Home / Pernikahan / TAK INGIN BERCERAI / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of TAK INGIN BERCERAI: Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

KEDATANGAN INTAN

Keesokan harinya, aku berencana menemui Intan. Siapa tahu aku bisa mendapat petunjuk darinya atas keberadaan Papa. Memang aku sempat merasa tak acuh saat Papa kabur dan meninggalkan semua kepedihan di tanah air, namun belakangan ini aku merasa Papa harus bertanggung jawab atas perbuatannya pada Lisa, Mama dan juga Ibu.Sialnya, Mas Galih tidak mengizinkanku untuk pergi kemana-mana. Dia tahu kalau semalam saat di rumah Ibu, aku ngedrop tiba-tiba. Semua dia ketahui karena tak sengaja membaca pesan dari Ibu saat aku sedang berada di kamar mandi.Ibu menanyakan bagaimana keadaanku setelah kemarin hampir pingsan. Ibu kembali mengingatkanku untuk tidak banyak pikiran dan lebih baik di rumah saja istirahat. Aku terpaksa jujur dan menjelaskan semuanya."Pokoknya hari ini kamu di rumah aja, jangan kemana-mana!" ucap Mas Galih tegas."Tapi aku harus menemui Intan, Mas. Ada hal penting yang harus aku omongin sama dia," jawabku sambil menunduk."Katakan saja padaku apa yang ingin kamu bicarakan p
Read more

BI KARTI

Saat aku masuk kembali ke dalam rumah, tak kutemui Intan di ruang tamu. Seketika jantungku berdegup kencang, baru saja Mas Galih berpesan, apakah Intan benar-benar tidak bisa dipercaya lagi?“Intan… Bi Karti..” aku memanggil dengan suara keras sambil memegang perutku yang kian membesar.Tak ada yang menyahut panggilanku. Sampai ke dapur, kamar belakang juga tak ada orang sama sekali.“Ya Allah, kemana mereka?” gumamku.“Non.. kita lagi di belakang..” Bi Karti keluar dari pintu taman belakang, aku menarik nafas lega, kemudian menghampiri mereka ke taman belakang.“Mbak.. maaf aku lancang. Tadi aku minta Bi Karti buat nemani melihat kamar bekas Kak Lisa, tiba-tiba aku tadi berhalusinasi, melihat Kak Lisa ada di taman belakang ini..” Intan berujar sambil berdiri melihat kedatanganku.“Ya udah, gak apa-apa. Kamu mau nginep disini dulu juga boleh, biar besok balik ke kampung diantar sama supir, kopenya bawa masuk aja, masih ada kamar satu lagi biar dibersihin sama Bi Karti, ya?” aku menawa
Read more

JELASKAN!

"Halo..." sapaku saat telepon tersambung."Mbak... Sebaiknya kamu tanyakan pada suamimu, apakah dia benar-benar setia dan mencintaimu seutuhnya!" ucapnya sarkas.Aku melihat kembali nomor yang meneleponku. Benar, nama yang tertera adalah nama suamiku. Tapi kenapa Intan yang menelponnya? "Maksud kamu apa? Kenapa kamu..."Panggilan terputus, sebelum itu terdengar suara Mas Galih seperti panik. Aku mencoba menelpon kembali Mas Galih, namun kini ponselnya mati.Kutelepon Mas Yanto, supir kantor yang biasanya mengantar Mas Galih kemana-mana."Halo, Mas. Kamu sedang bersama Pak Galih?" tanyaku."Enggak, Bu. Tadi Pak Galih bilang ingin pergi sendiri, jadi saya tidak ikut. Sekarang saya di kantor, Bu. Ada apa?" Mas Yanto menjelaskan, kemudian bertanya."Oh, gak apa-apa. Kok HP-nya gak aktif. Kalau begitu makasih ya, Mas." Aku masih berpikir, kenapa Intan meneleponku dari HP Mas Galih, apa lagi yang disembunyikan suamiku kali ini? Kenapa mereka berdua bisa bersama. Dan kata-kata Intan tadi m
Read more

DIMADU LAGI

"Kamu jangan asal nuduh, Mur.." desis Mas Galih, matanya menyorotkan kemarahan."Lalu apa? Katakan saja dengan jujur, Mas! Ada hubungan apa kamu sama Intan, kenapa dia menelepon dari HP kamu?!" Suaraku mulai meninggi dibarengi dengan sedikit bergetar. Sekuat tenaga aku menahan air mata yang ingin tumpah."Dia itu..." Mas Galih semakin berkeringat, berkali-kali dia menggigit bibir bawahnya. Tampak gusar dan ragu menyampaikan kebenaran.Sementara itu, perasaanku semakin tak enak. Namun aku berusaha tetap tenang."Jadi benar, kamu selingkuh sama Intan. Lalu kenapa dia memutuskan untuk pulang ke kampung halaman?" Lirih, aku masih berusaha menebak."Mur.. aku gak selingkuh sama dia. Sebenarnya aku akan mengungkapkan hal ini setelah kamu melahirkan anak kita, tapi wanita itu mendesakku!" Seketika air matanya berderai.Kulihat suamiku seperti tertekan. Tubuhnya sedikit gemetar."Mas... jelaskan saja sekarang supaya aku tidak kepikiran dan membuat kondisiku kembali lemah," ujarku dengan suara
Read more

MIMPI BURUK

"Mas.. perlahan perasaan kamu pasti akan berubah. Jika sering bersama, kamu akan semakin mempedulikannya, memperhatikannya, lalu timbul lah cinta.." ucapku lirih."Kenapa kamu ngomong kayak gitu, Mur? Padahal aku sudah berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu," ucap Mas Galih kecewa."Selama ini kamu sudah banyak berkorban, selalu membahagiakanku, kamu sudah menjadi suami yang terbaik bagiku, Mas..." "Makasih sudah mengerti aku, Mur. Aku cuma berharap semoga kelak masalah ini bisa berakhir, dan Intan mendapat pasangan yang menerima dia dengan baik.. kami sudah berjanji untuk tidak menganggu masalah pribadi masing-masing. Aku hanya wajib memberinya nafkah lahir dan menjadi keluarganya, itu saja. Kamu harus bantu aku buat ngertiin keadaan ini, jangan paksa untuk aku harus begini dan begitu.. biarkan saja semuanya berjalan apa adanya, OK?!" Mas Galih memohon, menggenggam ganganku penuh harap.Aku mengangguk."Sekarang Intan gimana, Mas? Dia beneran balik kampung?" tanyaku."Iya, dia
Read more

SALAH PAHAM

Hari berganti hari, kini usia kandunganku sudah memasuki usia tujuh bulan. Mas Galih ingin membuatkan acara tujuh bulanan seperti syukuran. Mengadakan pengajian dan santunan anak yatim.Uang nafkah untuk Intan ia transfer saja. Sejauh ini belum pernah ada masalah dengan Intan. Aku merasa dia pengertian. Terutama saat Mas Galih mengatakan ingin fokus bersamaku sampai aku melahirkan. Aku rasa mimpi buruk Mas Galih waktu itu hanya sebagai bentuk rasa bersalahnya saja.Dekor dan katering sudah selesai, tinggal menunggu acara sehabis zuhur nanti."Sayangnya Ayah... sehat-sehat ya sampai kita ketemu nanti.." Mas Galih berlutut memegang perutku dan menciumnya saat aku tengah duduk di kursi rias.Bayi yang masih di alam rahim ini sangat responsif, dia selalu menendang saat diajak bicara. Hal itu yang membuat kami bahagia dan sering meneteskan air mata keharuan."Mas... makasih ya.." ucapku sambil membingkai wajahnya.Lalu suamiku itu mendaratkan kecupan di keningku. Bahagia rasanya karena seb
Read more

MAAF

“Mereka berdua selingkuh!” tuduh Mas Galih dengan sorot mata tajam.“Maksudnya?” Mama mengernyitkan dahi, bingung.“Zam.. ada apa?” Kak Dea berekspresi panik sambil menghampiri adiknya yang tengah gusar itu.“Mas… mana mungkin aku dan Azzam selingkuh. Yang aku ucapkan tadi adalah kebenarannya. Allah maha melihat, Mas. Dan jangan sekali-kali mengatakan bahwa anak yang ada dalam rahimku ini bukan anakmu, itu sungguh menyakitiku, Mas.” Aku mulai terisak. Sakit sekali dituduh berselingkuh dan mengandung anak orang lain selain suamiku. Bersentuhan dengan lelaki lain saja aku tidak pernah.“Jangan anggap aku buta, Mur. kalian berpelukan begitu mesra. Apakah kamu mau anggap aku bodoh?” sentak Mas Galih, wajahnya merah menahan emosi.“Ya Allah… saya berani bersumpah atas nama Allah, Mas. Bahawa yang terjadi tadi hanya salah paham dan tanpa kesadaran saya,” Azzam mulai lirih, matanya pun sudah berembun.“Apa? Mereka berpelukan? Gak mungkin…” Kak Dea berujar kaget.“Lih.. kamu hanya salah paham
Read more

KAJIAN

Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kehamilanku ke Dokter Cyndi. Mas Galih bahkan menunda meeting dengan rekan bisnisnya demi mengantarku.Jenis kelaminnya sudah bisa dilihat, yaitu laki-laki. Walaupun aku begitu menginginkan anak perempuan, tapi apapun yang diberi Allah aku sangat bersyukur.“Bayinya sehat, berat badannya juga normal. Hanya saja posisinya yang sungsang. Murti harus sering-sering olahraga senam untuk mengembalikan posisi bayi yang sungsang, ya!” dokter cantik dan sabar itu menasehatiku.Sedikit sedih karena mendengar posisi bayiku yang sungsang, namun katanya jangan khawatir, itu bisa diatasi dengan gerakan-gerakan senam khusus posisi bayi sungsang.Sementara itu, suamiku sangat senang karena anak ini kemungkinan laki-laki yang memang sangat dia harapkan.Setelah melakukan pemeriksaan, aku meminta izin pada Mas Galih untuk pergi sebentar mengikuti kajian seorang Ustadz yang sangat terkenal di TV maupun sosial media, di sebuah masjid tak jauh dari rumah kami.“Apa gak s
Read more

CEMBURU BUTA

“Murti!” teriakan itu membuatku menoleh. Begitupun Azzam tak jadi masuk ke dalam mobil.Mas Galih menghampiriku dengan wajah penuh amarah. Pasti dia salah paham lagi. Aduh, kenapa Kak Dea harus pergi ke toilet disaat seperti ini.“Mas.. sudah sampe..” aku menyambutnya, ku ulurkan tanganku tapi dia menepisku dengan kasar.“Ternyata kekhawatiranku benar,” desis Mas Galih.“Mas.. kamu apaan sih. Salah paham lagi? Kita tuh baru aja…”“Sudahlah! Aku tidak mau mendengar penjelasan kamu, Mur!” secepat kilat Mas Galih memotong ucapanku.“Loh.. Galih?” Kak Dea baru saja kembali. Aku menghela napas, kenapa dia lama sekali ke toilet.“Apa Kak Dea diam-diam mendukung perselingkuhan Murti dengan Azzam?” tuduh Mas Galih.“Hah?” Kak Dea terkejut dan heran. Dia pasti bingung dengan tuduhan Mas Galih.“Tadi itu aku disini nunggu kamu sama Kak Dea, Mas. Tapi Kak Dea ke toilet, terus Azzam datang kita ngobrol masalah kajian tadi, terus kamu datang marah-marah..” aku tetap menjelaskan meskipun katanya Ma
Read more

PANGGILAN SAYANG

Setelah berdebat di pinggir jalan, akhirnya Mas Galih melanjutkan perjalanan. Aku pura-pura merajuk, mataku terus menatap ke jendela. Tak mau menoleh meskipun terus digoda olehnya.Aku cemberut, bibirku manyun, kubalas perbuatannya seperti yang dia buat padaku tadi. Dalam hati aku tertawa geli. Rasakan pembalasanku, Mas!“Mau makan siomay dimana ini? Tempat biasa?” tanyanya.“Gak tau! Udah gak usah jadi aja, aku mau pulang!” ucapku.“Ya udah kita pulang ya, biar kamu istirahat!”“Lah, gimana sih! Aku kan pengen makan siomay dari tadi tuh aku laper, pengennya makan siomay! Gak peka banget sih, kesel!” aku menoleh pada Mas Galih, menyemprotnya dengan omelan. Suamiku itu terkesiap dan salah tingkah. Wajahnya bingung dan merasa bersalah.“Tadi kamu sendiri kan, yang bilang mau pulang aja, gak jadi makannya, gimana sih? Kok jadi aku lagi yang salah?”“Ya salah, dong! Coba tadi gak pake berantem dulu, udah kelar makannya udah pulang, terus tidur!” omelku lagi.“Iya.. iya.. aku yang salah.
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status