Semua Bab Mayat di Balik Plafon: Bab 71 - Bab 80

142 Bab

71. Hasil dari Segala Pemeriksaan

Keesokan paginya di sebuah ruangan rapat, telah berkumpul Abbiyya, Ganendra, berikut semua timnya. Semalam usai penggeledahan dan pemeriksaan tahap awal itu, mereka akhirnya telah mendapatkan hasil dari bagian forensik yang akan menjawab semua pertanyaan mereka selama ini. “Baiklah, seperti yang kita diskusikan kemarin, hari ini akan ada beberapa bahasan yang merupakan kasus yang menyeret nama satu tersangka kita. Yaitu Rio.” Abbiyya memulai rapatnya sambil merapikan beberapa map berkas di hadapannya itu. “Yang pertama, mengenai kasus Mawar. Kita telah mendapatkan hasil DNA Rio apakah ekuivalen dengan DNA yang ada pada selimut yang diduga adalah bekas tindak pelecehan Mawar dengan seorang pria. Juga hasil laporan pemeriksaan luminol, dan beberapa bukti di lapangan!” Abbiyya menggeser map laporan forensik menuju map berikutnya. “Yang kedua, mengenai kasus pelecehan saudara Chaaya Adhisti atas Rio dengan bukti rekaman cctb dala laptop pelaku yang telah diperiksa oleh saudara Mery.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-07
Baca selengkapnya

72. Belum Siap

“Bang, kalau unit Rio lagi digeledah, dan unit kita belum bisa ditempati besok kita mau balok ke mana?” tanya Adhisti saat Rafa tengah sibuk mengumpulkan pakaiannya. Baru saja kemarin Adhisti akhirnya memutuskan untuk memaafkan Rada atas ingkar janjinya itu. Keduanya telah kembali berbaikan dan kembali mengobrol bersamaan. “Gue kemarin tanya-tanya soal kost sehari. Gue nemu yang harganya cukup sama budget kita. Tapi itu kost kaya campur gitu. Ya nggak papa lah ya, cuma sehari juga,” tutur Rafa. “Campur maksudnya bukan kost keluarga tapi ada cewek ada cowok?” ulang Adhisti. “Iya gitu, tapi ‘kan kita cuma sehari jadi aman lah ya! Nanti setelahnya kita tanya ke Abbiyya apa unit kita belum juga visa ditempati, lagi pula gue juga penasaran soal Rio gimana sama kasusnya itu,” ujar Rafa. “Ke kantor polisi yuk, Bang! Gue juga mau ngomong beberapa hal sama Rio.” Perkataan Adhisti itu sontak membuat Rafa berhenti melipat pakaian dan langsung menoleh ke arah Adhisti. Rafa langsung memutar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

73. Rumah Singgah

“Ehm! Selamat sore!” pekik suara Abbiyya dari ambang pintu ruang rawat inap Adhisti langsung membuat Rafa dan Adhisti membuka matanya dan melepaskan kecupan itu. Rafa langsung menyeka wajah Adhisti selepasnya menjauh dan langsung berbalik memandang ke arah datangnya Abbiyya. “Eh, Pak Abbiyya!” pekik Rafa langsung tampak hendak mempersilakan Abbiyya masuk. “Maaf, apa saya mengganggu kalian? Jika kalian belum selesai, saya bisa menunggu di luar,” tutur Abbiyya sedikit merasa canggung. “Oh, tidak! Kau sama sekali tidak mengganggu, Pak Abbiyya!” pekik Rafa berjalan ke arah pintu lalau segera mengajak Abbiyya masuk. Abbiyya berjalan bersama Rafa menuju brankar Adhisti yang tampak berusaha untuk duduk. “Bagaimana keadaan Nona Adhisti? Apa kata dokter tentang keadaannya?” tanya Abbiyya. “Besok dokter telah mengizinkan Chaaya untuk pulang, apak Abbiyya! Dan karena itukah sebenarnya kami hendak menghubungi anda tadi,” papar Rafa sembari mempersilakan Abbiyya duduk. “Benarkah? Ada apa?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

74. Lima Detik Krusial

“Tentu! Silakan! Saya tak akan keberatan.” Abbiyya dengan yakin menjawab penuturan Rafa. Dan sejak saat itu, telah diputuskan bahwa mereka bertiga akan mulai tinggal bersama di rumah Abbiyya. “Terima kasih banyak, Pak Rafa! Kau sangat membantu kami!” pekik Rafa dibalas senyuman dan sedikit anggukan oleh Abbiyya. “Ahh, saya sampai lupa menawarkan minuman. Ehm, anda tunggulah di sini duku, saya akan membeli sedikit makanan dan minuman dari kantin!” pekik Rafa kaku hendak bangkit dari kursinya. “Tak perlu, Pak Rafa! Saya sudah makan di kantor tadi!” pekik Abbiyya segera menokak. “Jangan begitu, saya hanya bisa membalas kebaikan anda seperti ini,” tutur Rafa. Lalu akhirnya segaralah pria itu pergi dari ruangan inap Adhisti dan meninggalkan adiknya berdua dengan polisi bernama Abbiyya itu. “Thanks ya, Biy! Lo udah banyak bantu gue dan Bang Rafa. Mulai dari jaminkan lencana li buat bebasin gue, selametin gue dari Rio si bajingan usut masalah ini sampai Rio dipenjara, sampai sekarang ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

75. Abbiyya × Adhisti

“Nggak baik? Kenapa nggak baik? Dia ‘kan bukan orang lain kaya gue dan lo? Kalau lo cium gue, baru deh jadi masalah kaya Rio!” sahut Adhsiti sambil mengerutkan dahinya. “Ya, emang bener. Tapi balik lagi, lo nggak pernah tahu apa yang ada di pikiran orang, Dhis! Gue tahu banyak kasus semacam ini. Makanya gue kasih lo sign. Lo emang saudara sama Rafa, gue tahu. Tapi kalian udah sama-sama puber dan dewasa. Jaraknya harus dijaga. Terlebih yang satu tadi. Fine kalau mungkin di pipi atau kening, tapi yang tadi krusial banget, Dhis!” Abbiyya mulai memberikan semua petuahnya, sementara itu Adhisti tampak mangut-mangut dan mulai memikirkannya. “Dan ya, satu hal lagi! Penilaian orang beda-beda, ya gue tahu inu ruangan lo. Tapi aktivitas lo tadi bisa dilihat sama orang lain, Dhis. Mereka bisa mikir apa pun tentang kalian. Merek nggak bakal tahu dan nggak bakal mau tahu soal hubungan kalian. Mereka cuma menilai apa yang mereka lihat. Hanya itu.” Adhisti lanjut tersenyum manis saat Abbiyya menje
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya

76. Kebaikan?

“Ehkm, kakaknya!” pekik Abbiyya berdusta. “Baiklah! Silakan isi formulir ini dulu ya, Pak! Kami akan proses tagihannya!” tutur sang petugas. Abbiyya meraih kertas itu lalu melihat deretan identitas di sana. Tak begitu rumit rupanya, Abbiyya sedikit mengangguk lalu meraih bolpoin di sakunya. Nama, alamat, nomor telepon, dan status hubungan dengan korban semua adalah kebohongan. Dengan jelas Abbiyya menuliskan semua identitas Rafa di sana. Dan berakhir dengan tanda tangan yang ia samakan dengan milik Rafa dari poto KTP yang ia punya. Baru saja Abbiyya mengirimkan sejumlah nominal dari bank digitalnya, seseorang menepuk pundak Abbiyya dan membuat pria itu cukup tersentak. “Anda di sini, Pak Abbiyya?” tanya Rafa sambil mengerutkan dahinya. Kakak Adhisti itu sedikit melirik ke meja resepsionis sebentar dan mendapatkan berkas dengan namanya di sana. “Apa ini? Anda membayar biaya rumah sakit Adhisti dengan nama saya?!”sergah Rafa tampak kelewat terkejut. “Maaf jika saya lancang mengena
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya

77. Neraka Selanjutnya?

Keesokan paginya mereka bertiga kembali bertemu di meja makan dengan menu makanan lengkap yang telah disajikan oleh pekerja rumah itu. “Gue pikir orang kaya Cuma sarapan roti! Ternyata nggak juga, ya!” kekeh Adhisti sambil mengamati menu makanan yang bervariasi di meja makan itu. “Heh, Chaay! Omongan lo!” sergah Rafa. “Lah, iya tauk! Lo nggak pernah lihat film?! Di sana banyak ditunjukin kalau orang kaya sarapan cuma pakai roti tauk!” sergah Adhisti langsung membuat Abbiyya tersenyum. “Kalau mau roti ada kok!” pekik Abbiyya. “Eh, enggak! Bukan gitu! Gue cuma bandingin sama film aja! Tapi ya dengan jelas gue lebih suka nasi lah! Makan roti doang aoa kenyang!” kekeh Adhisti. “Oh iya, Bang! Lo tetap mau ke warnet? Atau libur?” tanya Adhisti. “Iya, habis sarapan gue bakalan ke sana. Lo jadi nemuin Rio? Gue bisa anter lo dan nemenin lo sebentar. Gue bisa izin ke pemilik warnet kok!” pekik Rafa. “Tunggu, ketemu Rio? Siapa yang mau ketemu Rio?” sela Abbiyya langsung berusaha menelan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-09
Baca selengkapnya

78. Siapa Rafa?

“Anjing!! Seenaknya lo ngomong kaya gitu soal abang gue!! Abang gue itu beda sama lo yang kaya anjing ya, Ri!!” sergah Adhisti kini menggebrak meja di depannya. Rio terkekeh lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya tampak memandang remeh Adhisti. “Abang lo? Lo yakin Rafa abang lo? Adhisti, Adhisti bodoh banget sih lo! Udah deh gini aja. Terserah lo mau percaya atau nggak sama gue, tapi ya lo tunggu aja tanggal mainnya. Hidup lo itu, nggak lebih dari pancingan para lelaki hidung belang! Entah gue atau Rafa,” lirih Rio sambil memunculkan seringai di wajahnya. Adhisti yang merasa tersulut emosinya segera bangkit dari kursi lalu menarik kerah pakaian Rio dan menatap matanya tajam. “Berhenti jelek-jelekin abang gue atau gue hajar lo sekarang juga, Ri!” sergah Adhisti. “Hajar aja! Itu bakalan bikin lo kena pasal, lo masuk penjara, dan kita berdua dalam sel. Nikmat bukan? Lo nggak bakal bisa lari dari gue.” Bugh! Satu pukulan kini tepat mendarat di perut Rio hingga memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-10
Baca selengkapnya

79. Jangan Kunci Pintu Kamar, Chaay!

“Thanks ya, Gan!” pekik Adhisti setelah turun dari mobil Ganendra yang mengantarnya sampai ke depan pintu gerbang rumah Abbiyya. Abbiyya sengaja meminta Ganendra untuk mengantar Adhisti bersamaan dengan keperluan Ganendra yang melewati rumahnya. “Okey! Gue cabut ya!” pekik Ganendra sembari sedikit mengangguk memandang Adhisti dari dalam mobil melalui jendela itu. Adhisti mengangguk lalu mobil itu melaju pergi. Di sebuah meja yang ada di kamar yang kini menjadi tempat Adhisti tinggal, gadis itu membuka laptopnya dan mulai berurusan dengan film-film yang ada di situs internet. Hari ini ia memutuskan untuk mengunduh banyak film agar tak mendapat teror dari Guntur. Semua film yang saat itu sedang trending, mulai dari kisah pada siswa akhir semester yang melawan para monster, hingga drama percintaan dua tokoh utama yang mendayu. Adhisti merebahkan punggungnya ke sandaran kursi. Gadis itu tampak menatap layar laptopnya saat sebuah film berputar sembari jaringannya mengunduh film itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-10
Baca selengkapnya

80. Makanan Pengantar Tidur

Usai mengatakan semua titahnya dengan penekanan, Rafa mematikan video call itu secara sepihak. Adhisti sontak langsung menghembuskan napas berat. “Bang Rafa kenapa, sih!? Kenapa coba pake larang gue kunci pintu kamar?! Ya gue tahu Rio nggak ada di sini, tapi ini ‘kan kamar gue! Terserah dong gue mau buka atau kunci pintunya! Kenapa dia larang!?” omel Adhisti sambil mengentakkan kakinya ke lantai sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu langsung membuat Adhisti sedikit terkejut dan bangkit dari posisi tengkurapnya. Seorang pelayan wanita datang dengan baki berisi satu set makanan penuh. “Maaf mengganggu, Nona! Tapi Tuan Abbiyya meminta saya untuk mengantarkan makan siang Nona ke kamar!” pekik sang pelayan itu. “Ohh, ehm! Terima kasih!” pekik Adhisti langsung menghampiri pelayan itu dan menerima bakinya. “Apakah Tuan Rafandra juga ada di kamarnya? Tuan Abbiyya juga meminta saya untuk mengantarkan makanan untuknya,” tutur sang pelayan itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status