Home / Romansa / Bukan Sekedar Pengganti / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Bukan Sekedar Pengganti: Chapter 61 - Chapter 70

125 Chapters

Bab 61. Kebakaran Jenggot

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pa, Ma?" Aleysa mulai cemas, membagi bola mata pada Kafi dan Lydia meminta bantuan dan pendapat."Kenapa sebelum kamu melakukan kesalahan tidak kamu pikirkan dulu, Aleysa? Otakmu sama sekali tidak cerdas!" keluh Kafi kembali kesal pada Aleysa."Kamu terlalu sembrono, Aleysa." Lydia setuju dengan perkataan Kafi."Mana aku tau akan jadi seperti ini." Lagi-lagi Aleysa berkeli ketika semua menyalahkannya."Karena kamu tidak pernah berpikir sebelum melakukan, Aleysa!" bentak Kafi kembali tersulut emosi."Sudah cukup!" teriak Lydia menengahi sembari mengangkat kedua tangan di sisi kepala. "Tidak ada gunanya lagi menyalahkan. Yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini agar pernikahan Aleysa dan Arion tetap berlangsung," sambungnya kembali memberi tatapan tajam pada Kafi dan Aleysa.Untuk sesaat semua terdiam dengan kepala terisi penuh dan berjubal kekacauan. Bayang-bayang kehancuran sudah berada di depan
Read more

Bab 62. Kemarahan Sahabat

"Kamu gila, Aleysa! Kamu pikir anak itu mau melakukannya setelah apa yang kita lakukan padanya?"Kafi merasa ide Aleysa terlalu konyol dan tidak akan mungkin terjadi. Mengingat apa yang telah mereka lakukan pada Ashera sebelumnya, dengan mereka tidak menepati janji membayar uang yang telah dijanjikan saat mereka memaksa menggantikan Aleysa tidur bersama Arion. Ashera tidak mungkin mau melakukan untuk mereka lagi."Papamu benar, Aleysa. Gadis kampungan itu pasti tidak akan mau," timpal Lydia setuju dengan perkataan Kafi.Aleysa malah tersenyum mendengar penolakan dan keraguan mereka."Tapi kali ini aku yakin dia pasti mau," lirihnya penuh keyakinan dan percaya diri. Bahkan bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan yang licik.Kafi dan Lydia saling bertukar pandang setelah melihat Aleysa merasa yakin dengan apa yang diusulkannya."Dia tidak mungkin membiarkan wanita tua itu mati," ucap Alyesa lagi dan masih dengan senyum licik."Maksudmu, kamu akan mengguna
Read more

Bab 63. Buat Kesepakatan

"Ashera, siapa?" Trixi merasa khawatir melihat Ashera terdiam setelah melihat siapa yang menghubunginya. Bukan hanya terdiam saja, namun wajah Ashera menunjukkan rasa takut dan keraguan seolah ada masalah besar yang akan menimpanya."Ashera." Kembali Trixi memanggilnya karena tatapan Ashera padanya tidak berkedip sama sekali dan malah terlihat shock.Tidak sabar melihat Ashera tidak segera menjawab pertanyaannya dan juga menjawab panggilan teleponnya, Trixi merebut benda pipih dari tangan Ashera yang masih terus berdering."Aleysa?" Bibir Trixi bergumam membaca nama yang muncul dalam layar ponsel Ashera.Mata Trixi langsung melihat Ashera dengan tatapan yang tidak jauh berbeda dengan ekspresi Ashera. Hanya saja tatapan Trixi lebih pada bertanya kenapa Aleysa menghubunginya?"Shera, jangan-jangan Aleysa yang membawa ibumu ke luar dari rumah sakit," tebak Trixi, kini merasa yakin kalau Aleysa yang membawa Zanna ke luar dari rumah sakit dengan paksa."Aku
Read more

Bab 64. Memaksa Diam

"Ashera?" Trixi tidak mengerti kenapa Ashera malah membentaknya dan memintanya diam.Ashera tidak mempedulikan apa yang saat ini dipikirkan oleh Trixi. Menjelaskan pun rasanya tidak akan memiliki banyak waktu. Dia merasa Aleysa dan Kafi mengundangnya datang ada tujuan besar dan pasti berhubungan dengan ibunya."Katakan! Apa yang sebenarnya kalian inginkan dan apa yang harus aku lakukan?" Suara Ashera terdengar tegas.Aleysa dan Kafi tertawa melihat ketegasan Ashera. Dari awal mereka sudah yakin bila Ashera pasti akan datang dan tidak akan bisa menolak bila semuanya berhubungan dengan ibunya. Aleysa bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Ashera sembari membawa ponselnya."Lihat ini baik-baik!" Aleysa memberikan ponselnya pada Asheera dan menunjukkan rekaman video dirinya yang sedang melakukan pembullyan.Ashera dengan ragu mengambil alih ponsel itu dengan mata menatap Aleysa lekat. Dia merasakan firasat buruk yang bakal terjadi padanya. Karena setiap kali be
Read more

Bab 65. Hujatan Tak Bersalah

"Ashera, kamu yakin akan melakukan ini semua?" Trixi merasa tersakiti dan kasihan melihat Ashera.Dia tidak tega melihat sahabatnya seperti ini. Harus mengakui kesalahan yang tidak pernah dia lakukan, apalagi mengakui secara terbuka dan pasti akan dilihat semua orang. Bukan hanya masa depannya yang akan terancam dan kelam, tapi semua orang pasti akan mengecamnya. Meski Kafi menjanjikan pembebasan dan menjamin tidak akan ada penahanan oleh pihak kepolisian, tetap saja hidup Ashera terancam."Tidak ada cara lain, Trixi," ucapnya sedih dan pasrah.Demi menyelamatkan nyawa ibunya dan mendapatkannya kembali, dia rela melakukan apa saja yang diminta oleh Aleysa, termasuk mengakui perbuatan yang tidak pernah dia lakukan sama sekali. Jangankan melakukan pembullyan dan penganiayaan pada manusia, membunuh semut saja Ashera tidak tega.Melihat kondisi ibunya yang mengenaskan dalam rekaman video yang ditunjukkan Aleysa padanya, membuat hatinya semakin hancur. Hidupnya sudah han
Read more

Bab 66. Jatuh Pada Titik Terdalam

"Kalian menipu aku?" desis Ashera menyadari bila dia telah ditipu oleh Kafi dan Aleysa.Alesya dan Kafi tersenyum licik mendengar perkataan Ashera. Segera Aleysa menggerakkan tangan memberi kode pada orang-orangnya untuk mengusir para awak media setelah melihat Arion tidak ada lagi di tempatnya berdiri. Dia yakin Arion sudah pergi setelah mendengar pengakuan Ashera karena tunangannya itu mengatakan tidak ada waktu untuk datang, tapi karena Aleysa memaksa datang, maka Arion hanya datang sebentar dan segera pergi."Kami tidak menipumu, Ashera. Kamu saja yang terlalu bodoh!" ucap Aleysa setelah hanya tinggal mereka bertiga saja dengan dua pria yang mengaku sebagai polisi.Ashera geram dan benar-benar marah. Kemarahan yang sejak tadi ditekan dalam-dalam demi ibunya, kini sudah tidak bisa ditahan lagi. "Aku bersumpah, aku akan membalas semua perbuatan kalian setelah aku keluar dari penjara," ucap Ashera.Matanya tajam menembus Aleysa dan Kafi secara bergantian. Bara
Read more

Bab 67. Masa Kritis

"Pergi jauh dari hadapanku! Kedepannya bila aku melihat wajah kalian, maka aku akan benar-benar membunuh kalian.""Tidak, tidak lagi. Kami akan pergi jauh dari kota ini," ucap salah satu dari dua pria itu dengan suara gemetar.Dua pria itu bersujud di kakinya dengan wajah penuh lebam dan luka. Bahkan darah segar terlihat membekas dari bibir mereka yang pecah karena tinjuan tangan yang kuat. Bukan hanya wajah saja yang penuh dengan luka dan lebab bekas tinjuan, tapi tubuh mereka yang setengah tidak berpakaian pun penuh dengan bilur-bilur merah."Cepat pergi!" bentaknya lagi dengan suara lebih menggelegar dan menakutkan. Auranya lebih mencekam dari malam yang gelap tak berbintang."Iya, iya, kami pergi," sahutnya gugup dan lagi-lagi suaranya penuh dengan rasa ketakutan dan tercekat.Dua pria itu lari tunggang langgang dengan kedua tangan menutupi bagian tubuhnya yang hanya tertutup kain segitiga, sedangkan baju dan celana mereka ditinggal begitu saja saking takutny
Read more

Bab 68. Apa Kalian Belum Puas?

"Bos?" Fathan mendekati Arion yang berdiri menghadap dinding kaca di ruang kerjanya.Arion tampak diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang sedang dipikirkan, tapi yang jelas bukan masalah pekerjaan karena soal pekerjaan ada Fathan dan yang lainnya yang pasti bisa diandalkan. Bahkan kemampuan Arion sendiri tidak bisa diremehkan."Fathan." Arion memutar tubuh menghadap Fathan dan melepaskan lipatan kedua tangannya, lalu berjalan mendekati asistennya itu.Meski tidak menjawab panggilan Arion, namun ekspresi dan mimik wajah serta gestur tubuh Fathan menunjukkan kesiapan."Menurutmu, apakah aku harus membatalkan penanganan proyek di London?" Fathan sedikit mematahkan lehernya dan menatap lekat Arion. Setidaknya dia terkejut dengan ucapan Arion dan rasanya tidak percaya Arion mempertanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan dan sebenarnya Arion paling tau jawabannya."Proyek itu, bukankah sangat berarti untukmu?" sahut Fathan dengan kerli
Read more

Bab 69. Ketulusan

"Nona, tenangkan dirimu!" Fathan kaget melihat Ashera marah dan bisa dikatakan mengamuk.Ashera terus saja menyalahkan Fathan yang tidak tau apa-apa tentang kematian ibunya, tentang kelicikan Aleysa. Yang dia tau hanya tentang rekaman video dan pengakuan Ashera. Bahkan Arion pun tidak mengatakan apa-apa tentang ini"Kenapa tidak kalian bunuh saja aku seperti kalian bunuh ibuku, ha?" pekik Ashera tidak bisa dikendalikan oleh Fathan.Lagi-lagi Ashera menyebut ibunya dan pembunuhan yang diklaim sebagai perbuatan Aleysa dan Kafi. Hal itu membuatnya semakin tidak mengerti. Apalagi melihat emosi Ashera tidak bisa dikendalikan dan terus saja berteriak meminta agar dia membunuhnya juga."Ashera!" bentak Fathan dengan suara lantang dan cukup keras.Fathan sudah tidak memiliki cara lagi untuk membuat Ashera diam dan tidak terus menyerangnya dengan kemarahan sehingga membentaknya adalah cara satu-satunya yang bisa dia pakai agar Ashera diam.Tatapan dan wajah dinginnya
Read more

Bab 70. Lebih Mengenalnya

"Apa kamu yakin?" Arion memutar tubuh menghadap Fathan dan menatapnya lekat."Aku tidak salah mendengar. Dia dengan jelas mengatakannya," jawab Fathan.Setelah mengantar dan menenangkan Ashera, Fathan langsung menemui Arion dan menceritakan apa yang terjadi dan apa yang dikatakan Ashera dalam kemarahannya. Awalnya dia tidak percaya dan tidak yakin atas apa yang dia dengar, tapi melihat cara dan emosi Ashera saat itu membuat Fathan merasa ada yang harus diselidiki dan dibicarakan pada Arion."Apa menurutmu Aleysa tega melakukan hal itu?" Arion merasa ragu. Arion yang tadi duduk dengan bersandar, kini punggungnya condong ke arah Fathan dengan kedua tangan terlipat di atas meja."Aku tidak berani mengatakannya. Kamu lebih mengenalnya," jawab Fathan tidak berani berpikir terlalu jauh tentang Aleysa. Kini giliran Fathan yang menyandarkan punggungnya.Arion ingin tidak percaya dan memungkiri apa yang dia dengar dari Fathan tentang kematian ibu Ashera yang disebabk
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status