Aira pun mengambil uang kertas berwarna merah dua lembar dan membayarnya. Ketika mengembalikan uang sisa pun si nyai sama sekali tak tersenyum.***Sampai di rumah Aira membawa belanjaan ke belakang. Lalu kembali dengan buah yang sudah dicuci. Kami pun duduk-duduk kembali di teras. Tidak ada yang bisa kukerjakan pula di kampung ini.Sedangkan ibu mertua sedang menggaruk jemuran padinya dengan kayu berbentuk gerigi di bagian ujungnya. "Bu Aminah, kalau aku jadi Anda, punya menantu yang kerjaannya cuma makan, tidur, makan, tidur, sudah kuusir dia, Bu! Sepet mata melihatnya. Menghabiskan beras saja." Seorang tetangga berteriak dari rumahnya."Sayang, di desa mulutnya pedes-pedes, ya! Aku jadi pengen membeli pintu gerbang agar ketika bersantai tidak ada yang melihat seperti ketika di kota. Mereka pikir aku tidak bekerja kali. Zaman sudah moderen. Semua bisa kukontrol hanya dengan satu genggaman saja."Aira menyeruput es jeruk yang baru saja dia buat, lalu berkata, "Namanya juga di desa,
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya