Home / Rumah Tangga / Sepiring Talak di Pagi Hari / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Sepiring Talak di Pagi Hari: Chapter 31 - Chapter 40

131 Chapters

Bab 31. Diculik dari Penculik

“Siapa pun Anda, tolong turunkan saya. Tolong ....” Nilna kembali memohon sambil mendesis.Pengemudi tetap takacuh. Pria itu terus mengemudi dengan kecepatan tinggi. Sementara Nilna, tubuhnya kian melemah. Kedua tangannya berada di perut, berusaha menenangkan sang bayi di dalamnya. Hingga akhirnya ia terkulai tidak sadarkan diri.**“Si*al! Kita kecolongan! Wanita bunting itu kabur!”“Bos pasti marah besar!”“Dia nggak mungkin kabur secepat ini. Orang-orang tadi mungkin komplotan yang sengaja mengalihkan perhatian kita. Kita lengah, mereka ambil wanita itu!”“Ini semua gara-gara kamu nggak becus!”“Kamu juga nggak becus! Harusnya salah satu di antara kita jaga dia!”Ketiga penculik itu saling menyalahkan setelah lelah mencari keberadaan Nilna. Wajah mereka babak belur. Bukan hanya dua orang dari mobil belakang yang menyerang, tetapi juga dua orang dari mobil depan. Setelah tiga penculik itu kalah, baru keempat penyerang pergi mengendarai mobil paling depan yang terlibat kecelakaan tad
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Bab 32. Berusaha Kabur

“Mbak, bangun. Mari makan dan minum obat dulu,” ujar orang itu lagi sambil membangunkan Nilna yang masih berbaring di lantai kamar tidak jauh dari pintu. Ia seorang wanita kisaran empat puluh tahun. Wanita tersebut berjalan ke nakas dan meletakkan makan dan minuman di sana.Nilna mengerjap. Banyak tanya yang ingin dilayangkan, tetapi ia belum punya tenaga. Ia hanya pasrah saat wanita itu memapahnya menuju ke ranjang.“Saya Ningrum yang akan meneman Mbak di sini.” Wanita itu memperkenalkan diri. Ia membantu Nilna minum.Nilna yang sudah sangat lelah dan haus, minum dengan rakus. Ia tidak peduli dan tidak berpikiran meski di minuman itu akan ada racun atau apa pun itu. Asal rasa dahaganya terobati.Hampir separuh air mineral berpindah ke perut Nilna. Ia terengah-engah sambil terpejam.“A, makanlah juga, Mbak,” ujar Ningrum lagi. Ia menyendok nasi dan mendekatkan di mulut Nilna.Tangan Nilna terangkat setelah kembali membuka mata, tanda ia tidak mau makan. Namun, Ningrum tetap menyuapiny
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Bab 33. Ternyata Kamu

“Lepas!” Nilna berusaha meloloskan diri dari cengkeraman Ningrum. Ia mulai siaga. Matanya mencari-cari benda yang mungkin bisa digapai untuk balik menyerang wanita di belakangnya tersebut. “Jangan berpikir selama ini saya baik, terus kamu bisa berbuat seenaknya, berani sama saya, dan melumpuhkan saya begitu saja. No! Saya akan lembut untuk orang lembut, dan akan kasar bahkan ke*jam untuk orang yang berani macam-macam kayak kamu sekarang ini!” Jarak antara pisau dan leher Nilna sangat dekat. Sedikit saja tekanan, pasti keluar darah. “Bu*nuh! Bu*nuh saja saya! Toh, saya juga sudah lelah menjalani hidup. Ayo, b*nuh! Saya tidak takut,” ujar Nilna menantang. “Saya hanya patuh kepada orang yang membayar saya. Kalau dia ingin kamu ma*ti, baru saya melakukannya. Dengan senang hati saya akan m3mbunuhmu. Tapi untuk sekarang, belum waktunya mengotori tangan saya dengan darah segarmu.” “Ck, patuh sama orang jahat sama saja menumpuk dosa!” “Jangan berkutbah, Nilna. Saya akan tetap baik sama ka
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Bab 34. Rencana Lebih Gila

“Kamu! Berani-beraninya kamu ngurung saya di sini!” Nilna berteriak sambil memukuli pria di hadapannya. Ia juga mencengkeram leher pria itu erat. Sangat erat seolah-olah seluruh kekuatannya bertumpu di sana dan siap meremukkan tulang leher pria tersebut.Kalau bisa, Nilna ingin melumpuhkan pria itu dan Ningrum sekalian agar lekas bisa menghirup udara bebas.Nilna terpaksa membuka mata sebab sangat penasaran mungkin saja suara pria itu dalang di balik penyekapannya.Pria itu kesusahan bernapas. Mata dan mulutnya terbuka lebar seiring tekanan di lehernya yang kian kencang.“Kamu tega, kalian tega ngurung saya di sini! Keluarkan saya” Nilna kembali berteriak. Kali ini tangannya beralih menamp*r dengan membabi-buta pria di hadapan dengan tangan kanannya. Sementara tangan kiri masih mencek*k leher pria tersebut.Nilna masih dalam posisi tidur di lantai. Sementara kepalanya ada di pangkuan Ningrum.“Stop, Nilna!” Ningrum berteriak melerai. Ia terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan kir
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Bab 35. Melukai Diri Sendiri

Setiap hari, tubuh Nilna kian terasa lemas dan ia merasa malas. Entah mengapa, wanita itu menjadi lebih sering mengantuk. Hari-hari, lebih banyak digunakan untuk tidur. Sebab menyadari ada yang tidak beres dengan dirinya akhir-akhir ini, Nilna curiga semua itu ulah Ningrum dan otak penyekapan agar ia tidak lagi punya daya melarikan diri. “Apa iya makanannya dicampur obat tidur? Kalau sampai itu terjadi, bagaimana kalau berdampak pada anakku?” Nilna membatin. Sejak saat itu, Nilna mulai waspada dan hanya memakan sedikit saja apa yang disajikan Ningrum. Nilna lebih memilih makan camilan seperti biskuit yang masih jelas-jelas tersegel rapat ketika didapat. Meskipun begitu, ia tetap memutar otak agar punya kesempatan lari lagi. Sayang seribu sayang, pertahanan Ningrum juga makin menjadi. Ningrum tidak terpengaruh apa-apa saat Nilna mengiba, berpura-pura sakit, atau berpura-pura pingsan lagi. “Jangan drama lagi. Basi! Buka matamu atau saya tidak segan merobek perutmu dengan pisau yang
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Bab 36. Ingin Rujuk

Langit sebentar lagi menggulung matahari. Cerah langit perlahan-lahan berganti pekatnya malam. Suara azan Magrib sudah terdengar bersahutan. Seorang pria masih berdiri menyender di mobil sambil meneguk air mineral yang sesekali tumpah ke baju. Ia seolah-olah tidak peduli dengan panggilan agar lekas sujud di tiga rakaat tersebut. Kemeja panjangnya yang digulung sesiku itu terlihat basah dari perpaduan air mineral dan peluh. Setelah isinya tinggal separuh, ia melempar botol itu ke danau, di mana kini ia berada. Pria itu Satria. Bayang-bayang kebaikan Nilna selama menjadi istrinya selalu melekat di ingatan. Nilna yang patuh, menurut, dan selalu melayani meski ia bersikap kasar. “Bajunya sudah aku setrika, Bang. Aku berangkat kerja dulu!” teriak Nilna kala itu. Sementara Satria masih mandi. Benar saja, saat Satria keluar dari kamar mandi, berbagai kemeja, celana, dan dasi yang licin dan wangi berjejer rapi di atas ranjang. Ia tinggal memilih akan memakai yang mana. Sementara yang mena
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Bab 37. Haruskah Kutalak Sekarang?

“Nilna.” Satria terus menggumamkan nama itu. Hanya saat sedang sendiri seperti ini, ia bebas memanggil nama sang mantan. Pria itu merasa aneh. Cinta untuk Nilna justru tumbuh setelah keduanya berpisah."Hah, aku ini kenapa?" Satria tersenyum saat mengingat wajah ayu Nilna.Satria kembali merenung dan menyusuri jejak-jejak masa lalunya.Ia dan Rosa awalnya sudah berpacaran dua tahun lamanya. Hubungan keduanya sempat putus nyambung dan benar-benar putus saat Satria menikahi Nilna.Rosa marah besar sebab merasa dikhianati. Namun, Satria berhasil membujuk dan berjanji akan menceraikan Nilna dan kembali kepadanya. Terbukti. Pernikahan paksa Satria dan Nilna hanya bertahan selama lima bulan saja.Setelah akta cerai turun, Satria langsung menikahi Rosa. Maya yang sudah tidak berdaya, tiada kuasa menolak keinginan putranya.Serumah dengan Maya dan Rosa, sering membuat Satria diserang darah tinggi. Rosa tidak seperti Nilna yang baik dan hormat kepada Maya. Rosa begitu kasar dan tidak mau meraw
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Bab 38. Pertengkaran Hebat

“Rosa, aku sudah muak sama kamu! Bagaimana kalau kita pisah aja?” tanya Satria pelan, tetapi penuh penekanan. Bahu pria itu masih naik turun menahan amarah. Untuk beberapa saat, hening. Satria merasa aneh. Tumben Rosa tidak bereaksi? Pria itu akhirnya memutar tubuh. Ternyata sang istri sudah tidak ada di tempat semula. Saat matanya mencari, ternyata Rosa ada di teras sedang berbicara dengan ponselnya. Satria terpejam, lalu menyugar rambut. Pria tersebut kembali mengayunkan kaki menuju kamar. Begitu tiba, Satria hanya menghela napas panjang. Kamarnya sangat berantakan dan kotor. Selalu seperti itu. “Lama-lama aku bisa gi*la!” Satria melemparkan tasnya sembarangan. Tubuhnya yang lengket, memaksanya sejenak tidak peduli dengan keadaan kamar. Pria itu menyambar handuk. Di kamar mandi, Satria berdiri menghadap pancuran di bawah guyuran shower. Ia berharap, beban pikiran yang akhir-akhir ini menumpuk di pikiran bisa sedikit luruh bersama air. Dulu, bebannya hanya membenci Nilna. Sekaran
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Bab 39. Niat Beristri Dua

Satria kembali terduduk di kursi. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Lantas, tangan itu bergerak ke atas, menyugar rambut sambil sesekali menjambak.Cukup lama Satria berdiam diri di sana sampai suara langkah Rosa dan koper terdengar gaduh. Pria berkaus abu-abu tersebut tidak peduli. Hingga tidak lama berselang, suara deru mobil kian menjauh dari indra pendengarannya.Perut yang lapar, kondisi hati yang terbakar, ditambah sikap sang istri, menimbulkan sensasi panas dalam hati yang makin menyebar dari ujung rambut hingga kaki Satria.Tadi pagi, Samira berangkat mengikuti kegiatan Persami di sekolahannya. Itulah mengapa sang adik tidak sempat masak, membereskan rumah dan mengurus Maya. Lantas, Satria meminta Rosa tidak kerja sehari untuk menemani sang ibu dan membersihkan rumah. Bukannya melakukan apa yang diminta suaminya, rumah tetap seperti kapal pecah hingga Satria pulang.Hari-hari biasanya Maya memang di rumah sendiri saat Samira sekolah. Asal sudah dilap, diganti baju
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Bab 40. Akan Memperbaiki Semua

Maya menggeleng sambil meracau tidak jelas setelah mendengar penuturan sang putra. Wanita itu menangis.Andai bisa bicara, Maya akan memarahi Satria karena keinginan konyolnya itu. Namun, ia tidak kuasa.“Bercanda, Bu. Mana mampu aku punya dua istri,” ujar Satria sambil tertawa.“Ibu jangan nangis. Maaf kalau perkataanku bikin Ibu kayak gini.” Satria menyeka air mata ibunya.“Tapi aku sudah punya niat mau pisah dari Rosa, Bu. Capek ngadepi dia. Udah, ah. Cup, jangan nangis. Nanti cantiknya ilang.” Satria kembali menggoda.Begitulah pria itu. Saat ibunya sakit, ia malah sering mengajak bercanda. Maya tersenyum di sela tangisnya.“Katakan. Apa Ibu suka kalau misalnya aku pisah dari Rosa dan kembali sama menantu kesayangan Ibu?” tanya Satria lagi.Maya mengangguk.Satria menggenggam telapak tangan kanan sang ibu yang mati rasa. Dikecupnya tangan itu sayang.“Doakan semoga Nilna mau, Bu. Aku sangat berharap dia menerima niat baikku ini. Aku ingin memperbaiki semuanya.”**Malam harinya, S
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more
PREV
123456
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status