“Maaf, Delon. Bukannya kami tak izinkan kamu punya lebih banyak waktu bersama dengan Cici. Namun, kami tak bisa lepaskan Cici sendirian sama kamu. Maaf jika terkesan tak adil.”Bu Rahimah bicara dengan lembut saat Cici merengek minta ikut denganku ke kafe. Aku maklum, diri ini bukanlah lelaki yang pantas disebut sebagai ayah yang baik.“Gak apa-apa, Bu. Diizinkan bertemu seperti ini saja sudah membuatku bahagia. Selama ini, bukan saya yang membesarkannya dan bahakan tak ada ikut andil dalam semua pengeluarannya. Melihat dia tumbuh besar dan tak kekurangan apapun seperti ini sudah cukup bagi saya,” balasku seraya tersenyum.“Baguslah kalau kamu mengerti.”“Tapi, Nek. Cici mau sama Ayah. Tolong izinin, Nek,” rengek putriku.“Gak bisa, Ci. Tolong mengerti! Kalau Nenek tak izinkan, pasti demi kebaikanmu juga,” tegas ibunya Alina. Cici tak membantah lagi, tapi air matanya deras keluar. Gadis kecilku melengang pergi menuju kamar.“Bu, kasihan Cici,” lirih Rian.“Lebih baik kasihan sekarang,
Last Updated : 2023-05-24 Read more