"Apa saya tidak salah dengar, Pak?" Mas Ridho mengernyitkan dahi. "Ti-tidak, Pak. Saya membutuhkan pekerjaan. Tabungan selama menjadi TKI habis untuk membayar hutang Susi. Sekarang saya bingung... Kebutuhan dan pengeluaran banyak tapi tidak ada pemasukan," jawabnya sambil menundukkan kepala. Aku tahu betul, Mas Adit menggadaikan harga diri hanya untuk sesuap nasi. Sedikit heran, ke mana harta yang mereka agungkan. Bahkan karena tidak selevel aku dicampakkan bak sampah. Sungguh aku benci jika mengingat itu. "Tolong saya, Pak," pintanya mengiba. Pasti Mas Ridho jadi tak tega. "Akan saya pikirkan, Pak. Kebetulan karyawan sudah banyak.""O, begitu, ya, Pak," jawab Mas Adit. Dia paksa bibir tersenyum meski kekecewaan terlihat jelas dari sorot matanya. "Kalau ada lowongan saya beritahu, Pak.""Makasih, Pak Ridho. Saya sangat berharap ada pekerjaan untuk saya."Beberapa saat lelaki itu terdiam,ia seruput kembali kopi yang masih tersisa itu. Kemudian berpamitan dengan kekecewaan. ***"
Baca selengkapnya