“Astaga, Rian. Gak modal banget, ya, main petik bunga Tante sembaranagn. Si mawar itu sudah Tante anggap kayak anak sendiri,” cerocos Tante Erni, menatap iba pada tangkai bunganya yang sudah dipetik.“Duh, Tante ini berlebihan. Aku ini juga kan anak Tante. Bunganya juga kuambil cuma satu tangkai, itupun untuk menyenangkan hati calon menantu Tante.”Tanter Erni tertawa sekilas. “Baiklah. Tapi kamu harus ganti rugi dengan nyiram semua tanaman ini besok pagi.”“Siap, Tante.”“Ya sudah, kalian mandi dulu, baru bawa Alina jalan-jalan.”“Memangnya boleh mandi bareng?” bisik Bang Rian. Tante Erni membeliakkan mata dan aku langsung membuang muka. Ekspresi tante dan kepokannya itu bikin gemas saja.“Apa kamu bilang? Kalau kamu berani berbuat nakal sama Alina, Tante yang akan jadi lawanmu.”Aku mengulum senyum melihat wanita yang ikut berjasa menjadikan calon suamiku jadi seorang dokter, mencubit perut Bang Rian. “Ampun, Tante. Ampuuun.”“Ini belum seberapa. Kalau kamu nakal, awas saja, perutm
Last Updated : 2023-01-13 Read more