Home / Romansa / Istri Warisan CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Istri Warisan CEO: Chapter 151 - Chapter 160

360 Chapters

Bab 151 Air Ketuban Pecah

“Iya, Kak. Mulasnya mulai terasa lebih dekat jaraknya.” Ale menjelaskan apa yang dirasakannya. “Apa kita ke dokter sekarang?” tanya Alca. Dia tidak tega melihat sang istri kesakitan. “Tunggu dulu saja, Kak.” Ale masih belum yakin akan segera melahirkan. Jadi lebih baik dia menunggu di rumah saja. Dari pada di rumah sakit. Alca tidak mau memaksa jika sang istri tidak mau. Dia pun memilih mengusap perut Ale. Memastikan Ale merasa lebih baik. Saat merasa lebih baik, Ale memilih kembali memejamkan matanya. Dia ingat jika dia butuh tenaga untuk melahirkan. Jadi tentu saja dia akan menggunakan waktu untuk terus beristirahat. Alca terus mengusap perut sang istri. Lambat laun, dia juga mengantuk. Karena itu dia memejamkan matanya. Namun, saat mendengar suara istrinya merintih, dia kembali membuka mata dan mengusap perutnya. Menjelang pagi, kontraksi perut Ale lebih intens. Tiba-tiba air ketuban merembes ke celah-celah pahanya. “Kak ... Kak ....” Ale membangunkan Alca. Alca yang semp
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Bab 152 Mengecek

Semua sudah siap. Barang-barang sudah dimasukkan ke dalam mobil semua. Di dalam mobil duduk diapit oleh Mama Mauren dan Alca. Mama Arriel memilih duduk di depan. Bersebelahan dengan sopir. Papa David dan Papa Adriel di mobil satu lagi bersama dengan sopir. Mereka beriringan menuju ke rumah sakit. Ale terus meringis kesakitan. Dia merasa kontraksi yang dirasakannya sudah mulai intens. Membuatnya kesakitan. “Sabar, Sayang, kita akan segera sampai di rumah sakit.” Alca berusaha untuk meyakinkan sang istri. Cengkeraman tangan Ale menandakan jika sang istri benar-benar merasakan sakit yang teramat. Ale berusaha menahan mulas yang dirasakan. Tubuhnya sudah keringat dingin merasakan sakit itu. Rasanya benar-benar nikmat. “Aku tidak punya pengalaman apa-apa perihal melahirkan normal. Bagaimana ini?” Mama Mauren menatap teman sekaligus iparnya itu. Dia bingung menenangkan sang menantu. “Kami pikir aku juga punya? Kamu tahu bukan jika aku melahirkan Alca dengan operasi.” Mama Arriel ya
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Bab 153 Berjuang

Dokter kandungan yang datang segera mengecek Ale. Ternyata pembukaan Ale sudah penuh. Jadi bisa segera melahirkan. “Pindahkan ruang persalinan.” Dokter meminta perawat memindahkan Ale. Perawat langsung bergegas memindahkan Ale dengan brankar. Membawa ke ruang persalinan. Alca dengan setia menemani Ale untuk menuju ke ruang persalinan. Tangannya terus memegangi sang istri. Mama Mauren dan Mama Arriel juga turut mengikuti Ale ke ruang persalinan. Mereka tidak mau meninggalkan menantu mereka. Papa David dan Papa Adriel juga turut mengikuti Ale saat menantunya keluar dari uang IGD. Tepat di depan ruang perawatan, Mama Mauren, Mama Arriel, Papa David, dan Papa Adriel harus berhenti karena hanya diizinkan satu orang saja yang boleh masuk. Yaitu Alca. Yang lain diminta menunggu di luar.Menunggu Ale yang berada di ruang persalinan membuat keluarga begitu berdebar-debar. Mereka senantiasa berdoa agar proses melahirkan Ale lancar. Di ruang persalinan perawat sudah menyiapkan alat untuk
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

Bab 154 Dima Janitra

Bayi akan dibawa ke ruang bayi oleh perawat. Dokter masih harus melakukan proses akhir yaitu mengeluarkan ari-ari dan dibersihkan setelah operasi. Keluarga melihat bayi mungil yang dibawa oleh perawat ke ruang bayi. Hal itu membuat mereka benar-benar kagum sekali karena bayi kecil itu begitu menggemaskan sekali. “Lihatlah, dia seperti Dima sewaktu kecil.” Mama Mauren menangis ketika melihat anak Ale yang begitu mirip dengan anaknya. Papa David melihat jelas wajah anak Ale. Wajahnya benar-benar mirip Dima waktu lahir. Ada terselip rasa rindu di hatinya. Andai saja anaknya masih di sini, pastinya kebahagiaan mereka akan semakin lengkap. Papa David langsung membawa istrinya ke dalam pelukan. Menenangkan sang istri. Mama Arriel juga ikut bahagia melihat anak Ale. Sangat tampan dan lucu. Anak Ale adalah cucunya juga, meskipun bukan anak dari Alca. Saat bayi dibawa ke ruang bayi, para nenek dab kakek itu ikutan juga. Mereka seolah tidak mau melepaskan pandangan dari bayi mungil yang
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Bab 155 Cucu Kita Juga

“Jarak untuk melahirkan normal adalah delapan belas sampai dua puluh empat bulan, Bu.” Dokter memberitahu Mama Arriel. Mama Arriel mencoba menghitung. “Sekitar dua tahun, Dok?” tanyanya memastikan. “Iya, Bu.” Dokter mengangguk. Mama Arriel merasa kecewa sekali. Karena ternyata dia harus menunggu cucu lagi selama dua tahun. “Apa tidak bisa lebih cepat, Dok?” tanya Mama Arriel. “Bisa paling cepat setahun atau dua belas bulan. Hanya saja, tetap dalam pengawasan dokter.” Dokter kembali memberitahu. Mama Arriel merasa jika waktu setahun sudah lebih baik dibanding dua tahun. Jika setahun, mungkin dia bisa bersabar lagi. “Baiklah, terima kasih, Dok. Maaf mengganggu.” Mama Arriel tidak ada yang dipertanyakan lagi. Jadi tidak mau mengganggu dokter lagi. “Baiklah, saya permisi dulu.” Dokter segera pergi.“Sayang.” Papa Adriel yang mencari istrinya segera keluar. Dia ingin tahu apa yang dilakukan istrinya. Mama Arriel langsung menoleh pada suaminya. Dia tersenyum ketika sang suami menat
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

Bab 156 Tamu

“Hai ....” Loveta menyapa Ale dan Alca. “Kak.” Ale dan Alca tersenyum ketika kedatangan Loveta. Ternyata tamu yang datang adalah kakaknya. Loveta tidak sendiri. Dia bersama dengan sang suami, Liam. Loveta menghampiri Ale. “Selamat atas kelahiran anakmu.” Loveta menautkan pipi di pipi Ale. Dia turut senang ketika mendengar kabar jika Ale sudah melahirkan. “Terima kasih banyak, Kak.” Ale tersenyum. “Selamat, Al.” Liam mengulurkan tangan pada Alca. Menjabat tangan adik iparnya itu. “Terima kasih banyak, Kak.” Alca menerima uluran tangan dari Liam.Liam beralih pada Ale. Menjabat tangan Ale.“Ini untuk kalian.” Loveta meletakkan buah dan kue untuk adiknya di atas meja.“Kenapa harus repot-repot, Kak. Kalian datang saja aku senang.” Alca merasa kedatangan kakaknya adalah sebuah dukungan. “Tidak repot, Al.” Loveta tersenyum. Loveta segera beralih pada bayi mungil yang berada di dalam box. Tampak lucu sekali. “Tidak dirawat di ruang bayi?” tanya Loveta. “Dokter tadi bilang keadaanny
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

Bab 157 Untung Aku Datang

Melihat sang istri, Alca langsung menghampiri. Dia langsung mengambilkan minum yang berada di meja. Ale tersenyum malu. “Aku haus, hanya saja jaraknya jauh.” “Untung aku langsung datang.” Alca memberikan gelas pada Ale. Ale meminum minumannya menggunakan sedotan. Melegakan tenggorokannya yang kering Satu gelas penuh air putih habis diminum oleh Ale. Tampaknya yang haus tidak hanya anaknya saja, tetapi Ale saja. “Kamu sepertinya haus sekali.” Alca tersenyum ketika meraih gelas. “Iya, aku merasa haus sekali.” Ale tersenyum malu. Alca mengalihkan pandangan pada baby Dima. Tampak bayi kecil itu tidur pulas sekali. “Apa setelah minum dia langsung tidur?” tanya Ale. “Iya, dia langsung tidur.” Ale merasa gemas sekali. Padahal baru bangun, tapi anaknya sudah tidur lagi.“Apa anak bayi tidur terus saat siang?” Alca ingin bermain dengan anaknya tetapi justru sang anak tidur terus. “Sepertinya begitu. Sampai nanti dia akan punya siklus tidur yang teratur seperti kita.” Ale mempelajar
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

Bab 158 Mau Menyusui

“Aku mau menyusui, Kak.” Ale memberitahu malu-malu. “Lalu masalahnya apa?” tanya Alca polos. “Aku malu, Kak.” Pipi Ale sudah merona ketika Alca justru balik bertanya. “Cepat anak kita haus, kenapa kamu justru mengajak berdebat.” Alca menegur sang istri. Anaknya terus menangi, tapi sang istri terus bicara. Ale pun tidak punya pilihan. Dia segera membuka kancing bajunya. Kemudian mengeluarkan gundukan kenyal miliknya. Entah kebetulan atau tidak, setiap dia tadi menyusui Alca selalu tidak ada. Saat ada mamanya, Alca di luar, saat ada Loveta pun Alca di luar. Sisanya selalu kebetulan sekali Alca keluar dan perawat yang menemani. Kali ini Ale tidak punya pilihan. Tidak ada perawat yang masuk karena sudah malam. Ale langsung mengarahkan puncak dadanya itu pada Baby Dima.Alca menyeringai. Dia sengaja sekali ingin melihat anggota tubuh sang istri. Sudah sejak lama dia menahan diri. Jadi tentu saja kali ini dia tidak sanggup lagi. “Kamu sepertinya haus sekali.” Alca memegangi dagu san
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

Bab 159 Ingin Bicara

Alca tersenyum ketika melihat Mama Mauren dari pantulan kaca di atas dasboard. Dia melihat kebahagiaan Mama Mauren ketika melihat cucunya. Dia yakin Mama Mauren akan baik-baik saja setelah kepergian Dima. Karena kini ada Dima kecil yang hadir. Ale yang memerhatikan suaminya merasa lega sekali. Akhirnya suaminya tersenyum. Artinya sang suami tidak merasa kesal karena Mama Mauren menyamakan Baby Dima dengan mendiang Dima.Setelah perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya mereka sampai juga. Ale, Alca, Papa David, dan Mama Mauren keluar. Mama Mauren membawa serta cucunya berada di dalam gendongannya. Alca segera membantu sang istri. Walaupun sudah bisa jalan, tetap saja Ale masih harus pelan-pelan. Di mobil lain ada Mama Arriel dan Papa Adriel keluar dari mobil. Mereka segera masuk, menyusul Ale dan yang lain.Alca langsung mengantarkan Ale ke kamar. Mama Mauren yang membawa sang cucu pun langsung ikut ke kamar. Meletakan cucunya di box bayi. “Apa kalian sudah bisa memandikan bayi?
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 160 Mompa ASI?

“Al, Ale baru saja melahirkan. Mama harap kamu bisa bersabar untuk menyentuhnya.” Mama Mauren mengerti sekali. Sebagai seorang suami, pastinya Alca ingin menyentuh istrinya. Jadi Mama Mauren ingin mengingatkan Alca untuk hal itu. Alca ingat betul dengan apa yang dikatakan Ale kemarin. Jika dia harus menunggu sampai empat puluh hari. Walaupun berat, tentu saja dia akan melakukannya. “Aku tahu, Ma.” Alca menangguk. Mama Mauren bersyukur ketika Alca mengerti. Jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan. “Satu lagi, Al.” Tiba-tiba Mama Mauren mengingat sesuatu. “Apa, Ma?” tanya Alca. “Ale baru melahirkan. Jarak yang bagus untuk melahirkan lagi adalah dua tahun. Jadi sebaiknya jika kalian mencegah kehamilan terjadi. Tidak baik untuk Ale dan juga tidak baik untuk Dima jika sampai Ale hamil.” Mama Mauren memberitahu hal itu. Takut jika sampai Alca dan Ale berhubungan, mereka akan kebablasan. Padahal rahim Ale belum siap. Belum lagi Baby Dima butuh ASI. Jika sampai Ale hamil, pasti akan men
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
36
DMCA.com Protection Status