All Chapters of Wanita Kampungan itu Ternyata Calon Istri Bos: Chapter 21 - Chapter 30

122 Chapters

NENEK SIHIR DALAM DONGENG

Abimanyu mengejar Kemala keluar dari restoran. Namun lelaki itu sedikit panik saat melihat ibu dan anak itu justru tak menuju ke arah mobilnya saat sampai di pelataran. Kemala terus berjalan menggandeng tangan putrinya yang sesekali masih menengok ke belakang mengetahui Abimanyu mengejarnya. Lalu terlihat Kemala berhenti di tepi jalan dan mulai mengoperasikan ponselnya saat lelaki itu sampai tepat di tempat keduanya berdiri. “Sayang, kenapa di sini?” Lelaki itu mencoba untuk meraih tangan wanitanya, tapi selalu ditepis lembut. Kemala justru lebih memilih sibuk dengan ponsel di tangannya. “Ayo kita ke mobil,” bujuk lelaki itu kemudian. Abi terus mengajaknya bicara, tapi Kemala tak meresponnya. “Aku udah bilang kan dari kemarin. Ini yang aku takutkan kalau memaksa mempertemukan kamu sama keluargaku. Makanya kemarin aku memilih untuk menunggu waktu yang tepat dulu, Mala.” Setengah putus asa, lelaki itu pun akhirnya mengungkapkan kekecewaan kenapa harus ada pertemuan antara calon istri
Read more

IKATAN BATIN IBU DAN ANAK

Rupanya Bu Rosmala shock menyaksikan ending yang terjadi akibat rencana yang telah disusunnya. Apalagi mendengar anak-anaknya justru menyalahkan dirinya atas perginya Abimanyu. Wanita itu pun pingsan setelah pikiran buruk menghantuinya. Dia begitu ketakutan kalau kalau anak lelaki satu-satunya itu lebih memilih kekasihnya dibanding dengan dirinya. Beruntungnya, wanita itu segera siuman dalam perjalanan menuju rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter pun mengatakan bahwa kondisi Bu Rosmala baik-baik saja. Tak hanya Galuh dan Lintang, Abimanyu pun lega mendengar penjelasan itu. Namun dari semua yang ada di dalam ruang pemeriksaan itu, tentu saja Bu Rosmala sendiri lah yang paling lega, karena melihat Abimanyu ternyata sudah ada di dekatnya lagi. Setelah mendapat izin dari dokter, ketiga anaknya langsung membawa Bu Rosmala pulang. Tabitha tentu masih ada bersama dengan mereka. Awalnya Abimanyu mengira gadis itu akan segera berpamitan setelah dia dan keluarganya sampai di rumah. Akan teta
Read more

CALON MANTU RESE

Abimanyu turun ke ruang makan pagi itu sudah dengan pakaian rapi. Kegelisahan semalaman membuat pagi itu dia berencana ingin segera menemui Kemala. Meeting pagi di kantor pun sudah dibatalkannya demi menyelesaikan masalah dengan sang calon istri. Tapi semangatnya untuk mengisi perut yang sudah keroncongan itu tiba-tiba buyar kala melihat Tabitha sedang mengobrol asik dengan Bu Rosmala di meja makan. Abi sudah hampir memutar langkah, mengurungkan niatnya untuk sarapan, saat ibundanya memanggil. “Sini, Bi! Ayo sarapan! Tabitha udah bikinin nasi goreng loh buat kamu.” Abimanyu pun urung pergi. Dengan langkah malas dia menuju ke meja makan, lalu mendudukkan diri di sebelah ibunya. “Sayang, tolong dong ambilin Mas Abi nasi gorengnya.” Melihat putranya sudah nyaman dengan di kursinya, Bu Rosmala pun mulai beraksi. Tabitha pun dengan cekatan bangkit dan membalikkan piring yang sudah tertata rapi di depan lelaki itu. “Nggak usah! Aku nggak sarapan,” sergahnya. Mendengar penolakan itu, Tab
Read more

PUTUS?

“Apa, Bu?! Putus sama Pak Abi?” Pagi itu selepas mengantarkan Abiya ke depan rumah untuk berangkat sekolah dengan mobil jemputan, Mbok Narti membawakan sarapan Kemala ke dalam kamar. Wanita paruh baya itu jelas panik merasakan hangat di kening Kemala. Pantas saja semalaman majikannya itu tak terlihat keluar dari kamarnya. Usai menemaninya sarapan sembari mengobrol, barulah Mbok Narti tahu apa penyebab wanita itu sampai jadi murung seperti itu. “Nggak ada jalan lain lagi, Mbok. Diteruskan juga percuma, karena keluarga Mas Abi satupun nggak ada yang menyukaiku.” Kemala mencoba bersikap biasa saja saat menjelaskan itu pada asisten rumah tangganya, hanya demi tak membuat Mbok Narti ikutan sedih juga sepertinya.“Tapi apa nggak sayang to, Bu? Kam hubungannya sudah lama. Pak Abi itu orangnya juga baik banget. Sama Non Bia juga udah dekat. Nggak gampang loh Bu nyari pendamping hidup yang kayak gitu.” Mbok Narti tak berharap sarannya didengarkan oleh sang majikan. Tapi setidaknya, Kemala a
Read more

CINTA BUTA, BIKIN BODOH

“Kenapa sih kamu, Ren? Dari tadi aku perhatikan uring-uringan mulu? Nggak dapet jatah ya dari Keenan?” Heni menusuk bahu rekan kerjanya dengan ujung pulpen usai melihat Irene marah-marah pada seorang office boy yang membawakannya secangkir kopi. “Dah deh Hen, nggak usah inget-ingetin aku sama dia. Bete aku tuh.”“Memangnya kenapa sih? Jangan-jangan beneran nih kamu belum dapet jatah? Katamu gaji Keenan tuh gede. Kamu bilang nggak akan mati kalau cuma dipecat dari kantor ini? kan ada ‘Mas Keenan’ dengan gaji manajernya?” Heni pun terkekeh, menirukan gaya bicara Irene beberapa hari lalu yang membanggakan suaminya.“Bisa diem nggak sih kamu?” Irene langsung melotot pada sahabatnya itu. “Aku tuh lagi sumpek Hen, tau nggak sih? Jangan nambah-nambahin pusing kepalaku deh.”“Kenapa sih, Irene Sayang? Cerita dong kayak biasanya gitu kek. Kalau punya masalah tuh jangan dipendam sendirian, entar bisulan baru tau rasa.” Irene menghentikan aktifitas di keyboard laptopnya, sebelum akhirnya merap
Read more

RUMAH SIAPA?

Keenan terlihat lebih bersemangat hari itu di kantornya. Dia yang sudah berhasil mengambil alih kembali mobilnya, memang sudah merencanakan sesuatu usai pulang dari tempat kerja. Apa lagi kalau bukan untuk menemui Kemala. Rupanya, kepergiannya ke rumah mantan istrinya waktu itu dan bertemu dengan anak semata wayangnya, membuat suasana hatinya sedikit berbeda. Sejak malam itu, dia bahkan sudah tak lagi gundah memikirkan kapan akan memiliki anak dari Irene. Kecurigaan ibunya yang mengatakan bahwa istrinya itu mandul pun, tak lagi menjadi beban baginya. Toh dia sudah punya Abiya, yang diyakininya akan bisa menjadi jembatan membaiknya hubungannya dengan Kemala. Keenan tak menyadari, bahwa sore itu Irene menyetujui usul Heni untuk memata-matainya. Lelaki itu bahkan tak merasa curiga sedikitpun saat sebuah mobil terus mengikuti kemanapun arah mobilnya menuju. Sementara itu di dalam mobil Heni, tampak dia dan Irene serius menatap ke depan. Sesekali kepala Irene harus menunduk untuk bersemb
Read more

HARUSKAH BERPISAH?

Heni berhasil meyakinkan Irene untuk tak turun dari mobil dan membuat keributan. Meski dengan wajah cemberut, Irene menuruti juga kata-kata sahabatnya. Lagipula, dia tak ingin mempermalukan diri di wilayah yang tak dia kenal itu. Heni ada benarnya juga, lebih baik dia cari tahu dulu rumah siapa yang sedang Keenan datangi itu sebelum membuat perhitungan dengannya. “Trus ini kita pulang aja gitu? Cuma gitu aja buntutinnya?” Meski menurut, Irene tetap saja protes. “Aku punya ide yang lebih baik, Ren,” kata Heni.“Apa itu?”“Kita tunggu aja dulu, nanti pemilik rumahnya kan pasti bakal keluar juga. Kalau sudah begitu, kita videoin aja. Viralin!” ujar Heni bersemangat. “Kalau ternyata dia bukan Kemala, gimana?”“Ya kamu rela nggak suamimu sama wanita lain? Meski itu bukan mantan istrinya, masa’ iya kamu mau biarin begitu aja? Mau dia itu mantan istri kek, istri baru kek, yang jelas kamu itu kan istri sahnya Keenan, Ren. Viralin aja, udah beres. Emak-emak jaman now pasti bakal belain kamu
Read more

BERUBAH PANGGILAN

Abimanyu kembali ke rumah Kemala usai menunaikan sembahyangnya di masjid kompleks perumahan itu. Mbok Narti menyambutnya dengan ramah seperti biasa di ruang tamu dan sudah menghidangkan secangkir teh hangat serta beberapa camilan kesukaan lelaki itu. Namun, keramahan Mbok Narti rupanya tidak bisa serta merta membuat kegundahan Abimanyu hilang karena setelah beberapa menit menanti, tapi tak juga melihat Kemala menemuinya. Mbok Narti yang duduk di kursi seberang pun terlihat sangat kikuk, sesekali menatap ke arah lelaki itu. “Bu Mala masih sholat, Mbok?” tanya Abimanyu kemudian, setelah tak sabar menunggu lebih lama lagi. Mbok Narti sedikit kegalapan dengan pertanyaan itu. Nampan yang sedari tadi dipegangnya di atas pangkuan pun nyaris terjatuh karena salah tingkah. “Ehm … anu Pak Abi, maaf … sebenarnya Bu Mala belum mau keluar dari kamar,” kata wanita paruh baya itu dengan terbata. “Belum mau keluar dari kamar? Maksudnya, Mbok?” Abimanyu mencoba menebak apa maksud dari perkataan pem
Read more

MURKA

Abimanyu paham bahwa Abiya hanyalah anak kecil polos yang mungkin belum bisa mengerti sepenuhnya akan hubungannya dengan sang ibunda. Meski selama ini sering melihat dia dan Kemala bersama, bukan berarti gadis kecil itu paham bahwa kedua orang dewasa itu telah merencanakan untuk hidup berumah tangga suatu hari nanti. Bahkan panggilan ‘Papa’ yang disematkannya pada Abimanyu selama ini mungkin hanya sebatas pembiasaan yang diajarkan oleh ibunya. Meski begitu, hati Abimanyu terluka juga saat mengetahui bahwa ada hal lain terjadi di rumah kekasihnya yang tak diketahuinya beberapa waktu terakhir. Lelaki itu marah, walau tak bisa menampakkannya di hadapan anak kecil polos yang sedang menceritakan kegundahannya usai bertemu dengan lelaki yang tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah kandungnya itu. “Nanti Bia coba tanya saja sama mama. Papa Abi belum kenal dengan orang yang Bia sebutkan tadi.” Begitu ucap Abimanyu sebelum akhirnya berpamitan karena sudah tak sanggup lagi mendengar celoteh
Read more

SABOTASE SANG IBUNDA

Kemala keluar dari kamar beberapa saat setelah Abimanyu meninggalkan rumahnya. “Mas Abi udah pulang, Mbok?” tanyanya setengah berbisik pada Mbok Narti yang sedang membereskan peralatan masak di dapur. Sedikit kaget wanita paruh baya itu menoleh, lalu tersenyum melihat majikannya sudah berada di dekatnya. “Ibu sudah bangun?’ Dia malah balik bertanya. Kemala pun menggeleng. “Aku nggak tidur tadi, Mbok. Cuma masih agak malas saja ketemu Mas Abi,” ucapnya sembari mendudukkan diri di kursi makan usai mengambil segelas air putih dari dalam lemari pendingin.“Masih teringat kejadian itu ya, Bu?” Mbok Narti ikut mendudukkan diri setelah meletakkan panci penggorengan yang baru saja dikeringkannya ke dalam rak.Kemala hanya mendesah, tak berkomentar apapun dengan pertanyaan Mbok Narti. “Mas Abi marah nggak tadi karena aku nggak keluar kamar?”“Hmmm …” Wanita paruh baya itu terlihat seperti sedang mengingat-ingat. “Sepertinya nggak marah sih, Bu. Soalnya tadi Non Bia naik trus ngajakin Pak Ab
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status