Setelah berdebat di pinggir jalan, akhirnya Mas Galih melanjutkan perjalanan. Aku pura-pura merajuk, mataku terus menatap ke jendela. Tak mau menoleh meskipun terus digoda olehnya.Aku cemberut, bibirku manyun, kubalas perbuatannya seperti yang dia buat padaku tadi. Dalam hati aku tertawa geli. Rasakan pembalasanku, Mas!“Mau makan siomay dimana ini? Tempat biasa?” tanyanya.“Gak tau! Udah gak usah jadi aja, aku mau pulang!” ucapku.“Ya udah kita pulang ya, biar kamu istirahat!”“Lah, gimana sih! Aku kan pengen makan siomay dari tadi tuh aku laper, pengennya makan siomay! Gak peka banget sih, kesel!” aku menoleh pada Mas Galih, menyemprotnya dengan omelan. Suamiku itu terkesiap dan salah tingkah. Wajahnya bingung dan merasa bersalah.“Tadi kamu sendiri kan, yang bilang mau pulang aja, gak jadi makannya, gimana sih? Kok jadi aku lagi yang salah?”“Ya salah, dong! Coba tadi gak pake berantem dulu, udah kelar makannya udah pulang, terus tidur!” omelku lagi.“Iya.. iya.. aku yang salah.
Read more