Home / Fantasi / Alkisah Bunga Teratai / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Alkisah Bunga Teratai : Chapter 61 - Chapter 70

156 Chapters

61. Pengakuan dosa

Diantar pulang menggunakan mobil Sagara dari kantor polisi—dikendarai oleh Caraka—sebagian anggota Fantasy Club sudah keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Menyisakan Irene, Jingga, Mentari dan Rama yang kebetulan satu arah namun beda wilayah. Jakarta terlalu besar untuk dikunjungi semua tempat. Berkat mobil itu, mereka jadi tidak perlu mengeluarkan biaya.Kini, Caraka sedang berada di daerah sekitar rumah Jingga yang ditempati bersama keluarganya. Jaraknya semakin dekat, namun Jingga sebelum itu meminta untuk diturunkan di depan gerbang perumahan saja. Ketika ditanya alasannya, dia berkata tidak ingin membuat ibunya curiga karena berkata hanya ingin berkumpul dengan murid kelas komputer. Dia juga tidak bisa mengaku dengan jujur.Sesuai permintaan, mobil berhenti di depan gerbang bertuliskan Perumahan Nusantara. Jingga yang duduk di bagian ujung segera membuka pintu mobil. Dia keluar dengan hati-hati dan tanpa pikir dua kali. Dia kemudian memutar kepala
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

62. Baru paham

Masih di tempat yang sama, Irene dan Jingga sudah menghabiskan hampir separuh waktu perjalanan pulang ke rumah karena suatu alasan. Lebih tepatnya, Irene yang sengaja menyeret Jingga menjauh dari Perumahan Nusantara untuk alasan yang tidak dia mengerti. Dia diseret sejauh enam gedung dari gerbang perumahan. Dua puan itu masih ada di pinggir jalan.Masih perihal yang sama, Irene menyeretnya ke sini untuk meminta suatu penjelasan. Tatapannya yang tadi seperti ingin membunuh sang lawan bicara dan menguburnya saat itu juga masih tergambar jelas di wajahnya. Emosi itu belum menurun. Adu mulut itu juga belum menemukan titik akhir."Karena itu lo milih pendam sendiri daripada cerita ke orang lain? Karena lo tau kalau lo udah salah langkah," tutur Irene lagi yang masih menuntut penjelasan. Bagaimanapun dalih yang diutarakan Jingga belum cukup mampu untuk menuntaskan kebingungan di kepala."Gue ngeliat apa yang gue liat. Lo juga pasti ngelakuin hal yang sama kan sebagai
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

63. Makan malam lagi

Walau hal pelik dan membuat orang mengerutkan dahi telah berakhir, tetapi misi anggota Fantasy Club yang belum diresmikan tidak berakhir. Tersangka utama masih lepas dalam pengawasan, namun Sagara belum menitahkan apa-apa. Dia juga tidak akan peduli jika bahaya serupa akan terjadi lagi.Anggota itu tetap diminta berkumpul. Kali ini, mereka berada di ruang utama rumah Sagara. Sebagai teman diskusi, ada camilan ringan dan beberapa gelas air dingin yang disajikan empu rumah. Semua pasang mata yang tahu seluk-beluk rumah ini mengitari meja."Oh ya, aku jadi penasaran. Jadi kelanjutan kasus Yura gimana? Dia dihukum?" ujar Rama yang mendadak membanting setir kemudi. Dia yang memiliki jiwa sosial tinggi pandai mencari bahan pembicaraan. Jika ada yang membuatnya penasaran, dia akan bertanya apa saja."Aku udah hubungi Panji dan nanyain hal yang sama juga. Dia bilang sidangnya bakal dilaksanakan besok," jawab Caraka yang menerangkan pembahasan mereka. Sesuai dengan perny
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

64. Hangout berdua

"Lah, di sini lo berdua ternyata."Satu seruan kala keheningan tadi berhasil membuyarkan semuanya. Jingga yang melamun dan Alden yang fokus ke layar ponsel, mungkin sedang chatting dengan kenalannya di seberang sana. Sontak, mereka mengarahkan pandangan ke luar pintu masuk restoran karena sumber suaranya dari sana. Niat makan malam hanya berdua tidak terlaksana.Dari pintu masuk, ada Jeslyn dan Rama yang mendekati mereka padahal makanannya masih tersisa seperempat wadah. Mereka menyejajarkan posisi dan menyamakan langkah kaki. Tidak bisa dipastikan kalau mereka datang bersama atau hanya kebetulan bertemu, lalu berjumpa dengan Alden dan Jingga.Meramaikan keadaan, Jeslyn duduk di sebelah Jingga. Sedangkan Rama duduk di sebelah Alden. Mereka yang sudah lama tiba di Harbour segera menggeser posisi wadah makanan agar ada ruang."Lo berdua doang yang datang?" Memecah keheningan, Alden mengajukan pertanyaan terlebih dahulu kepada mereka yang baru datan
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

65. Mimpi berdarah

Sebuah kantung hitam ukuran besar sedang diseret seorang pria yang berpakaian rapi dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Gaya setelannya mirip dengan karyawan perusahaan besar. Mengenakan kemeja warna putih, mengenakan dasi warna gelap polos, dan celana hitam sebagai bawahan. Dia menyeret benda itu saat melintasi lorong gelap di suatu tempat.Jika dilihat dari dekat, tangan seseorang tampak dari ujung kepala kantung yang memperlihatkan lima jari tangan secara utuh tidak bergerak sama sekali. Ukurannya juga lebih besar dari pria itu sendiri. Makanya kantung itu diseret sepanjang jalan.Bertempat di sebuah ruang yang lebih luas dari lorong, pria kemeja itu berada di depan sebuah meja panjang yang ukurannya hampir sama dengan tubuh normal manusia. Meja itu langsung mengimpit ke dinding. Di sana, ada beberapa pisau dengan berbagai ukuran yang digantung. Pisau itu berderet susunannya mulai dari yang terbesar hingga ke yang paling kecil.Pria itu sedang berkutat den
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

66. Pingsan

Latihan untuk melatih otot kembali dilakukan pada pagi hari. Saat matahari terbit di sudut 45 derajat dari ufuk timur, anggota Fantasy Club telah ada di lapangan dan menunggu dua guru mereka membuka pertemuan. Mereka sedang mengobrol, diskusi tentang latihan apa yang akan dilakukan hari ini.Tetapi tidak terjadi perubahan pada Jingga yang duduk dengan berpangku tangan pada dagu. Wajahnya lesu dan tidak semangat. Matanya bengkak, hampir kemerahan. Dia tampak seperti mayat hidup yang mencoba mencari tempat berlindung, namun terlambat karena kehabisan waktu. Setelan olahraga yang dia kenakan tidak terlalu mendukung.Seperti yang diduga, dia tidak bisa tidur lagi setelah bermimpi mengerikan semalam. Masih jelas di dalam ingatannya tentang bagaimana seseorang di luar sana berakhir dengan tragis. Dia tidak bisa membayangkan lagi, ditambah ada darah yang berceceran dan membuat pertahanan sang puan runtuh seperti pohon yang ditebang.Searah dengan nafsu makan yang menda
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

67. Sebelum tidur

Dipersilakan datang ke rumah mewah yang pintunya selalu terbuka untuk orang sepertinya, Jingga menyusuri lorong panjang yang membawa ke suatu ruangan dan letaknya tidak jauh dari ruang utama. Sebelum masuk ke ruang yang dimaksud, dia mengambil waktu kosong itu selagi dalam perjalanan dengan mengamati sisi kiri dan kanan dinding rumah. Tidak banyak dekorasi menarik, namun masih terlihat mewah. Apalagi karena dia di rumah Sagara.Dia datang ke sini dalam rangka memenuhi panggilan Caraka. Dia tidak tahu pasti apa yang harus dia lakukan, namun tidak ada salahnya juga jika tetap penasaran. Makanya dia menyusuri lorong dengan setengah waspada dan setengah semangat.Langkahnya berhenti setelah berada di depan sebuah ruang di sisi kiri. Sesuai pembicaraan dengan Caraka melalui pesan chatting, dia berdiri di depan pintu ruangan yang dimaksud. Ruang itu ditutup oleh pintu bahan kayu berkualitas tinggi dan harganya mahal pula. Sebelum masuk, dia menarik napas dalam-dalam
last updateLast Updated : 2023-06-27
Read more

68. Petunjuk berdarah

Berusaha mengumpulkan kesadaran setelah matanya terpejam tanpa ada yang tahu berapa lama, pandangan Jingga saat ini terang kembali. Dia yang tertidur mencoba membuka mata, mungkin saja ada yang salah dengan tidur kali ini. Namun yang terlihat di depan mata adalah sebuah ruang yang besarnya sama dengan dapur di rumah serta bergaya sederhana. Tidak banyak alat masak yang ditaruh di dinding. Hampir semua alat juga terbuat dari besi.Jingga yang bangun saat itu duduk di sebuah tempat hanya mengerjap mata berulang kali. Dia sudah jelas bingung karena sama sekali tidak tahu-menahu tentang di mana keberadaannya. Apa yang dia lihat selalu sama, alat masak dari besi. Dia juga bingung dengan bagaimana bisa dia berakhir di sini. Seingatnya pula dia tidur di rumah Sagara.Masih dalam rasa bingung yang semakin menjadi, dia memutar kepala ke belakang namun tidak ada yang bisa dilihat. Masih belum menuntaskan kebingungan, dia hendak bangkit dari kursi kayu. Tetapi anehnya dia tidak b
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

69. Dimarahi atasan

Seperti yang tertera pada tanda nama, seorang pria yang mengenakan pakaian ala karyawan kantor swasta bernama Jeffrey baru saja masuk ke pantri. Lelah dengan pekerjaan yang tidak kenal batas, dia menggunakan waktu kosong sebelum dihadapkan pada pekerjaan lagi sembari menyegarkan pikiran dari kegiatan yang menguras tenaga. Dia sedang menunggu air di dispenser hingga mendidih untuk menyeduh kopi.Beberapa saat kemudian, pintu pantri dibuka dari luar. Muncul seorang pria lagi dari balik pintu dan bergabung dengan Jeffrey. Dia yang sadar ada orang lain di ruang ini menyapa pria tersebut dengan mengembangkan senyum. Kemudian mundur ke belakang beberapa langkah, niatnya agar orang itu didahulukan. Tetapi pria itu lantas menggeleng tanda menolak tawarannya."Anda gak mau duluan?" tanya Jeffrey yang tetap mempersilakan pria berdasi merah untuk mengantre lebih dahulu. Dia juga mengalah. Tutur katanya juga lemah lembut dan sopan. Jika bisa disingkat agar lebih jelas, pria itu me
last updateLast Updated : 2023-06-29
Read more

70. Sudah terjadi

Di belakang toko daging, semesta rupanya masih ingin mengingatkan manusia kalau hari belum berakhir. Masih ada sisa waktu sebelum pergantian hari. Makanya di jalan kecil itu hanya tinggal Sandara dan Jeffrey yang menghabiskan waktu berdua. Sandara juga menemani Jeffrey yang sedang membuang jeroan dan sisa daging potong.Sebuah pertanyaan telah mengudara, tinggal menunggu jawaban Jeffrey saja yang harus melanjutkan pembicaraan. Dari tatapan itu, tampak mereka saling kenal dan saling dekat satu sama lain. Sandara menggenggam tangan Jeffey yang kini terasa dingin karena diterpa angin malam."Udah lama kok pulangnya. Aku baru mampir di sini aja," balas Jeffrey hangat, disertai tatapan bersahabat pula. Sekali lagi menandakan bahwa hubungan mereka sangat dekat sampai mereka bisa menggenggam tangan masing-masing tanpa ada yang bisa melarang."Lembur?" tanya Sandara lagi yang seolah-olah tidak habis pertanyaan di dalam kepala."Enggak kok," jawab Jeffrey namun terkesan menghindari tatapan mat
last updateLast Updated : 2023-07-01
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status