"Wah, maagnya kambuh itu 'kan nggak boleh makan kol, Yang. Yuk kerumah Ayu aja, minta obat maag," ajak Mas Bayu. Aku nurut perkataan suamiku kami berangkat ke rumah Ayu naik sepeda motor. "Eh, Rini, Bayu. Tumben sore-sore main. Lho pucet amat Rin, sakit? Ayo masuk," ucap Ayu ramah saat tau kami datang, dia sedang menyirami bunga koleksinya di depan bangunan praktek bidan miliknya.Aku dibimbing Mas Bayu berjalan masuk ke tempat praktek Ayu. "Rini ngeluh mual, tadi siang abis makan kol katanya," terang Mas Bayu. "Punya maag, ya? Coba tiduran disana, ku periksa," titah Ayu. Aku beranjak masuk ke sebuah kamar yang ada brankar pasien, berbaring menunggu di periksa, Mas Bayu menemaniku"Tensi dulu, ya. Pucet amat. Nanti hamil," goda Ayu tersenyum. "Amin, kalo hamil. Itu yang ditunggu-tunggu," Mas Bayu semangat. Ayu melakukan tugasnya, memasang alat tensi sambil ngobrol ramah. "Ah, mana ada hamil, aku lagi haid, ko," Kupupus harapan dari Ayu. "Delapan puluh, rendah ya, tensinya. Ng
Baca selengkapnya