"Sebutkan, Sayang! Kalau tidak kamu sebutkan aku mana tahu apa keinginanmu?""Toko baju," sahutnya kemudian.CkYang benar saja."Sayang, kamu jangan bercanda.""Aku nggak bercanda. Kalau mau membelikan ibu daster ya sudah, bayar segera. Aku sudah punya." Aku mengusap wajah dengan kasar. Wanita itu maunya apa sih."Ayo, Bu!" Aira menggandeng ibunya."Eh, tunggu sebentar." Aku menggenggam lengan Aira. Dia berhenti, tapi tidak menoleh."Berapa, Mbak. Langsung bungkus saja."Wanita itu pun memasukkan daster ibu ke kantong plastik besar."Sayang, aku kan belum membeli baju!" Aira dan Ibu tak menoleh dan berjalan cepat melewati banyak orang. Sedangkan aku sedikit kepayahan karena berusaha agar kantong plastik tidak menyenggol badan orang.Setelah berdesakan cukup lama, kami pun berhasil keluar dan aku baru sadar jika tadi masuknya melewati pintu belakang.Di luar pasar kepalaku semakin pusing karena mencium aroma bunga mawar dan telaseh.Aku terus mengekori kedua wanita beda generasi itu
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya