“Si dedek udah waktunya diselameti, Na. Udah empat bulan, 'kan?” tanya Anggi malam harinya sepulang Nilna dari rumah sakit. Keduanya tengah bersantai di dalam rumah.Nilna terdiam. Sebenarnya, ia ingin bercerita tentang pertemuannya dengan Satria tadi. Hanya saja, masih ragu.Nilna merupakan pribadi yang sangat tertutup sekalipun kepada Anggi, sahabatnya sendiri. Wanita tersebut sering tidak nyaman menceritakan apa yang telah terjadi. Kecuali jika sudah sangat kepepet.“Yang ibunya aku apa kamu, sih? Hafal bener kayaknya.” Akhirnya, Nilna menyahut setelah Anggi menyenggol lengannya.Anggi tergelak. “Aku, kan, aunty yang perhatian, baik hati, dan rajin ibadah.”“Iyain aja, deh. Biar nggak nangis.”“Katanya, empat bulan itu bayi saatnya ditiup nyawa, dicatat jodoh, maut, dan rezekinya. Kesempatan yang baik buat diadakan kirim doa biar semuanya dicatat baik. Jadi, kapan?” tanya Anggi lagi.“Nyari hari yang tepat. Kalau menurut penanggalan Jawa, yang baik itu hari Sabtu Wage. Tapi aku leb
Huling Na-update : 2023-03-10 Magbasa pa