Home / Rumah Tangga / Sepiring Talak di Pagi Hari / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sepiring Talak di Pagi Hari: Chapter 41 - Chapter 50

131 Chapters

Bab 41. Dalang itu Bernama ....

Setelah pingsan karena bius, Nilna sudah kembali dimasukkan ke kamar. Ia terlelap. Lukanya sudah diperban ala kadarnya oleh Ningrum. Sedikit banyak, ia memang tahu masalah pengobatan.“Itu nanti lukanya nggak infeksi?” tanya seseorang yang sejak tadi mengamati Ningrum gesit mengobati Nilna.“Nggak, Bos. Sudah saya atasi. Kecuali kalau dia berulah lagi.” Ningrum lalu mengemasi kotak obat dan hendak membawa ke luar kamar.Orang yang dipanggil bos itu mengembuskan napas panjang. Menaklukkan Nilna ternyata tidak semudah yang dipikirkannya.“Kamu nanti tidurlah di kamar ini. Dia lebih nekat sekarang.”Ningrum mengangguk, lalu berdiri dan berjalan keluar kamar.“Nilna harus baik-baik saja sampai anaknya lahir. Setelah itu, dia bebas mau kabur atau apa asal anaknya ada di tangan saya.” Orang tersebut menatap Nilna dalam, lantas memutar tubuh. Tepat saat orang itu akan berbalik, sebuah bantal melayang mengenai kepalanya. Satria batal melangkah.“Bang Sat! Sesuai namamu, kamu itu bang*sat!” te
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Bab 42. Orang Asing Bermasker

“Jawab! Jangan jadi pengecut yang hanya bisa diam!” Nilna lagi-lagi berteriak. “Nilna, jangan teriak-teriak. Kasihan anakmu di dalam sana nanti ikut stres.” Satria mengingatkan, mengabaikan pertanyaan Nilna. “Kepedulianmu nggak guna untukku! Jawab, Satria!” Nilna terus mengejar. Namun, Satria lagi-lagi hanya diam. “Lepaskan aku, Bangs*t! Biarkan aku keluar dari sini!” Karena geram, Nilna memukuli Satria sekuat tenaga yang dipunya. Satria membiarkan tubuhnya menjadi samsak Nilna untuk beberapa saat sebelum akhirnya pria itu menahan pergelangan tangan sang mantan. “Nilna, aku nggak akan lepasin kamu. Di luar sangat berbahaya untukmu. Jadi, cukup di sini sampai kamu dan anakmu nanti benar-benar siap menghadapi dunia. Tenang, Nilna. Aku yang akan mengurus semuanya. Aku janji nggak akan menyakiti kalian. Oke?” Satria menatap Nilna sungguh-sungguh. Nilna menggeleng. Wanita itu berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Satria. Satria pun melepaskan. Nilna kini ganti memegang bantal. D
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Bab 43. Hampir Bertemu Nilna

Anggi termenung di teras kontrakan. Setiap ada waktu, wanita berambut sebahu tersebut akan duduk sambil memandang jalan. Ia berharap ada keajaiban, Nilna tiba-tiba berjalan, datang pulang.Akan tetapi, harapan itu lagi-lagi selalu kandas. Sudah hampir dua bulan Nilna hilang dan selama itu pula Anggi sudah bekerja keras mencari dan belum ditemukan. Ia yakin Nilna diculik karena baju, tabungan, surat penting, dan ponsel masih ada di kontrakan. Ia selalu menyalahkan diri sendiri karena merasa lalai menjaga sang sahabat.Berbagai cara sudah dilakukan Anggi untuk mencari Nilna. Mulai dari lapor polisi, pencarian di media sosial, hingga menyebar selebaran. Sayangnya, hingga kini belum ada perkembangan berarti. Minimnya CCTV di area sekitar kontrakan membuat pihak berwajib kesulitan mengendus keberadaan Nilna.“Kamu di mana, Na? Pulanglah. Semoga kamu selalu baik-baik saja di mana pun berada.” Anggi bergumam.Suara deheman membuat Anggi menoleh. Ada seorang pria yang entah sejak kapan berdir
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 44. Mereka Iblis atau Malaikat?

“Siapa kalian!” Nilna berteriak. Wanita tersebut spontan turun dari ranjang. Sementara dua orang asing itu bergerak kian merapat. “Jangan mendekat! Apa mau kalian!” teriak Nilna lagi. Ia berjalan mundur. Dua pria yang memakai masker, menggunakan sarung tangan, dan menutup kepala dengan hoodie jaket itu makin maju dan berdiri tepat di depan Nilna. Persis seperti tampilan malaikat maut bagi Nilna. Sementara tidak ada alat untuk Nilna melindungi diri atau sekadar untuk memukul jika mereka menyakiti. Wanita yang tubuhnya sudah terantuk tembok itu mulai merasa ketakutan. “Saya datang untuk menyelamatkanmu.” Salah seorang dari keduanya menjelaskan. Nilna terus memindai dua orang di hadapan. Ia ingin percaya, tetapi di sisi lain juga masih waswas. Apakah benar mereka mau menolong? “Tenang, kami orang baik. Kami ditugaskan seseorang untuk membantu Mbak keluar dari sini. Mari.” Seorangnya lagi menambahkan. Akal dan hati Nilna mulai bertarung. Akalnya meminta agar mengiakan ajakan terseb
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 45. Dalam Bahaya Lagi

“Terima kasih karena sudah membawa saya keluar dari sana. Sekarang, saya mau turun.” Tiga orang yang memakai masker hitam itu masih diam. Lagi-lagi Nilna merasa ketakutan. “Siapa kalian sebenarnya! Apa mau kalian dari saya! Turunkan saya!” Nilna berteriak. Wanita itu sudah meyakini ada yang tidak beres. Namun, belum sempat berontak, ia dibius dari sisi kiri duduknya dan tidak sadarkan diri. Nilna yang malang. Setiap hari ia kenyang dengan obat bius. Entah dari Satria atau dari para orang asing ini. Tiga orang pria itu akhirnya melepas maskernya setelah Nilna tidak berdaya. “Akhirnya kita bisa mengamankan dia. Heran aja. Wanita bunting kayak gini jadi rebutan.” Seorang di samping kanan Nilna buka suara. “Anak di kandungannya anak sultan itu. Bayi mahal mungkin. Atau justru bayi setan.” Pria pengemudi menimpali sambil terkekeh. “Kita eksekusi di sini apa di tempat lain?” Pria sisi kiri Nilna ikut menimbrung. “Kita bawa ke tempat lain yang lebih aman dan sepi. Gila aja dieksekusi
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Bab 46. Anfal

Satria harap-harap cemas. Ia kembali menatap sang istri yang terpejam tengah menikmati gelombang surgawi. Istrinya itu tidak bereaksi apa-apa. “Syukurlah, sepertinya dia tidak mendengar. Bisa habis aku kalau sampai dia dengar.” Satria membatin. Setelah saling mendaki puncak bukit kenikmatan, keduanya terkulai lemas karena kelelahan. Setelah itu, mereka terpejam, mengunjungi pulau impian. ** Hingga malam, Rosa sengaja mematikan ponsel sang suami. Satria tidak sadar jika ponselnya dimatikan. Yang pria itu tahu, Rosa yang membawanya. Rosa selalu mengalihkan perhatian Satria jika ingin memeriksa ponselnya. “Yang, kita dinner, yuk,” ajak Rosa malam harinya. “Kamu sendiri aja.” “Astaga, kamu tega nyuruh aku nyari makan sendiri?” “Mana ponselku? Kali aja ada pesan penting,” balas Satria, mengabaikan protes sang istri. “Eits, nggak bisa. Aku sudah bilang malam ini kamu milikku. Lagi pula, aku udah lihat dan nggak ada yang penting. Jadi, ponselnya aku sita dulu. Nggak boleh protes.” R
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

Bab 47. Siap Mengoyak

Sementara di malam yang sama di belahan bumi lain.Setelah tiga penculik itu berkeliling mencari tempat yang pas untuk menghabisi Nilna, akhirnya diputuskan di satu tempat yang sudah disepakati.Tubuh lemas Nilna siap dieksekusi di sebuah hutan malam itu. Para penculik itu sengaja memilih malam hari agar kemungkinan dipergoki orang minim.Saat Nilna sadar dari pengaruh bius ketika di perjalanan, mereka akan membiusnya lagi sampai tubuh Nilna benar-benar lemas. Mereka sudah sangat jauh dari Yogyakarta. Tepatnya sudah berada di daerah Jawa Timur.“Kita eksekusi dengan cara apa nanti?” Para penjahat itu berdiskusi. Mereka masih menunggu keadaan sepi untuk mengeluarkan Nilna dari mobil.“Tu*suk perutnya biar bayinya ikut mati!!”“Jangan. Jantungnya langsung saja biar langsung mokat.”“Jangan, Bego. Gor*k aja lehernya.”Mereka terus berdebat.“Jantungnya aja langsung udah. Kalo lainnya, takutnya nggak mati-mati atau malah selamat. Kita juga yang repot.”“Iya, ya. Ya udah. Langsung jantungn
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

Bab 48. Kondisinya Sangat Mengenaskan

Nilna benar-benar sudah pasrah meski rasa penasarannya belum terjawab. Sekarang, ia benar-benar lemah. Sekadar berteriak seperti sebelumnya pun tidak kuasa. Ujung benda tajam itu seolah-olah menari-nari siap mengajak Nilna berpesta. Pesta menyambut kematian. Nilna terpejam, menanti saat-saat eksekusi mati dilakukan para penjahat tersebut. Di pikirannya hanya ada nama Tuhannya yang berkuasa penuh. “Allah,” gumam Nilna sangat lirih. Yang terlihat hanya bibirnya saja yang bergerak. Dengan tangan gemetar, pria yang mengeksekusi, mulai menekan dada Nilna dengan pisau. Darah segar seketika keluar dari sana. “Dia sudah sangat lemah, sebentar lagi juga ma*ti kehabisan darah. Semoga suara orang tadi tidak kembali.” Penjahat yang mengeksekusi berujar. “Cepet foto buat bukti ke bos! Setelah ini kita kabur!” Pria yang tadi memegangi kaki, mengambil ponsel dari saku dan memfoto kondisi Nilna. Cadar Nilna disingkap untuk membuktikan eksekusi sesuai target yang diinginkan bos mereka. “Pastikan
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more

Bab 49. Dia Kritis

“Lakukan apa pun yang terbaik untuknya. Saya yang akan bertanggung jawab untuk biaya dan lain-lainnya.”“Begini, Pak. Luka tusuk di dadanya lumayan dalam. Entah melukai organ atau tidak, masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kalau perlu dilakukan operasi, akan dioperasi. Kalau tidak, hanya akan dijahit saja. Untuk bayinya juga harus segera dikeluarkan dengan cara operasi. Bayinya makin melemah detak jantungnya. Begitu kata Dokter tadi,” jelas perawat tersebut.“Lakukan, Sus.”“Baiklah, secepatnya akan kami siapkan ruang operasi agar lekas ditangani. Tapi sebelumnya, kami perlu tanda tangan persetujuan tindakan untuk pasien. Mari ikut saya, nanti biar dijelaskan lagi atau mungkin ada yang ingin ditanyakan kepada Dokter.”“Ya.” Faruq mengekor di belakang perawat tersebut.Faruq diarahkan masuk ke ruangan dokter. Pria itu menunggu untuk beberapa saat hingga kemudian seorang dokter datang.“Begini, Pak. Kondisi pasien bisa dibilang kritis. Ada luka tusuk dan dia hamil besar. Kami suda
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more

Bab 50. Pendarahan

Faruq merasa dejavu dengan semua ini. Kejadian sekarang mengingatkannya dengan beberapa tahun silam. Pria itu berusaha menguasai diri, enggan larut dengan masa lalu. Ia akhirnya mengekor para tenaga medis yang membawa Nilna. Pria berkemeja navy tersebut berhenti saat pintu ruang operasi ditutup. Diempaskannya tubuh di kursi.Faruq dan rombongan selesai melakukan dinas kerja di Jawa Tengah. Ban mobil yang mereka tumpangi mendadak kempes di tengah jalan hutan jati daerah perbatasan Nganjuk Madiun, jauh dari permukiman warga. Mereka terpaksa berhenti dan mengganti ban mobil. Saat akan kembali melakukan perjalanan, Faruq tiba-tiba ingin buang air kecil dan tidak bisa ditahan lagi. Berbekal botol minum yang sudah habis, ia berjalan agak masuk ke hutan dengan ditemani Akmal. Botol itu untuk jaga-jaga kalau tidak ada sungai.Sebagai seorang yang beradab dan berpendidikan, Faruq tidak mungkin membuang hajatnya begitu saja di bawah pohon. Ia mencari sungai dan ternyata makin masuk, tetap tidak
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status