Aku tajamkan indera pendengaran. Namun lelaki itu tak lagi mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya langkah kaki yang terdengar menjauh. Aku tak tahu karena tirai menghalangi pandanganku. Namun aku yakin suara itu benar-benar dia, lelaki yang pergi dan menghilang. "Lihat apa, Bun?" Aku tersentak kemudian menolah ke kanan, tepat menghadap Mas Ridho. "Gak apa-apa, Yah. Bosan, pengen pulang."Aku terpaksa berbohong, bukan untuk menutupi. Hanya ingin kenangan pahit terkubur dalam tanpa seorang pun yang tahu, termasuk suamiku. "Sudah bisa jalan?" Mas Ridho membantuku bangun dari brankar. "Bisa tapi pelan-pelan, Yah."Mas Ridho mengangguk, dengan hati-hati ia membantuku berjalan. Aku menatap sekeliling, mencari sosok lelaki pemilik suara itu. Namun hingga sampai di mobil lelaki itu tak kutemukan. Ah, mungkin aku hanya salah orang. Tak mungkin dia berada di sini. Bukankah ia ada di pulau seberang? "Bunda mikirin apa, sih? Dari tadi nengok sana nengok sini. Bunda cari apa?" "Bukan apa-apa,
Read more