Home / Rumah Tangga / Sepiring Talak di Pagi Hari / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sepiring Talak di Pagi Hari: Chapter 91 - Chapter 100

131 Chapters

Bab 91. Hapus Air Matamu

“Hey, Bung!” Faruq menghampiri Afandi dan merangkulnya. “Pasti mau jenguk Latifa. Sini biar saya tunjukkan kamarnya,” tambah Faruq sambil membawa Afandi berjalan keluar kamar inap Fariz. “Saya tidak–“ “Iya, saya tahu. Pasti kamu tidak tahu di mana kamar Latifa. Tenang, saya bakal bawa kamu ke sana soalnya saya juga mau ke sana.” Faruq memotong. Ia masih merangkul Afandi sambil berjalan. Terpaksa Afandi mengikuti langkah sang dokter. “Gimana kerjaan? Lancar?” tanya Faruq di sela-sela berjalan. “I-iya.” Faruq terus mengajak Afandi berbicara. Afandi hanya menimpali dalam kebingungannya. Afandi berniat menjenguk Fariz. Ia akan ke tempat Latifa nanti. Namun, justru Faruq membawanya ke ruangan Latifa. Afandi berdecak sebal. ‘Mau mendekati Fariz sama Zia? Selama masih ada aku, tidak semudah itu, Kisanak!’ Faruq terus membawa Afandi hingga sampai di ruangan Latifa. Faruq masuk sambil mengucapkan salam. Di dalam, ada Latifa yang berbaring sedang disuapi sarapan oleh Tuti. Latifa memi
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Bab 92. Penampilan Baru

Zia spontan mengusap air matanya dengan lengan gamis. “Pakai ini.” Pria itu kembali menawarkan saputangannya. Zia menggeleng. “Tidak usah, terima kasih. Nanti jadi kotor saputangannya.” “Nggak apa-apa, Mbak Zi. Pakailah.” Afandi kembali menawarkan. Zia kembali menolak secara halus. Saat bersamaan, ia melihat Faruq bersama perawat berjalan menuju ruangan Fariz. Kebetulan yang tepat digunakan Zia untuk beralasan pamit. “Mas Afandi, maaf sebelumnya. Saya pergi dulu, ya. Ada visit dokter kayaknya. Nggak enak kalau saya nggak ada di sana.” “Oh, iya-iya. Silakan.” “Assalamualaikum.” Tanpa membawa saputangan milik Afandi, Zia berjalan cepat menuju ruangan sang putra. Afandi menatap nanar ke saputangan yang masih ada di genggaman. Ia teringat ide Latifa sebelum menemui Zia. “Kayaknya Mas Faruq suka sama Zia. Kita bikin kesepakatan aja gimana?” tanya Latifa setelah mamanya pulang. Di ruangan inapnya hanya ada ia dan Afandi. “Nggak mungkin. Mana ada dokter suka sama orang biasa? Biasan
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Bab 93. Terkontaminasi Virus

“Saya melakukan ini semata-mata agar saya bisa menjaga diri dari pandangan buruk pria asing. Dan, saya ingin menjaga wajah saya khusus untuk suami saya kelak,” jawab Latifa sambil menunduk.Hampir saja jus di mulut Faruq menyembur saat mendengar penuturan Latifa. Namun, ia tahan. Pria itu mati-matian berusaha agar jus tidak sampai tumpah dari mulut.Tidak ada angin tidak ada hujan, Latifa mengubah penampilan menjadi seperti Zia. Faruq benar-benar tidak habis pikir.Pria itu menggeleng lemah. ‘Ini mata sudah terkontaminasi sama virus merah jambu kayaknya. Lihat wanita bercadar aku kira Zia semua.’“Kamu beneran sudah sembuh? Sudah diperbolehkan pulang?” Faruq sengaja mengalihkan bahasan setelah berhasil menelan jus.“Iya. Lukanya alhamdulillah nggak parah. Jadi ....” Latifa menjeda.“Jadi, Mas Faruq nantinya tidak menikahi wanita cacat.”Latifa mendadak ingin berpenampilan seperti Zia setelah mendengar penuturan Afandi kalau wanita bercadar lebih membuat penasaran. Ia meminta sang mama
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Bab 94. Fitnah

“Maksudnya apa bicara seperti itu? Umpan apa?” tanya Zia berani.“Saya bicara kenyataan. Kamu tadi mendatangi Mas Faruq sampai dia khawatir dikira anakmu kenapa-napa. Tapi buktinya apa? Anakmu baik-baik saja. Saya yakin kamu hanya ingin mengganggu saat saya bicara dengannya.”Zia terdiam. Karena kekhawatiran Faruq yang berlebihan, Zia kena imbasnya. Ia tidak pernah mengatakan kalau Fariz dalam keadaan darurat, tetapi Faruq sendiri yang mungkin mengatakan seperti itu. Wanita itu tidak tahu menahu, lantas kena getah kesalahpahaman yang terjadi. Zia juga baru paham kalau wanita bercadar ini Latifa setelah cadarnya disingkap.“Bu Latifa, saya tidak–““Saya pernah berusaha menolongmu dari maut, berusaha mendapatkan golongan darah sama denganmu, tapi seperti inikah balasannya? Kamu ingin merebut Mas Faruq dari saya?” potong Latifa.“Saya–““Saya tidak menyangka kamu yang dulu tidak berdaya, lalu setelah sehat justru menjadi duri di kehidupan saya. Kenapa kamu sejahat ini, hah?”“Faruq itu m
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Bab 95. Surprise!

“Si-siapa kamu?” Zia kembali bertanya saat tidak ada sahutan. Posisinya masih membelakangi. Ia benar-benar dikepung ketakutan. “Assalamualaikum, Ukhti Cantik.” Suara itu kembali terdengar lirih di telinga Zia, membuat bulu kuduknya makin meremang. Wanita itu terpejam. “Kalau punya niat buruk, tolong jangan sama saya. Saya tidak punya apa-apa.” Zia kembali berbicara lirih. Ia terpejam. Di saat peralihan menuju petang, biasanya banyak makhluk halus berkeliaran dan pikiran Zia sampai sejauh itu. “Buka matamu, Sayang. Aku datang.” Suara itu kembali terdengar. Zia membuka mata, lalu wajah seseorang menyapa indra penglihatannya. Sambil tersenyum, ia berusaha duduk setelah kepala orang itu menjauh. Zia lalu menoleh ke suara-suara yang dari tadi mengganggunya. “Surprise!” Teriakan orang itu tertahan. Ia merentangkan tangan. “Anggi!” Zia turun dengan hati-hati dari ranjang agar Fariz tidak terbangun, lalu menubruk sahabatnya itu seraya menangis. “Nggi, kangen kamu.” “Sama. Aku juga. Al
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

Bab 96. Karma

“Waalaikumussalam.” Tiga orang di dalam menjawab serentak. “Masyaallah. Ciptaan Allah yang luar biasa sempurna,” ujar Anggi lirih ketika melihat Faruq. Zia yang mendengar, mencubit pelan lengan sahabatnya itu. Anggi mengaduh sambil meringis. Faruq mendekati Fariz. Zia yang mengira pria itu akan memeriksa, ikut mendekat. “Bagaimana kondisinya?” tanya Faruq. Ia meletakkan kunci mobil di nakas. “Alhamdulillah kata perawat yang memeriksa tadi, suhu tubuhnya sudah stabil, Dok. Oh, ya. Kenalkan mereka teman saya yang tadi saya minta izin ke Dokter mau datang.” Zia melambaikan tangan ke Lukman dan Anggi. Keduanya mendekat. “Anggi, Mas Lukman. Beliau Dokter Faruq. Dokter yang menangani Fariz sekaligus pemilik yayasan di mana aku tinggal. Beliau juga yang sudah nolongin aku. Dan, Dok. Ini Anggi dan Mas Lukman, teman saya dari Yogyakarta.” Zia memperkenalkan mereka. Ketiganya lalu saling berjabat tangan sambil menyebut nama. “Bukankah katamu temanmu perempuan?” tanya Faruq. “Iya, maaf, D
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more

Bab 97. Butuh Sosok Pelindung

“Mantanmu juga bermasalah dengan organ reproduksinya pasca kecelakaan. Jadi, sulit baginya memiliki keturunan.” Zia terdiam. Begitu dahsyat Allah menunjukkan kekuasaan membolak-balikkan keadaan. Tanpa berdoa buruk atau membalas perlakuan mereka, Allah turun tangan sendiri. Zia justru kasihan kepada mantanya itu. “Reaksimu gitu aja? Parah!” Anggi geleng-geleng. “Lalu aku harus apa? Nangis darah sambil guling-guling?” “Ya bersyukur, dong. Jingkrak-jingkrak bahagia. Bilang alhamdulillah gitu. Seperangkat karma telah dibayar tunai. Sah? Sah!” Zia tertawa. “Lama nggak ketemu makin gila aja kamu, Nggi. Nggak baik tau, bersyukur di atas penderitaan orang.” “Habis, aku gedeg banget sama kelakuan mantanmu itu. Picik, licik, pokoknya semua sifat buruk diborong sama dia. Atau jangan-jangan kamu masih cinta sama dia?” “Sembarangan. Enggaklah. Cinta? Makanan rasa apa itu? Yang ada aku udah mati rasa sama dia. Aku justru takut dia ambil Fariz dari aku.” Zia menunduk. “Semoga aja enggak. Ntar
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 98. Duda Menyebalkan

“Mas Lukman itu baik, tulus, perhatian, dan cocok dijadikan suami?” tanya Zia.Anggi mengangguk. "Betul sekali."“Kalau begitu, kenapa nggak kamu aja yang nikah sama dia?”Kali ini Anggi melotot. “Enggaklah. Orang dia sukanya sama kamu.”“Naah. Nggak mau, ‘kan? Aku juga gitu. Nggak mau sama dia. Nggi, cinta itu nggak bisa dipaksakan. Lihat pernikahanku sama Bang Satria? Kandas di tengah jalan karena nggak ada cinta. Jadi, jangan maksa aku lagi. Oke?”“Beda kasus, Zi. Kalau posisi sebagai wanita, lebih baik dicintai. Kayak Mas Lukman cinta sama kamu. Dia akan menjadikanmu bidadari di hidupnya. Bakalan enak hidupmu. Kalau ada yang cinta mati sama kamu, wajib diterima. Kalau Satria, mah, emang dasarnya matanya sudah dibutakan cintanya Rosa.”“Nggi, pliis. Jangan paksa aku terus. Aku nggak mau. Titik.”Anggi mengembuskan napas panjang. “Emang susah ngomong sama kamu.”“Kita baru ketemu, tapi kamu malah ngejak gelud aja. Udah, jangan bahas Mas Lukman lagi. Nggak suka aku.”**Esok harinya
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 99. Sebuah Hadiah

Di lobi, Lukman dan Anggi sudah masuk ke dalam mobil. Sementara Faruq mendekati Farah yang berdiri mengamati mereka. “Mbak, Fariz mau dibawa ke Yogya?” tanya Faruq. Farah memicing ke arah sang adik. “Apa?” “Ditanya malah balik tanya. Jangan biarkan mereka pergi.” “Kamu kenapa mendadak aneh gini, sih? Fariz pulang ke yayasan. Siapa yang bilang dia pulang ke Yogya?” Belum sempat Faruq menjawab, Zia sudah ada di dekat mereka. “Pak Dokter, Bu Dokter. Saya pamit pulang dulu, ya.” “Iya. Saya juga pulang saja, ya, Zi. Nanti kapan-kapan saja saya ke yayasan lihat kalian lagi. Jaga kesehatanmu dan Fariz. Kalau ada apa-apa, kasih tahu Dewi biar dihubungkan ke saya. Jangan pernah merasa sungkan.” “Iya, Bu. Sekali lagi terima kasih. Hanya ucapan terima kasih saja yang saat ini bisa saya berikan. Dua kali saya berhutang nyawa. Saya belum bisa membalas semua kebaikan Bu Farah,” ujar Zia. “Ehm!” Faruq berdeham. Zia hanya melirik sekilas. ‘Terima kasihnya ke Mbak Farah saja. Saya dianggap ti
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Bab 100. Saya Capek

Zia benar-benar syok. Ia memijat keningnya sekilas dengan satu tangan. Wanita itu benar-benar tidak menyangka, Lukman akan melakukan hal sejauh itu.“Ehm. Aku udah kayak obat nyamuk aja di sini.” Anggi bersedekap sambil terkikik.“Seperti yang dulu aku katakan kalau aku suka sama kamu dan ingin serius sama kamu. Maaf kalau aku terkesan terburu-buru, aku hanya tidak mau keduluan orang lain. Zi, izinkan aku menjaga kamu dan Fariz,” ujar Lukman. Di dekapannya, Fariz telah tertidur.Zia masih diam. Ia bingung harus menjawab apa.“Aku nggak mau kalian hidup berdua saja di tengah gempuran masalah yang tengah kamu hadapi. Ada Satria yang sewaktu-waktu datang mengusik. Izinkan aku menjadi pelindung kalian.”“Mas Lukman, aku–“ Zia tidak bisa melanjutkan ucapan. Ia ingin menolak, tetapi bingung memilih kata yang pas agar Lukman tidak kecewa atau tersinggung.“Aku nggak butuh jawaban sekarang. Pikirkan matang-matang sampai kamu benar-benar sembuh dari luka dan bisa menerima cinta baru. Aku akan
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status