Home / CEO / Skandal Panas Sang CEO / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Skandal Panas Sang CEO: Chapter 211 - Chapter 220

231 Chapters

Tamu Penting.

“Makin hari dia terihat semakin mirip dengan ayahnya,” batin Vero saat sedang berbaring di atas ranjang empuknya.Dia memutuskan untuk tidak berangkat kerja pagi ini, karena tubuhnya memang terasa tidak begitu fit. Vero tidak ingin memaksakan diri dan justru menjadi beban bagi orang di sekitarnya nanti. Dia tidak bisa terlalu lelah semenjak melahirkan William dan memang dalam keadaan tertentu Vero akan menjadi lebih lelah dari hari biasanya meski dia tidak melakukan aktifitas berat.“Halo, Ara. Ada apa kau menghubungiku?” tanya Vero saat panggilan telpon dari Ara masuk dan dijawabnya. Mereka tentu sudah sempat bertukar nomor ponsel sesaat sebelum pulang kerja.“Kau tidak masuk, Vero?” tanya Ara dengan nada khawatir.“Tidak. Aku sudah minta izin pada Miss Paula dan dia memberikan izinnya.”“Ada apa? Apakah kau sakit?”“Sepertinya begitu, Ara. Aku merasa tidak enak badan dan sepertinya memang tidak sanggup untuk memaksakan pergi ke kantor. Maafkan aku dan jangan salah paham dengan semua
Read more

Izinkan Aku Mencoba

Sebenarnya Vero merasa sedikit ragu dan juga penasaran dengan perubahan sikap Ara tadi. Namun, lagi-lagi Vero tidak ingin mengambil pusing tentang semua itu. Dia meletakkan ponselnya dan kemudian melanjutkan istirahat siangnya. Vero benar-benar merasa sangat lelah sehingga dalam hitungan menit saja matanya sudah terlelap dengan indah dan nyenyak.Di ruang kerjanya, Marco sedang memeriksa beberapa berkas dan file di email masuknya. Pria mapan yang tidak kalah tampan dengan Rayhan itu terlihat begitu tenang dan juga fokus. Dia memang tidak suka diganggu saat sedang bekerja dan juga tidak ingin diusik saat ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.Sedang mengetik sesuatu di laptopnya, ponsel lelaki itu berdering. Marco segera mengambil ponselnya dan menatap nama pemanggil di layar benda pipih canggih itu.Marco: Bagaimana?Penelpon: Sudah ketemu semua data dan informasi tentang dia, Boss. Pria itu memang mantan suami nyonya Vero dan dikabarkan selalu mencari keberadaan nyonya lima tahun t
Read more

Apakah Kau Akan Kembali?

“Apa yang sedang kau bicarakan, Marc? Maaf, aku tidak begitu paham ke mana maksud pembahasanmu itu,” kilah Vero dengan sengaja, meski dia tahu dengan pasti ke mana maksud pembicaraan Marco saat ini.“Aku yakin kau sangat paham dengan ucapanku itu. Tapi, aku menghargai jika kau memang tidak ingin membahas masalah itu sekarang,” jelas Marco yang mengalah dan melepaskan tangan Vero dari genggamannya.Dia pun sebenarnya tidak begitu berani mengatakan semua hal itu. Namun, baginya tidak ada yang bisa dilakukan saat ini kecuali berkata terus terang tentang semuanya. Marco takut saat dia menyatakan segalanya kepada Vero, itu sudah terlambat dan tidak ada gunanya lagi.“Hubungan kita tidak dijalin untuk semua itu, Marc. Kau sendiri yang membuat surat perjanjian itu dan kita sudah sepakat,” ungkap Vero ingin memberikan sedikit gambaran kepada Marco tentang hal yang saat ini sedang mereka bahas.“Aku tahu, Sayang. Tapi ... kebersamaan yang tidak sebentar antara kita, membuat perasaan itu bisa
Read more

Apakah Ini Dia?

“Jangan bertanya tentang hal yang aku sendiri tidak tahu jawabannya, Marc!”“Kau tahu, tapi kau masih berusaha menghindari pembahasan itu!”“Tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Aku tidak ingin menjadi Tuhan yang langsung memprediksi apa yang terjadi di masa yang akan datang.”“Setidaknya, kau tahu apa yang akan kau lakukan jika kesempatan itu datang padamu!” desak Marco yang masih ingin mengetahui jawaban dari Vero.“Tolong, Marc! Jangan paksa aku untuk mengatakan hal yang aku sendiri tidak pernah tahu apa itu,” pinta Vero dengan suara sendu dan sedikit memelas kepadanya.Marco tentu saja tidak ingin membuat Vero merasa tidak nyaman dengan pertanyaan dan juga ucapannya. Selama ini, memang tidak pernah ada cinta antara mereka dan semua dijalankan sesuai dengan kontrak serta kesepakatan bersama. Tidak ada ikut campur dan tidak ada cinta dalam hubungan mereka. Hal itu yang selama ini mereka pegang teguh hingga hari ini.Siapa yang bisa menduga dan berpikir jika
Read more

Ramon!

Vero tidak bergeming dan membiarkan dirinya dibawa entah ke mana. Sementara saat ini dirinya duduk di kursi belakang bersama dua orang yang menjaganya kiri dan kanan. Di bagian kemudi ada seorang sopir yang fokus mengendarai kendaraan roda empat itu. Di sebelahnya, ada seorang pria berjas rapi dan aromanya sangat dikenali oleh Vero.“Sudah sampai, Tuan!” Sopir itu berkata dengan tegas kepada pria yang duduk di sampingnya.Vero tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karena posisi duduknya yang tidak pas. Pria itu mengenakan kacamata hitam dan juga duduk dengan menyilangkan kaki. Wajahnya tidak fokus ke depan dan justru memandang keluar jendela kaca mobil.“Di mana ini? Apa yang ingin kau lakukan padaku, Ramon?” tanya Vero sesaat sebelum mereka turun dari dalam mobil van itu.“Kau mengenaliku cukup baik, Sayang. Ternyata, setelah tahun-tahun yang berlalu, kau tidak pernah benar-benar melupakanku,” ucap seorang pria yang duduk di kursi depan.Dia adalah Ramon, sesuai dengan predi
Read more

Rayuan Ramon

“Aku tidak mengerti dengan yang kau maksud!”“Jangan berpura-pura tidak mengerti, Vero. Kau tahu dan mengerti dengan sangat jelas yang aku maksud saat ini. Kau hanya menolak untuk mengakui semua kebenarannya.”“Tidak. Kau salah besar, Ramon. Jangan bersikap seolah kau paling mengerti dan memahami aku,” ucap Vero dengan suara tegas dan juga menatap nyalang ke depan tempat duduknya.Ramon memang tidak sepenuhnya mengerti dan memahami Vero yang selama ini tidak pernah terlalu diperhatikannya. Namun, bukan berarti dia juga tidak tahu apa-apa tentang wanita itu. Ramon pernah dekat dan menjalani hubungan yang lebih dari sekedar rekan kerja dengannya. Jadi, walaupun tidak sepenuhnya, jelas dia memahami Vero dan juga mengerti hati wanita itu.Dadanya bergemuruh menahan emosi dan juga rasa marah yang saat ini rasanya ingin sekali diledakkan. Akan tetapi, Vero sadar bahwa tidak baik baginya jika saat ini meledakkan emosinya pada Ramon. Hal yang pasti akan memicu keributan besar antara mereka be
Read more

Keputusan yang Salah

Tidak ada yang bisa dipertahankan dan dianggap serius oleh Vero dari obrolannya bersama Ramon siang ini. Namun, tidak bisa dia pungkiri kalau apa yang tadi dikatakan oleh Ramon bisa juga ada benarnya. Selama ini, dia begitu percaya bahwa Rayhan akan menerima perintah dan juga tuntutan dari keluarganya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ramon saat itu, dan sebab itu jugalah akhirnya Vero meninggalkan Ramon dulu.“Apa memang benar jika Rayhan tidak pernah berniat meninggalkan aku dan menerima perintah dari keluarganya?” tanya Vero pada dirinya sendiri.Dia duduk di sebuah tempat yang terletak di pinggir jalan, dan menyediakan banyak sekali jenis minuman. Saat ini, Vero hanya memesan es kelapa muda dengan toping ice cream stroberi. Tidak ada yang istimewa dengan minuman itu, tapi dia begitu menghayati yang ada di depan mata kepalanya saat ini. Pikiran Vero jauh melalang buana entah ke mana mengingat semua kisah masa lalunya.“Kau sendirian?” tanya seorang wanita yang entah sejak kapan b
Read more

Sahabat Selamanya

“Sulit untuk aku jelaskan padamu dan pada semua orang. Tapi, biarlah semua yang sudah terjadi menjadi tanggung jawabku saja. Aku tidak akan pernah menyesal karena sudah melakukan semua itu dan aku kembali untuk pekerjaan selama satu tahun ke depan. Bukan untuk kembali bersamanya!” ungkap Vero panjang lebar menjawab pertanyaan Alesha tadi.“Jadi, kau tidak berniat untuk kembali padanya lagi?” tanya Alesha ingin meyakinkan lagi.“Untuk saat ini, tidak ada niatku untuk hal itu, Alesha. Tapi, aku tidak tahu seperti apa Tuhan mengatur nasibku ke depan nanti. Saat ini aku hanya ingin fokus pada karirku.”“Kalau begitu, aku akan terus mendukungmu. Apapun yang ingin kau jalani, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu, Sayang. Tolong jangan berbuat seolah kau hanya seorang diri di dunia ini!”“Terima kasih, Alesha. Kau selalu baik dan jadi yang terbaik untukku!” ungkap Vero dengan sangat tulus. Dia tidak akan pernah bisa menemukan sahabat sebaik Alesha lagi di dunia ini.“Kau berterima kasih pad
Read more

Aku Sakit Tanpamu!

Di sinilah Vero saat ini berada, di sebuah rumah yang bangunannya tidak pernah berubah setelah lima tahun berlalu. Rumah yang masih sempat dia datangi beberapa waktu lalu. Entah bagaimana caranya Vero bisa naik ke sebuah mobil yang dia pikir itu adalah taksi. Ternyata, itu adalah mobil pribadi milik Rayhan – mantan suaminya.Vero tahu dengan jelas bahwa dia tidak bisa ke mana-mana jika sudah masuk ke dalam kawasan ini dalam pantauan Rayhan. Jika sekarang Vero masuk bersama Rayhan ke tempat ini, sudah bisa dipastikan jika lelaki itu juga sudah mempersiapkan banyak pengawalan dan pengawasan untuk Vero.“Kau tidak mau masuk? Aku butuh istirahat setidaknya satu atau dua jam. Masuklah dan jangan pernah menganggap bahwa kau adalah tamu di rumah ini! Kau pemilik rumah ini, jadi bersikap saja dengan santai,” ungkap Rayhan yang perlahan masuk ke dalam ruma mewah serta besar itu.Sementara Vero masih mematung di depan pintu masuk dan merasa ragu untuk melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Bag
Read more

Sepanjang Malam.

“Jangan bergerak, Ray! Kau sangat panas dan pucat. Aku akan memanggilkan Petrus dan memintanya menelpon dokter.”“Tidak! Jangan panggil Petrus, Sayang!”“Kau sakit dan kau masih keras kepala!” bentak Vero emosi dan melepaskan tangan yang tadi melekat di dahi Rayhan.Dia baru saja memeriksa suhu tubuh pria itu dan ternyata badannya sangat panas. Vero tidak bisa membayangkan betapa sakitnya tubuh Rayhan saat ini. Namun, dia masih bersikeras tidak ingin dipanggilkan dokter. Lelaki itu sama sekali tidak berubah sejak dulu dan sampai saat ini hanya itu saja yang mampu membuat Vero berteriak marah karena kesal kepadanya.Tangannya menggapai seperti ingin mengambil lagi tangan Vero yang sudah ditarik pemiliknya. Saking tidak berdayanya Rayhan, bahkan untuk mengangkat tangannya saja dia seperti sangat berjuang keras. Vero tidak tega melihatnya dan langsung menyodorkan tangannya untuk mendekat pada tangan Rayhan.“Aku hanya butuh kau di sini, Sayang. Tidak ingin yang lain dan tidak butuh apapu
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status