Aku masih menggulir layar, mencari tahu harga jam tangan yang sama persis seperti dengan pemberian Tante Fatma. Seperti dugaanku, harganya cukup membuat sesak napas. Terlalu mahal untuk diberikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak memiliki hubungan dekat. Aku menimbang-nimbang, sempat ingin mengembalikan, tapi mengingat Tante Fatma berkata akan sangat bahagia kalau aku selalu mengenakannya, aku jadi mengurungkan niat itu. Bagiku ini barang mewah, tapi di mata Tante Fatma mungkin ini sama murahnya dengan jam tangan dua puluh lima ribuan di pasar malam. Aku memandangi jam tangan berwarna rose gold ini. Cantik memang, terlihat simpel dan elegan. Sayangnya, benda ini diberikan di saat semuanya sudah hancur berantakan, baik hubunganku dengan Bang Ayas, maupun Acha. "Bagus. Baru, Va?" tanya Tante Elin. Terlalu larut dalam lamunan membuat aku tidak menyadari kehadirannya di dapur. Aku mengangguk. Namun, sesaat kemudian ingat kalau aku sedang kesusahan dalam hal finansial. Jadi, aka
Baca selengkapnya