"Kenapa melamun terus, pamali!" Peringatnya.Aku tersenyum, sambil menggandeng lengannya masuk ke dalam."Bi, Murti lagi pengen minum yang asem-asem seger gitu, deh." Aku merengek manja layaknya seorang anak pada ibunya."Es asam jawa, mau?" tawarnya.Aku mengangguk, "boleh deh. Bi. Makasih ya.." Wanita bergegas ke dapur untuk membuatkanku es asam jawa. Otakku kembali memutar kejadian-kejadian yang selama ini menimpaku. Mulai dari pertemuanku dengan Mas Galih, menikah dengannya, masalah perselingkuhan, penculikan, sampai akhirnya aku hamil sekarang ini. Masih belum percaya rasanya, bahwa takdir menggiring kami untuk bertemu dan berujung pada ungkapan kenayataan yang begitu mencengangkan.Selalu terngiang mata-kata Mama saat menjelaskan sebuah kenyataan, juga terbayang ketika beliau depresi berat bahkan berusaha menahan semuanya. Jika aku berada di poisis itu, sudah pasti aku tak akan sanggup. Kalau boleh memilih, aku lebih baik tidak usah pernah mengetahui kebenarannya.Suara panggi
Baca selengkapnya