“Kita tidak bisa terus-terusan seperti ini, Dil!” ucapku parau.“Kenapa tidak bisa, Nay. Kita sudah menjalaninya selama bertahun-tahun, dan aku tidak pernah melukai hati kamu. Aku rela jika seumur hidup harus menjaga kamu, sampai waktunya tiba dan jiwaku telah terbang ke nirwana, itu tandanya tugasku untuk menjaga kamu telah usai.”Aku kembali duduk di sebelah Dilan. “Dil, jangan sia-siakan hidup kamu hanya untuk aku. Kamu berhak bahagia,” kataku lagi.Dilan mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan.“Sudah aku katakan berkali-kali, kalau bahagia aku itu hanya kamu, Kanaya. Aku tidak bisa mencintai perempuan lain selain kamu. Cintaku sama kamu sudah terpatri kuat dalam hati, dan tidak akan bisa digantikan oleh siapa pun walau oleh bidadari sekalipun.”Aku menoleh menatap wajah Dilan. Dia menyunggingkan bibir membuat hati ini kian teriris pedih.“Dil, jangan buat aku semakin tersiksa karena perasaan ini. Aku nggak kuat jika terus menerus berada di samping kamu, tapi ki
Baca selengkapnya