"Saya kurang tahu, Bu. Saya, kan bukan pengurus.""Ah, payah kamu ini, Sal. Apa-apa kok gak tahu. Percuma saya ke sini."Jadi kedatangannya kemari untuk mengorek informasi tentang dana sosial itu. Bu Susi... Bu Susi, kapan tingkahnya bisa berubah? "Ini harganya berapa, Sal? Tapi kalau anaknya perempuan gimana?" tanya Bu Susi sambil menyentuh lemari itu. "Gak papa, Bu Susi. Ini hadiah dari Mas Ridho. Bu Susi dapat hadiah apa dari Pak Adit?""Sebentar lagi juga dapat, Sal. Kamu jangan ngiri, ya." "Iya," jawabku sekenanya. "Pulang dulu. Mas Adit pasti nyiapin hadiah istimewa untukku." Wanita itu segera pergi dari rumahku. Lega, tak sia-sia aku memanas-manasi dia. Terbakar juga, kan? Memiliki sikap yang iri hati membuat Bu Susi mudah terbakar emosi. Padahal hanya untuk masalah sepele saja. ***"Bagaimana lemarinya, Bun?" tanya Mas Ridho ketika aku menyambut kedatangannya."Suka, Yah, semoga anaknya lelaki, ya, Yah. Agar sesuai dengan motif lemarinya."Seketika Mas Ridho menepuk jid
Read more