Darah tampak mengalir dari pundak Mervin. Dalam waktu sekejap mata, pakaian Mervin pun sudah dinodai darah merah. Dia memelototi Yandi, lalu berkata, “Ternyata nggak gampang untuk dihadapi! Kamu tunggu saja! Kalau kamu nggak setoran, jangan harap bisa buka toko di sini!”Leon tersenyum sinis. “Kamu lagi takuti siapa? Kamu kira bos kami bakal takut sama kamu?”Kemudian, Leon menggoyangkan pisau sayur di tangannya. Mervin dan yang lainnya spontan berjalan mundur. Dia memberanikan diri untuk mengancam, baru meninggalkan tempat.Leon memaki, “Kukira semuanya hebat-hebat. Ternyata kalian semua pecundang!”Bruno berkata dengan tersenyum, “Meskipun orang itu hebat, mereka juga bakal takut sama Bos!”Yandi meletakkan kembali kursi yang ditendang tadi. Dia pun berkata, “Sudahlah, lap darah di atas lantai. Bereskan dulu, sudah waktunya makan malam!”Bruno dan yang lainnya mengangkat meja, lalu meletakkannya di tempat semula. “Bos, belakangan ini aku dengar kabar dari sekeliling. Orang yang berna
Read more