Home / Thriller / Mayat di Balik Plafon / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Mayat di Balik Plafon: Chapter 61 - Chapter 70

142 Chapters

61. Hasratnya

Ponsel Rafa berdering di dalam saku saat pria itu baru saja turun dari motor yang ia kendarai. Sudah sejak lima menit yang lalu telepon itu berdering saat ia sedang mengendarai motornya. “Siapa sebenarnya tak sabaran dan terus menelepon ini, hmm?!” omel Rafa lalu merogoh sakunya itu sambil menaiki tangga apartemennya. “Abbiyya?” gumam Rio sembari sedikit mengerutkan dahi dan menghentikan langkah kakinya. “Apa dia telah menemukan Rio?” lanjutnya menekan tombol terima atas telepon Abbiyya itu. “Halo, Pak Abbiyya! Maaf karena baru bisa mengangkat telepon anda. Saya sedang dalam perjalanan tadi. Apakah Rio telah ditemukan?!” tanya Rafa sedikit tak sabaran. [“Tunggu! Di mana anda sekarang?! Bukan kah semestinya anda menemani Adhisti di ruangannya?! Belum ada petugas yang dikirim untuk menjaganya di sana!”] sergah suara Abbiyya tampak emosi. “Ada apa ini, Pak Abbiyya? Mengapa anda terdengar begitu tergesa?” Rafa semakin mengerutkan dahinya dan diselimuti rasa bingung. [“Di mana anda s
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

62. Ingkar Janji

“Angkat tangan atau kami tembak!” sergah suara Abbiyya dari ambang pintu masuk saat Rio nyaris mendekap Adhisti dalam pelukannya itu. Seketika Rio menghentikan aksinya, namun emosi dan hasratnya yang memuncak malag membuatnya semakin gila dan tak berkeinginan menuruti perintah Abbiyya itu. Dengan tatapan matanya yang tergoda, pria itu malah hendak kembali menjatuhkan dirinya di atas Adhisti. Namun dengan sigap Adhisti mendorongnya saat pria itu sedikit mengendurkan posisinya. Di saat yang sama dua orang polisi lainnya langsung menahan Rio dengan mencekal kedua lengannya. Rio memberontak bukan main bagai seorang manusia gila yang penuh hasrat tak tertahankan. Sementara kedua polisi itu mengamankan Rio di sudut ruangan dengan memborgolnya, Abbiyya segera bergegas ke arah Adhisti. Sambil bergetar hebat, Adhisti langsung meraih dan memeluk erat tubuh pria berseragam itu. Abbiyya yang jantungnya masih sama-sama berdegup kencang perlahan mengangkat tangannya dan menepuk pundak Adhisti
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

63. Menyesal? Tentu Tidak!

Rio kini tampak duduk di ruang interogasi dengan ciri khas lampu terbalik yang ada di tengah ruangan serta set meja dengan tiga buah kursi di bawahnya. Abbiyya tampak berjalan memasuki ruangan bersamaan dengan seorang petugas lain yang dalam hal ini akan bertindak sebagai notulen. “Selamat pagi Pak, Rio! Untuk formalitas saja, perkenalkan saya Abbiyya dan ini Miko. Dia yang akan menulis semua jawaban-jawaban anda atas pertanyaan yang akan kami sampaikan,” tutur Abbiyya sembari menatap Rio yang malah tampak cengengesan itu. “Kita kembali pada kejadian utama yang membuat kami menerima keluhan tentang anda, Pak Rio! Apa yang anda lalukan pada korban, Chaaya Adhisti Pramagya pada malam itu hingga sang kakak, Rafandra harus melaporkan anda ke pada kami.” Abbiyya masih menatap Rio dengan lekat. Rio mengangkat punggungnya dari sandaran kursi besi itu lalu menautkan kedua tangannya dibatas meja. “Apa kau sungguh ingin tahu? Apa kau yakin tak akan tergoda untuk melakukan hal yang sama kep
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

64. Tiga Kasus Satu Nama

“Jangan membual, Pak Rio! Anda berani menuduh saya, apakah anda siap jika saya turut menuntut anda atas tuduhan pencemaran nama baik dan perbuatan tak menyenangkan? Amda bisa terkena kasus berlapis karena menghina aparat!” sergah Abbiyya. “Jangan lo sembunyiin hasrat lo itu dibalik seragam yang lo pakai, Abbiyya! Gue yakin semua pria punya hasrat yang sama dengan yang gue miliki! Jadi jangan naif!” sergah Rio. Abbiyya tak merespons dan menarik sebuah foto seorang gadis dari dalam map berkasnya. “Saya yakin anda mengenalnya. Katakan apa yang telah anda lakukan padanya dengan benar, jujur dan tepat!” titah Abbiyya kini sedikit emosi. Rio menghela napas berat. “Kenapa lo menarik gue pada seluruh kasus yang ada di bawah pimpinan lo, Abbiyya? Adhisti, Miley, dan ini? Dia telah tewas dibunuh! Kau mestinya mencari orang yang membunuhnya! Mengapa menunjukkannya padaku, hmm?” sergah Rio. “Ini adalah usaha kami untuk menyelidikinya, Pak Rio! Korban bernama Mawar tewas dalam keadaan mengan
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

65. Bumerang Kasus

Abbiyya tampak berjalan menyusur koridor rumah sakit dengan buah tangan yang ada di kedua tangannya. Pria itu lanjut segera mengetuk pintu saat telah tiba di depan kamar rawat inap Adhisti. Tak lama setelahnya Rafa tampak membukakan pintu. “Pak Abbiyya?” lirih Rafa. “Apa saya mengganggu?” tanya Abbiyya. “Oh, tentu tidak! Malah saya harap kedatangan anda bisa membantu saya untuk membujuk Chaaya!” bisik Rafa lalu malah keluar dari ruangan rawat inap Adhisti dan menutup pintunya lagi. “Maksudnya?” Abbiyya memicingkan matanya sambil menoleh ke arah pintu. “Sejak kejadian tadi, Chaaya terus mendiamkan saya. Saya tahu saya telah berjanji untuk tak meninggalkannya sendiri. Tapi saya pun meninggalkannya untuk sesuatu yang saya pikir penting. Jika bukan saya, lantas siapa lagi yang akan membawakan pakaian gantinya, Pak Abbiyya?” tutur Rafa. Abbiyya tampak sedikit mengangguk paham. “Saya akan bantu sebisa saya. Saya boleh masuk? Anda juga ikut masuk bukan?” tanya Abbiyya. “Ehm, saya ak
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

66. Penggeledahan Unit 702

Keesokan paginya, Apartemen Bumi Tua 1996 kembali ramai dikarenakan kedatangan polisi yang melakukan pemeriksaan serta penggeledahan unit apartemen Rio. Para tetangga unit mulai berbisik di mana Rio dan Adhisti karena sejak kemarin keduanya tak tampak dan hanya Rafa yang sekali terlihat. Itu pun Rafa segera pergi dari sana. Mulai banyak pertanyaan yang muncul takut jika mereka akan dikejutkan dengan penemuan mayat lainnya seperti yang terjadi pada unit apartemen Adhisti beberapa waktu lalu. “Pak Abbiyya, kondisi di kuar sangat rusuh, namun tim telah berusaha untuk menjaga daerah sekitar tetap steril. Pemeriksaan bisa dilakukan sekarang!” pekik salah satu petugas dari arah luar unit 702. “Baiklah, terima kasih!” Abbiyya lalu mengumpulkan semua anak buahnya di ruang tamu unit tersebut dan secara serentak ia mulai memberikan titahnya membagi tugas para anak buahnya itu. Ganendra yang bertugas sebagai asisten pimpinan pun kini tampak sibuk memeriksa ruang kamar Adhisti. Sementara par
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

67. Space Room Ditemukan

Abbiyya segera mengambil miniatur bola itu lalu membukanya perlahan. Sebuah tombol yang jelas-jelas tak terduga ada di sana sedikit membuat heran Abbiyya untuk apa mereka menciptakan semua ini. “Biar saya yang naik, Pak!” Salah satu petugas langsung menyarankan dirinya untuk naik ke atas dan mendorong plafon itu ke atas sementara Abbiyya yang menekan tombolnya “Bapak tekan dan beri instruksi pada saya saja!” imbuh petugas itu. “Tidak bisa! Benda itu punya sensor dengan plafon yang akan didorong. Orang yang akan mendorong plafon haruslah orang yang menekan tombolnya. Tombol itu tak akan bekerja jika ada jarak lebih dari lima senti meter!” Vicencio lagi-lagi membuat Abbiyya sedikit terkejut. “Space room itu benar-benar dirancang sangat rahasia. Jika seseorang hanya menemukan tombol itu, sudah pasti tak akan ada yang terjadi. Sementara itu, semua plafon di sini sama saja. Siapa yang tahu mana plafon yang terhubung dengan space room itu!” batin Abbiyya. “Baiklah, tapi Pak Vicencio, d
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

68. Pengumpulan Bukti

Abbiyya berjalan dengan tergesa di koridor kantornya bersama dengan Ganendra sambil membaca kembali laporan pemeriksaan mereka hari ini. “Gue mau semua penyelidikan ini nggak ada yang tahu! Sementara ini semua orang kecuali tim nggak boleh ada yang tahu!” sergah Abbiyya amat keras. Ganendra sedikit mengerutkan dahinya laku memindahkan pandangan matanya dari kertas di dalam map itu ke arah Abbiyya. “Gimana sama Adhisti dan Rafa? Bukannya sejak awal mereka tahu lo mencurigai Rio? Kenapa sekarang lo ingin ini dirahasiain??” tanya Ganendra amat bingung. “Rafa sedari awak memang nggak tahu kalau gue dan Adhisti melakukan penyelidikan ini apalagi sampai menjadikan Rio tersangka. Dan Adhisti, biarkan dia tak tahu dulu. Jangan berikan updste apapun padanya. Cukup tim kepolisian yang mengetahui ini semua sekarang!” pekik Abbiyya seolah tak ingin dibantah. Ganendra hanya bisa menahan napasnya laku menghembuskannya sedikit berat. “Baiklah, apapun perintah lo aja, Abbiyya!” sahut Ganendra.
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

69. Laporan Penjaga Kios

Seorang pria berusia 25 tahunan masuk menyusul Abbiyya ke ruangannya usai beberapa saat lalu Abbiyya duduk di meja kerjanya. Pria itu hanya mengenakan kaos putih dan celana cekak selutut berwarna cokelat susu. “Selamat sore, Pak!” pekik pria itu lalu langsung duduk di hadapan Abbiyya saat polisi itu mempersilakannya duduk. “Selamat sore juga, sebelumnya bapak siapa?” tanya Abbiyya sebari memajukan tubuhnya dan menautkan kedua tangannya di atas meja. “Saya Jono, pegawai Pak Rio di kios, Pak!” terang pria itu sambil sedikit menunduk. “Baik, jadi ada yang bisa saya bantu untuk anda, Pak Jono?” tanya Abbiyya sambil sedikit mengerutkan dahinya. Jono tampak sedikit risau lalu memajukan posisi duduknya usai melirik ke sisi kanan dan kiri, juga ke arah pintu yang ada di belakangnya. “Anda akan baik-baik saja, Pak Jono! Jika anda akan melaporkan sesuatu, kami akan menjaga kerahasiaan info yang anda berikan kepada kami,” tutur Abbiyya menangkap gelagat cemas dari Jono. Pria itu pun tak
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

70. Penemuan di Dalam Kios

Tak tunggu lama lagi, akhirnya Abbiyya memerintahkan beberapa anggota timnya yang dipimpin oleh Ganendra untuk turut mendatangi kios milik Rio itu slusai surst oenggelesahan ia buatkan. Abbiyya yang merasa Jono terus di kelilingi rasa takut akhirnya memberikan satu pelayanan untuknya dengan memberikan pelayanan keamanan yang akan berjalan selama satu minggu ke depan. “Apa praduga yang lo punya, Abbiyya? Kalau lo tahu lo bisa bilang, lo tahu ‘kan kalau gue nggak suka jump scare di TKP?” tutur Ganendra saat keduanya berjalan ke arah luar kantor. “Miley, wanita yang dipesan Rio dari muncikari ditemukan tewas di ruangan privat Rio yang ada di kios belakang. Itu praduga gue. Tapi ini gak boleh lo sebar dulu, sekali lo sebar, bakalan rame!” pekik Abbiyya. “Aman!! Okey, gue sama tim berangkat. Ntar gue kabarin lo soal update di lokasi!” pekik Ganendra. Lalu semua anggota tim yang ditugaskan Abbiyya pun segera berangkat ke lokasi TKP. Tak tunggu lama, akhirnya kios Rio itu dipenuhi tim
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status