Home / Romansa / Bukan Sekedar Pengganti / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bukan Sekedar Pengganti: Chapter 71 - Chapter 80

125 Chapters

Bab 71. Menguji Kejujuran

"Aleysa, maukah kamu menceritakan padaku tentang saudaramu itu?" tanya Arion dengan tatapan lekat dan penuh harap pada Aleysa.Aleysa sedikit terkejut mendengar permintaan Arion hanya saja dengan cepat dia dapat mengubah air mukanya untuk kembali tenang hingga menurutnya Arion tidak akan pernah mencurigainya atau berpikir dia telah berbuat jahat pada Ashera saudaranya."Arion, untuk apa membahasnya?" Aleysa menunjukkan keberatan."Ya, hanya sekedar ingin tahu saja. Selama ini aku tidak mengetahui kalau kamu mempunyai saudara perempuan," jawab Arion.Aleysa tersenyum tipis."Sudahlah, tidak perlu dibahas. Dia tidak penting," sahut Aleysa."Tapi dia saudaramu. Tidak salah bukan kalau aku ingin mengetahui juga?" "Ya, dia memang saudaraku, tapi kami berbeda meskipun wajah kami sangat mirip," ucap Aleysa menunjukkan rasa enggan membahas Ashera.Meski Aleysa terus menolak untuk menceritakan tentang Ashera pada Arion, tapi tunangannya itu terus memaksa deng
Read more

Bab 72. Tidak Membiarkan Mati

"Apa dia sudah tidur?" "Sepertinya sudah. Dari pagi nona Ashera tidak keluar kamar. Dia juga tidak mau makan."Mata Arion membuka sedikit lebih lebar. Sejak dia meminta Fathan membawa Ashera ke rumahnya setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, baru kali ini dia sempat mengunjunginya. Tepatnya pulang ke rumah itu. Dia pikir tidak akan muncul di hadapan Ashera karena ingin Ashera menenangkan diri setelah kejadian waktu itu. Hanya saja mendengar bila Ashera tidak mau makan dan tidak keluar dari kamarnya, Arion merasa khawatir."Bi, tolong siapkan makanan untuknya!" minta Arion."Baik, Tuan." Wanita setengah baya yang setia menjadi ART di rumah itu segera menyetujui perintah Arion.Sembari menunggu Ijah menyiapkan makanan untuk Ashera, Arion duduk sembari mengutak-atik ponselnya. Wajahnya yang tampan tampak dingin dan datar. Tidak ada ekspresi yang menonjol di sana."Tuan, ini makanannya." Ijah mendekati Arion membawa nampan berisi makanan untuk Ashe
Read more

Bab 73. Wanita Istimewa

Ashera tersenyum kecut."Kamu pikir aku akan melakukan hal itu? Kamu takut tunangan kesayanganmu itu memiliki nama buruk? Kamu takut dia stres terus menjadi gila karena dituduh membunuh aku setelah pengakuan ini?" seru Ashera dengan nada kesal dan semakin meninggi. "Itu khan yang kamu takutkan, Tuan Arion?" Arion menggepalkan tinju menahan kemarahan dalam hatinya. Jelas kata-kata Ashera mengena di hati dan menghantam sanubarinya. Semua yang dikatakan adik Aleysa itu memang benar. Dia tidak mau nama Aleysa jatuh dan buruk. Ya, dia melakukan itu semua untuk melindungi Aleysa.Tatapan keduanya kembali saling beradu, hanya saja keduanya memiliki sorot mata yang berbeda. Arion terlihat lebih dingin dan tenang, sedangkan Ashera memiliki sorot mata kemarahan dan penuh kebencian yang mendalam. Bahkan napasnya pun memburu tersengal dan panas seperti ingin menelan mentah-mentah Arion."Kamu menang saja, Tuan Arion! Kamu memiliki segalanya untuk melakukan semua itu padaku," sa
Read more

Bab 74. Pesona Tubuh Arion

"Dasar laki-laki aneh! Dia yang mememecat orang, kenapa aku yang dijadikan kambing hitam?" Ashera mempercepat langkahnya seiring dengan omelannya yang memiliki nada cepat pula. Meski penjaga itu mengatakan bila dia adalah wanita istimewa, tetap saja hal itu tidak berlaku untuk kemarahannya.Setelah mendengarkan ocehan penjaga yang terus menyalahkannya karena Arion memecat Ijah, Ashera segera pergi dari halaman belakang rumah. Kakinya terus melangkah menuju kamar Arion, dia ingin meminta penjelasan dan pertanggungjawaban Arion atas ocehan yang diterimanya hari ini.Dengan rasa kesal, Ashera mengetuk pintu kamar Arion beberapa kali. Tidak ada jawaban dan tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam kamarnya. Kembali terdengar dengus kesal dengan helaan napas panjang."Awas saja kalau kamu datang!" ancam Ashera tanpa ada orangnya.Saking kesalnya, Ashera menghentakkan tangan pada handel pintu, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan dia terkejut."Hah?!" Bibirnya membuka
Read more

Bab 75. Balas Dendam

"Dasar manusia aneh! Laki-laki tidak bermoral!" maki Ashera berjalan keluar meninggalkan kamar Arion.Kesal, marah, ingin memaki, namun tidak berdaya. Itulah yang dirasakan Ashera saat ini. Arion menekan dirinya dan mengatakan bila mulai hari ini dia adalah asistennya. Segala keperluan Arion, dia yang bertanggung jawab. Bahkan sampai menyiapkan pakaian, makan dan semuanya sampai hal yang terkecil dan pribadi pun, dia yang harus melakukannya.Bibir Ashera terus komat-kamit memaki dan menggerutu apa yang telah dilakukan Arion padanya."Ini namanya bukan asisten, tapi babu," gerutunya."Tidak baik wanita cantik sepertimu memasang wajah cemberut." Tiba-tiba Ashera dikejutkan dengan suara pria di hadapannya. Jelas saja hal ini membuat gerakan bibirnya langsung terhenti.Melihat siapa yang datang, bukan mengobati rasa kesalnya, dia malah semakin kesal. Ashera mengabaikan sapaan Fathan dan berlalu dari hadapan pria itu, lalu duduk dengan kasar di sofa. Matanya sini
Read more

Bab 76. Menyelinap ke Luar

"Pakai sendiri!" Ashera menyampirkan celemek pada bahu Arion.Sembari berputar, sembari menyambar alat masak dan sendok sayur dari tangan Arion. Dia mengambil alih apa yang akan dilakukan oleh Arion, sedangkan Arion sendiri terdiam. Pria itu mengambil celemek dan meletakkan pada lengannya dan membiarkan Ashera melakukan tugasnya.Arion menjauh dari Ashera ketika ponselnya berdering dan menjawab. Pria itu melakukan obrolan cukup lama dan Ashera melihatnya sekilas, lalu cuek melanjutkan pekerjaannya. Ketika menoleh lagi, Arion sudah tidak terlihat di tempatnya berdiri."Dasar manusia aneh!" gerutu Ashera.Dia merasa Arion adalah pria paling aneh dan tidak bisa dimengerti sepanjang dia mengenalnya. Sikapnya selalu berubah-ubah tidak bisa ditebak. Terkadang dingin, cuek dan datar, tapi terkadang juga perhatian dan sok patuh."Makanannya sudah matang," ucap Ashera saat melihat Arion baru keluar dari kamarnya dan berjalan, sembari menghidangkan masakan di atas mej
Read more

Bab 77. Bibir Pantai

"Silakan menikmati harimu!" Fathan merentangkan kedua tangan saat mereka telah tiba di tempat tujuan. Sebuah pantai laut lepas terbentang di hadapan Ashera dan Fathan. Tidak terlalu ramai pantai itu, hanya beberapa orang saja yang ada di sana. Lebih tepatnya hanya beberapa pasang. Mungkin karena bukan hari libur, mungkin juga karena siang hari, mereka takut hitam.Ashera mengedarkan pandang ke laut lepas, lalu melihat Fathan. Dia tidak tau apa tujuan pria itu membawanya ke sana, ke tempat yang bisa dikatakan sepi. Katanya mau merefresh otaknya, tapi hanya ada pasir putih dan birunya air laut."Aku tidak suka pantai," ucap Ashera sembari berjalan kembali masuk ke dalam mobil.Fathan tercengang, lalu berjalan mengikutinya dan berdiri di samping pintu mobil di mana Ashera duduk."Kenapa?" tanyanya dengan tatapan ingin tau."Tidak suka saja. Apa harus ada alasan?" seru Ashera menunjukkan nada tidak senang."Harus! Setiap hal pasti ada alasan," desak Fathan.
Read more

Bab 78. Belum Mengenal

"Huh ... dasar pelor!" Ashera menggerutu ketika kembali ke dalam mobil dan mendapati Fathan tidur. Dia kesal karena asisten Arion itu membawanya ke pantai, tapi malah dia sendiri berdiam di dalam mobil dan tidur. Hanya saja Ashera juga merasa senang dan beruntung karena dengan begitu, dia dapat menghubungi Trixi. Paling tidak ada kelegaan sendiri mendengar kabar Trixi baik-baik saja. Terakhir yang dia ingat, sahabatnya itu juga disekap untuk mengancamnya."Sudah kembali?" Fathan membuka mata saat Ashera duduk di sampingnya."Dari tadi," jawab Ashera sewot."Sorry, aku ketiduran," sesal Fathan sembari mengucek mata seolah-olah dia memang ketiduran. Padahal Fathan sama sekali tidak tidur. Kemanapun Ashera pergi, sebenarnya dia mengekor.Karena hari sudah sore, Fathan mengajak Ashera kembali dengan alasan agar mereka sudah sampai rumah sebelum Arion kembali. "Aku tidak mau Arion tau kalau kita pergi ke luar. Bisa-bisa kita dihukum," ucap Fathan sembari memutar
Read more

Bab 79. Beda Kasta

"Jangan makan terlalu banyak! Sisakan ruang dalam perutmu!" Ashera mengangkat kepala dan langsung melihat Arion. Matanya mengernyit heran dan bingung. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan pria yang kini duduk bersandar punggung di depan mata dengan tatapan dingin padanya. Bahkan makanan dalam piringnya sama sekali belum dia sentuh."Aku belum memakannya," ucap Ashera juga cuek dan terkesan obrolan kosong.Arion menghela napas halus, lalu mencondongkan punggung ke arah Ashera dengan kedua tangan terlipat di atas meja. Tatapannya semakin lekat dan dekat."Makanlah sedikit saja untuk mengganjal perut!" lirihnya memerintah.Ashera semakin tidak mengerti. Kemarin-kemarin Arion memintanya untuk makan lebih banyak dan mengatakan badannya terlalu kurus. Dia takut Ashera tidak akan kuat bertahan saat dia membutuhkannya untuk menyiapkan pakaiannya. Bahkan bila ada angin bertiup, tubuhnya akan turut melayang seperti layang-layang. Sekarang pria itu memintanya makan sedi
Read more

Bab 80. Yang Terjadi di Makam

"Kenapa berhenti?" Ashera heran melihat Arion meminta sopir menghentikan mobil yang mereka tumpangi di pinggir jalan arah masuk ke area pemakaman. "Aku harus memastikan Aleysa tidak ada di sana," jawab Arion dingin tanpa melihatnya."Kenapa? Apa kamu takut Aleysa cemburu melihat aku bersamamu? Atau kamu takut aku menyakiti kekasihmu itu?" Hati Ashera yang sejak Arion menyetujui permintaannya mengunjungi makam Zanna merasa senang dan tenang, tiba-tiba meradang. Terlebih saat mengingat Aleysa. Bukan cemburu atau sejenisnya, tapi dia marah karena Arion melindungi Aleysa dan mengira bila dia akan menyakiti Aleysa.Sorot mata Ashera tajam melekat menatap Arion. Ada kebencian membara dalam netranya. Kebencian itu muncul begitu saja setiap kali mengingat nama Aleysa.Arion pun terdiam menanggapinya. Pria itu melakukan hal yang sama, membalas tatapan tajam Ashera. Bahkan sorot matanya lebih misterius dan lebih tajam melekat dari sorot mata Ashera. Hanya saja itu berla
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status