“Ada apa ini, Ruq?” Suara Farah terdengar di tengah kebingungan Faruq. “Latifa kena teh panas, Fariz kejang. Mbak, tolong tangani Latifa, ya. Aku mau lihat kondisi Fariz.” Tanpa menunggu jawaban sang kakak, Faruq bangkit. Namun, belum sepenuhnya berdiri, tangannya dicekal oleh Latifa. “Mas, panas,” desis Latifa disertai tangis. “Fa, maaf kamu sama Mbak Farah dulu, ya. Nanti saya kembali.” Faruq melepaskan cekalan Latifa di lengannya sambil menampakkan wajah syarat rasa bersalah. Air mata Latifa merebak bertambah banyak. Ia tidak menyangka Faruq akan mengabaikannya dalam kondisi seperti ini. Faruq berlari menuju kerumunan di mana Fariz berada. “Tolong jangan mengerumuni Fariz. Bubar, ya. Biar udara di sekitar tidak terasa sesak untuknya.” Faruq mendekat. Para wanita yang ada di situ menurut. Mereka membubarkan diri dan melihat dari kejauhan. Faruq melihat Fariz dalam pangkuan Zia. Tubuh bayi itu dipeluk erat oleh sang ibu. “Bu Zia, tenang, jangan panik. Jangan tahan kejang Fariz
Terakhir Diperbarui : 2023-04-30 Baca selengkapnya