Helena meremas ujung bajunya. Sedari tadi, ia tak bicara. Setidaknya menunggu Farid yang lebih dulu bicara. Namun sudah banyak menit yang mereka lewati, Farid hanya bicara sedikit lalu diam. Mereka sedang dalam perjalanan membuat undangan pernikahan. "Apa kau yakin, kita bisa menjadi suami istri?" tanya Helena dengan suara bergetar. Ia harus memulai untuk bicara. "Kenapa bertanya begitu?" "Aku hanya wanita yang tak jelas asal usulnya. Lebih baik, kita berhenti saja sebelum terlanjur," ujar Helena. "Aku sudah berjanji pada Tukiyem dan kau sudah menerimanya. Kita juga sudah sangat jauh mempersiapkan semuanya. Jangan bicara yang tidak-tidak," balas Farid dengan nada dingin. Tiba-tiba air mata menetes dari kelopak mata Helena. Bulir bening itu mengalir amat deras melewati pipi mulusnya lalu pecah di atas tangan gadis itu. Melihatnya, Farid langsung berganti haluan. Dengan cepat, dia berbelok lalu menderam kencang. Tak butuh lama, mereka sudah sampai di pinggir sungai. Tempat yang s
Last Updated : 2023-08-09 Read more