak mau ikut!" Aku menolak tegas seraya melepaskan cengkraman tangan suamiku dengan lembut."Jangan gitu dong, aku gak mau kamu salah sangka lagi..!" Ucapnya memohon."Mas, itu urusan kamu! Lagian kalau aku ikut, pasti aku akan menyaksikan hal yang membuat aku sakit hati lagi nantinya."Suamiku bergeming, dia menarik napas panjang."Gak bakalan, ayo ikut saja!" pintanya, memohon."Tapi, Mas..." aku mengeluh, malas. Aku yakin ini hanya akal-akalan Dilla untuk mendapat perhatian dari suamiku dan Mama mertua.Mas Galih tidak mengindahkan keluhanku. Dia menggenggam erat tangaku sampai ke parkiran. Lalu membukakan pintu untukku, kemudian dia menuju kursi kemudinya sendiri."Kamu kok kayak buru-buru banget? Seneng kedatangan Dilla yang tergila-gila sama kamu, sampai rela keluar dari rumah sakit begitu?" Aku sewot melirik sinis ke Mas Galih yang tengah sibuk memasang sabuk pengaman."Udah, kamu liat aja ntar apa yang bakal aku lakuin. Ini semua untuk membuktikan bahwa aku akan se
Baca selengkapnya

MESRA DI DEPAN CALON PELAKOR

Di perjalanan, Mas Galih terus bertanya siapa gadis itu. Kenapa aku bisa mengenalnya, dan apa hubungannya denganku. Aku bingung harus menjawab apa. Tapi akhirnya aku mencoba jujur juga, kami sudah berjanji akan saling terbuka dan jujur satu sama lain."Dia itu... ah sudah lah tak penting untuk dibahas, Mas." Aku tersenyum kecut, nyaliku menciut untuk menjelaskan siapa Intan."Tapi sebaiknya kamu temui dia, Mur. Aku khawatir kalau dia terluka. Kita harus tanggung jawab meskipun dia sudah memaafkan. Setidaknya berikan dia biaya pengobatan." "Baik, Mas." Aku bernapas lega saat Mas Galih tak lagi bertanya tentang Intan. Seharusnya tadi itu kesempatan untukku menemuinya. Semoga ada waktu lain yang tepat."Tapi rasanya aku gak asing dengan wajah itu," gumam suamiku sambil terus berpikir.Aku meliriknya sesekali, dan tetap diam. Ingin mengalihkan pembahasan, tapi tentang apa?"Mas.. kita pulang ke rumah Mama dengan tangan kosong? Gak perlu bawa apa-apa?" ceplosku."Gak usah lah, kita cuma
Baca selengkapnya

PERUBAHAN MAMA

Mama memanggil kami berdua saat sup buatannya sudah siap. Sementara aku dan Mas Galih masih bermandikan peluh sehabis memadu cinta. Tak pernah kusangka, Mas Galih sengaja memanasi Dilla, demi aku. Aku semakin yakin kalau suamiku sudah sepenuhnya berubah dan menjadi milikku seutuhnya.Tidak ada lagi alasanku untuk mencurigainya maupun meragukannya."Cepetan! Ntar keburu dingin!" Mama mertuaku terus berteriak. Aku dan Mas Galih kocar kacir gak karuan, malu kalau harus keluar dalam keadaan berpeluh seperti ini. Mana napas masih ngos-ngosan."Sebentar, Ma. Ini kita baru selesai senam..!" sahut Mas Galih ngawur."Kok senam sih?" bisikku."Udah cepetan mandi, sana!" "Mana bisa mandi wajib buru-buru, Mas. Cuci muka aja lah, nanti mandi sekalian pas mau ashar aja!" ucapku, lalu berjalan menuju kamar mandi."Senam apaan, sih! Ntar kecapean Murtinya!!!" Kini suara Mama mulai mendekati kamar. Mas Galih seketika masuk ke kamar mandi sambil mendorongku ke dalam."Cepetan!" Aku tak menjawab, hany
Baca selengkapnya

SAYUR TOGE

"Mur.. udah selesai makan nya?" Suara Mas Galih mengejutkanku. Entah sejak kapan dia berdiri di anak tangga terakhir."U-udah, Mas." Aku tergagap, sedikit takut melihat wajah suamiku yang tampak sangar dan dingin."Ayo pulang!" Ajaknya sambil bergerak menuju pintu keluar."Tapi, Mama..." aku mengkhawatirkan Mama, entah apa yang baru terjadi padanya. Kenapa Mas Galih malah berubah dingin."Mama lagi istirahat, gak mau diganggu," ucap Mas Galih, membalik badan menoleh padaku yang masih terdiam bersama Bi Resti yang masih memegang tumpukan piring."Bi, gak pegel itu tangan megang piring begitu?" Mas Galih beralih pada asisten rumah tangga berbadan gempil itu."Eh, iya.. Bibi ke belakang dulu, Non.. Den." Aku menarik napas kasar, entah kenapa perasaanku tidak enak dengan keadaan Mama. Berjalan gontai menghampiri suamiku, tangannya merentang sebelah hendak merangkulku."Kamu juga harus istirahat!" Mas Galih merangkulku sampai ke mobil.Ingin rasanya ku bertanya tentang keadaan Mama, tapi
Baca selengkapnya

LANCANG

"Sebenarnya ada masalah apa dengan mereka ya, Mas? Apa mungkin Papa selingkuh?" Ceplosku, dan berhasil membuat Mas Galih melotot sinis padaku, seperti tak terima Papanya dituduh berselingkuh."Jangan asal nuduh, Mur!" Ucap Mas Galih sinis."A-aku cuma nebak aja, Mas. Gak nuduh.." cicitku.Aneh, kenapa dia marah? Bukankah seharusnya dia membela Mama? "Sudah, cepat selesaikan makan malamnya. Kamu gak usah banyak berpikir, Mur! Fokus aja dengan program hamil yang kita jalani sekarang. Kamu gak mau kan, kalau bulan depan gagal lagi, aku harus menikahi Dilla.." Ucapan Mas Galih terdengar seperti ancaman di telingaku. Seketika rasa ingin tahuku menciut, lenyap. Kusudahi saja kekepoan terkait masalah yang sedang dihadapi kedua mertuaku.*** Malam ini, sehabis isya...Mas Galih yang sibuk menyuruhku istirahat dan segera tidur, malah kembali menggagahiku dengan brutal. Tubuhku sampai lemas, tenagaku sudah habis terkuras. Bahkan ingin mengambil air minum saja aku tak mampu.Mas Galih sudah t
Baca selengkapnya

TERIAKAN

"Murti! Kamu lancang sekali! Apa saja yang sudah kamu ketahui?" Mas Galih menyentakku dengan suara sedikit meninggi. Aku terkejut dan nyaris menangis."Maksud kamu apa, Mas?" "Kamu yang balas pesan Mama tadi malam?" tanya Mas Galih, suaranya kembali lembut."Aku gak ngerti maksud kamu, Mas." Aku berujar sedikit terisak."Maaf, aku tadi baca pesan Mama di HP-ku, tapi aku tidak merasa membaca dan membalasnya," ucap Mas Galih."Kamu kan tadi malam terbangun, Mas. Terus kamu liat HP yang tiba-tiba bunyi karena lupa kamu buat nada getar atau senyap saat kita bercinta. Aku lanjut tidur, gak tau lagi apa yang kamu lakuin abis itu,. Karena aku juga terbangun gara-gara bunyi HP kamu Mas," ucapku berkilah."Ah, begitu ya. Maafkan aku ya, Mur. Sudah nuduh kamu tadi," cicit Mas Galih."Ya udah gak apa-apa, lain kali jangan main bentak aja dong, Mas. Tanya dulu baik-baik!" "Iya sayang, aku cuma.. panik aja! Sekali lagi maaf.. mungkin tadi malam aku gak sadar karena terlalu capek," imbuhnya."Em
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status