Semua Bab Sepiring Talak di Pagi Hari: Bab 81 - Bab 90

131 Bab

Bab 81. Dilamar

Faruq kembali masuk kamar untuk mengambil ponsel. Baru kemudian keluar menemui sang mertua. Banyak kalimat tanya yang berlarian di kepalanya. Pasti ada sesuatu yang penting sebab mereka tidak biasanya datang.Dua orang paruh baya duduk di ruang keluarga. Faruq menghampirinya sambil tersenyum.“Assalamualaikum,” sapa Faruq. Ia lalu mencium takzim tangan mertuanya bergantian.“Waalaikumussalam. Sehat, Ruq?” tanya Tuti.“Alhamdulillah, sehat. Mama sama Papa gimana?” Faruq lalu mengempaskan dirinya di samping Alwi, papa mertuanya. Alwi menepuk pelan bahu kokoh Faruq.“Alhamdulillah baik juga meski kadang asam urat kambuh. Tambah ganteng saja menantu Papa ini.” jawab Alwi sambil tertawa.Faruq ikut tergelak. “Kalau saya jelek, mana mungkin almarhumah mau sama saya, Pa. Maaf, akhir-akhir ini saya sangat sibuk sampai-sampai belum sempat mengunjungi kalian.”“Nggak masalah. Yang penting kamu sehat. Gimana kerjaanmu? Lancar?” Tuti ambil suara.“Alhamdulillah lancar.”Ketiganya lalu terlibat ob
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-24
Baca selengkapnya

Bab 82. Grogi

“I-ingin bicara sama saya, Bu?” tanya Zia tergagap. Ia sedikit mendengar ucapan Farah tentang lamaran. Wanita itu tidak mau terlalu percaya diri terlebih dulu. Lagi pula, tidak mungkin Faruq melakukan itu.“Iya. Tenang, kalau kamu takut dosa, saya ada di sini buat jadi yang ketiga atau saksi.” Farah tersenyum.“Ta-tapi.”Belum sempat melakukan protes, ponsel Farah diletakkan di tangan Zia. Terpaksa wanita berkhimar abu-abu itu menempelkan ponsel di telinga.“Ha-halo.”“Assalamualaikum, Ibunya Fariz.” Di seberang, Faruq memulai obrolan. Ia tadi mendengar Farah memanggil nama Zia, sekalian saja ingin bicara dengan wanita itu. Sesekali.“Wa-waalaikumussalam.” Zia menjawab dengan terbata-bata. Entah mengapa, jika menyangkut pria itu ia merasa grogi.“Nggak usah takut, saya nggak bakal nerkam kamu, kok.” Faruq terkekeh.“A-ada apa, Pak?”“Fariz apa kabar? Apa dia sehat?”“Alhamdulillah sehat.”“Saya ....” Perkataan Faruq terjeda. Ia terpejam. Tidak mungkin ia mengatakan apa yang dirasa sec
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-25
Baca selengkapnya

Bab 83. Rencana pernikahan

“Kalau aku bilang siapa orangnya, apa Mbak bakal dukung? Udah kelihatan ada di pihak Latifa gitu. Pakai acara nyuruh aku setuju segala. Aku minta Mbak datang buat ngasih solusi, tapi solusimu sesat, Mbak.” Faruq bangkit. “Sesat dari mananya? Itu sudah solusi terbaik menurut Mbak. Kamu sudah kenal Latifa dan keluarganya, mereka dari keluarga baik-baik. Dan yang terpenting kamu nggak perlu lagi adaptasi dengan keluarga baru.” Faruq menggeleng, lalu mulai mengayun kaki. “Heh, tadi nyuruh datang, sekarang malah ngacir ninggalin Mbak gitu aja.” “Udah nggak mood bicara sama Mbak,” ujar Faruq lemah, tetapi masih bisa didengar Farah. “Kenapa, sih, kamu? Tumben sensi amat kayak gini? Faruq!” Faruq mengabaikan teriakan sang kakak. Ia tetap berjalan menuju tangga dan melangkah cepat menuju ke lantai dua di mana kamarnya berada. Farah mengembuskan napas panjang. Ia bingung kenapa adiknya bisa baper seperti itu. Faruq menuju balkon kamarnya. Ia menatap satu bintang paling bersinar di langit
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Bab 84. Semoga Dilancarkan

“Alhamdulillah, Bu Latifa mau menikah sama Pak Faruq? Selamat, ya, Bu! Semoga dilancarkan semuanya!” teriak Zia antusias. Ia benar-benar ikut merasa bahagia dengan kabar itu. Wanita tersebut mengabaikan rasa getir di hati yang tiba-tiba menyelinap tak tahu diri. Rasa getir yang tidak boleh dibiarkan lama-lama bersemayam karena bisa berbahaya. “Aamiin. Terima kasih, Mbak Zia. Ini masih langkah awal. Semoga ke depannya lebih dipermudah lagi.” “Pokoknya, doa terbaik untuk Bu Latifa dan Pak Faruq.” “Ya sudah, saya ke dalam dulu, ya, Mbak.” “Iya, monggo, Bu.” Latifa masuk, tinggallah Zia sendiri di sana. Ia duduk sambil mengelap peluh yang keluar dari pelipis. Sesekali ia mengibaskan tangan ke wajah, tetapi sama sekali tidak bisa meredam gerah. Hari itu cuaca sangat terik memang. “Nggak usah dianggap serius apa kata Latifa.” Suara yang datang tak diundang itu kembali terdengar. Tanpa menoleh, sekarang Zia sudah hafal suara itu milik siapa. “Kenapa memangnya? Ini kabar bahagia bukan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-27
Baca selengkapnya

Bab 85. Tekanan Mertua

“Uhuk!” Faruq terbatuk-batuk karena tersedak air liurnya sendiri. “Kenapa, Mas? Butuh air?” tanya Latifa. “Enggak. Tadi leher saya hanya kena tinju tangannya Fariz,” jawab Faruq berbohong. Ia menggeleng sambil masih terus mengelus Fariz. "Memangnya, Afandi pernah lihat wajah Zia sampai bisa jatuh cinta? Aneh.” Faruq mulai kepo. Pria sedikit tersenyum. Pertanyaan itu juga berlaku untuknya. Ia tidak pernah melihat wajah Zia saat sehat. Dulu memang pernah melihat sekilas saat sakit dan pucat. Namun, bisa-bisanya menaruh rasa suka? Apakah itu bisa disebut definisi suka tanpa memandang rupa? Terdengar aneh memang dan nyatanya Afandi juga merasakan hal serupa. Latifa menggeleng. “Enggak. Naluri katanya. Ia yakin kalau Zia itu cantik. Buktinya, anaknya saja seganteng ini.” “Sepupumu itu berarti berharap ibunya Fariz cantik. Padahal Afandi salah besar. Mbak Farah bilang, Zia pernah depresi setelah melahirkan sebab Fariz mirip ayah kandungnya yang seorang baji*ngan. Jadi, Zia tidak secan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-28
Baca selengkapnya

Bab 86. Kejang

“Maaf, saya tidak sedang pacaran, tidak maksiat. Saya tidak serendah itu,” desis Zia. Ia murka dengan pria itu yang memberikan nama seenak udel. Kini, ditambah dengan tuduhan menyakitkan pula.“Lalu apa namanya? Sekedar PDKT?” Suara Faruq memang terkesan biasa sejak sindiran pertama, tidak ada nada tinggi di sana.Faruq lupa, ia juga baru saja bicara berdua dengan Zia.“Pak Faruq, saya bisa meluruskan. Saya hanya bertanya kabar Mbak Zia, tidak lebih. Jadi, saya mohon jangan berpikir yang macam-macam tentang kami.” Afandi berusaha menjelaskan.Bibir Faruq tertarik sebelah.“Mana anak saya.” Zia merentangkan tangan, meminta sang anak. Pantang baginya memanggil nama Fariz.“Saya butuh informasi apa Fariz ada alergi obat atau tidak. Saya akan memberinya obat. Panasnya sangat tinggi saya periksa tadi.”Zia menggeleng, mengabaikan pertanyaan Faruq. “Siniin anak saya.”Gelengan Zia diartikan Faruq bahwa Fariz tidak ada alergi obat.Fariz kembali rewel. Mau tidak mau, Faruq menyerahkan bayi i
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-29
Baca selengkapnya

Bab 87. Senjata Baru Mertua

“Ada apa ini, Ruq?” Suara Farah terdengar di tengah kebingungan Faruq. “Latifa kena teh panas, Fariz kejang. Mbak, tolong tangani Latifa, ya. Aku mau lihat kondisi Fariz.” Tanpa menunggu jawaban sang kakak, Faruq bangkit. Namun, belum sepenuhnya berdiri, tangannya dicekal oleh Latifa. “Mas, panas,” desis Latifa disertai tangis. “Fa, maaf kamu sama Mbak Farah dulu, ya. Nanti saya kembali.” Faruq melepaskan cekalan Latifa di lengannya sambil menampakkan wajah syarat rasa bersalah. Air mata Latifa merebak bertambah banyak. Ia tidak menyangka Faruq akan mengabaikannya dalam kondisi seperti ini. Faruq berlari menuju kerumunan di mana Fariz berada. “Tolong jangan mengerumuni Fariz. Bubar, ya. Biar udara di sekitar tidak terasa sesak untuknya.” Faruq mendekat. Para wanita yang ada di situ menurut. Mereka membubarkan diri dan melihat dari kejauhan. Faruq melihat Fariz dalam pangkuan Zia. Tubuh bayi itu dipeluk erat oleh sang ibu. “Bu Zia, tenang, jangan panik. Jangan tahan kejang Fariz
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-30
Baca selengkapnya

Bab 88. Ada Syaratnya

“Loh, Dokter Faruq? Bukannya hari ini sedang cuti, Dok?” tanya seorang dokter jaga ketika prosedur triase dilakukan di IGD Rumah Sakit SLG Kediri. RSUD milik pemerintah kabupaten Kediri itu rumah sakit terdekat dari kediaman Faruq. Kebetulan juga, ia dinas di sana. Dokter itu sedikit heran melihat Faruq yang sedang cuti, tetapi ada di rumah sakit. “Iya. Saya hanya mengantarkan tamu saya yang kebetulan anaknya panas, lalu kejang ketika acara di rumah.” “Oh. Baiklah, saya periksa dulu.” Dokter itu memeriksa Fariz. Mulai dari memeriksa suhu tubuh, detak jantung, dan denyut nadi bayi tampan itu. “Panasnya masih lumayan tinggi,” ujar dokter dengan name tag Yudi tersebut. “Saya minta biar dirawat inap saja, Dok. Soalnya ini kejang pertamanya. Bener, ‘kan, Ibunya Fariz?” tanya Faruq kepada Zia. Zia hanya mengangguk lemah. “Kondisinya akan kami pantau terus. Nanti akan kami lakukan prosedur penanganan terbaik sesuai SOP rumah sakit ini,” tutur dokter tersebut. “Saya percaya sama Dokter.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-01
Baca selengkapnya

Bab 89. Pria Dipegang Janjinya

“Syaratnya, jangan pernah mengganti nama Fariz. Demi Allah nama itu tidak ada hubungannya dengan saya dan Almarhumah Rizkia. Syarat kedua, jangan pernah melarang saya menyayangi putramu atau punya niat menjauhkan kami.” Pria itu lantas berjalan meninggalkan Zia yang termangu dan menangis dalam diam. Zia meraup udara dengan rakus dan mengeluarkannya pelan. Siapa Faruq hingga bisa mendiktenya? Namun, nyatanya hidup Zia tergantung dengan pria itu. Satu-satunya jalan adalah menurut. “Ibu berpikir, Tante Anggi yang sampai saat ini belum datang adalah salah satu tanda kalau namamu memang harus diganti, Sayang. Tapi setelah Pak Faruq bilang kayak gitu, Ibu bisa apa?” gumam Zia. Zia menatap sendu ke putranya. Ia makin bingung harus apa. Biaya rumah sakit saat melahirkan saja masih belum dibayar, haruskah berutang lagi? Wanita itu tidak mau membebani Farah dan Faruq. Namun, yang bisa dilakukan saat ini hanya pasrah meminta belas kasihan dua orang itu. Belum lagi kalau Latifa meminta tanggung
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-02
Baca selengkapnya

Bab 90. Kebalik, Dok

Farah diam setelah mendengar penuturan Faruq. Ia sedikit terkejut dengan pengakuan sang adik. Tidak biasanya pria tersebut bisa mengomel sepanjang itu. Selama ini, Faruq memang pria penurut dan tidak pernah banyak protes. Farah lupa kalau adiknya juga butuh dimengerti dan punya pilihan sendiri. Semua keinginan yang ada, dipendam sendiri oleh Faruq. “Pak, dicari orang di bawah!” Belum sempat Farah bersuara, Erna memanggil Faruq. Faruq lekas bangkit dan meninggalkan Farah yang masih diam. Sementara diamnya Farah, diartikan Faruq bahwa sang kakak tidak menurunkan restu dengan perasaannya kepada Zia. Faruq turun ke lantai bawah dengan lesu dan kembali menyibukkan diri di acara. Pria itu terlihat sempurna di luar. Wajah rupawan didukung dengan tubuh tinggi atletis. Disempurnakan dengan profesi yang cemerlang. Belum lagi kesalihannya. Sesama pria akan iri, wanita pasti jatuh hati. Namun, tidak ada yang tahu kalau ia pria kesepian dan tidak beruntung dalam lain hal. Yakni dalam percintaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status