Home / Pernikahan / Wanita Berhati Baja / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Wanita Berhati Baja: Chapter 41 - Chapter 50

122 Chapters

Di Ujung Maut

“Pak, dokter ingin bertemu dengan wali pasien. Mungkin Anda harus bergegas ke sana untuk menandatangani beberapa persetujuan.” Mike muncul membawa informasi. Mas Danu sudah dibawa ke kamar rawat inap, tetapi sejak operasi ia belum sadarkan diri. Masih terbaring dengan aneka alat medis menancap di tubuhnya.Sekar melempar pandangan permusuhan pada Mike. Sedangkan Mike, melempar pandangan iba padaku. Aku sendiri tak berani menatap siapa-siapa. Terasa perih melihat perut Sekar. Menerka-nerka berapa usia kandungannya. Mungkin tiga sampai empat bulan.Tak berani pula, sedikit saja, mencuri pandang pada Mike. Perasaanku berkata, telaga yang memancar dari tubuhnya bisa membuatku ingin menenggelamkan diri di sana. Terlebih saat ini, saat aku butuh seseorang untuk menjadi pendongkrak semangat.Kembali kuambil gawai. Membuka aplikasi Quran. Duduk di sisi Mas Danu yang terpejam. Melantunkan ayat-ayat suci untuk menenangkan hati.Sekar tak mau kalah. Segera mengambil kursi dan duduk di sisi lain
Read more

Mengalah

Kuhela nafas, sabar. Saat ini posisiku tidak lebih kuat darinya. Aku membutuhkan Sekar untuk bisa bersimpati dan berbagi informasi. “Tolong, jangan begitu padaku. Hapuskan kebencianmu. Kita di satu posisi saat ini. Aku istrinya, kamu juga. Kita harus kompak demi kesembuhan Mas Danu.”Ia menggeleng. “Tidak. Mas Danu bukan kue yang bisa dibagi-bagi dengan adil dan merata. Aku tak akan membiarkan Mas Danu terus dilema. Jangan ganggu kami. Biarkan kami merawat cinta kami tanpa perlu memandang ke belakang.”Apa yang kutakutkan akhirnya jadi kenyataan. Inilah keinginan Sekar. Mungkin juga keinginan Mas Danu saat sadar nanti. Perpisahan tanpa perceraian.“Jangan rampas hak anak-anak atas ayahnya, Sekar! Kamu juga akan jadi ibu. Apakah kamu rela jika anak-anakmu kehilangan kasih dari ayahnya?”“Anak? Atas nama anak selama ini kamu menahannya?” cibirnya sinis. “Hey, hiduplah untuk dirimu sendiri. Anak atau orangtua, tak ada yang berhak mengatur hidup kita! Jangan libatkan orang lain untuk meng
Read more

make over

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya beliau mengusikku. Mataku sedari tadi hanya memandangi susu hangat yang berubah dingin karena tak segera kuminum.Pertanyaan mertua membuat otakku berpikir keras. Bagaimana cara menyampaikan isi hatiku tanpa terkesan emosi? “Saya cemburu.” Hanya itu? Tidak, bukan hanya itu yang ingin kusampaikan padanya. “Saya juga ingin dicintai sebesar cinta Mas Danu untuk wanita itu.” Pertama kalinya aku berkata jujur di hadapannya. Spontan. Keberanian itu datang karena aku mengira sedang berbicara pada gelas di hadapanku yang sedari tadi kupandangi. Tak sekalipun kudongakkan muka untuk melihat langsung wajahnya, sekalipun hanya satu kerutan.“Cinta yang belum mati, menumbuhkan rasa penasaran. Rasa penasaran mendorong seseorang untuk bertualang. Danu sedang bertualang. Mungkin ia akan pulang padamu atau malah tinggal bersama surga baru yang ia temu.”Dadaku terasa kian sesak. Ada gumpalan emosi yang membebani.“Perasaan cinta tidak bisa dipaksakan. Kadang
Read more

Terobosan Baru

“Mbak, mau kuliah? Sungguhan?” tanya Caca tak percaya bahwa keinginan itu keluar dari diriku sendiri.“Hem ....” Dibantu atau tidak dibantu olehnya, aku akan tetap mengambil kesempatan itu. Seperti kata mertuaku, aku harus mencintai diriku sendiri. Toh, cinta yang kuyakini, yang membuatku rela mati rasa, telah tiada. Tak ada akses ke sana. Aku sungguh buta!‘Bebaskan dirimu!’ ucapan wanita jahat itu seolah racun yang terus meremas-remas ingatan.Jadi aku tahanan di matanya? Atau budak?‘Ikhlaskan jika jodohmu dengan Danu tak panjang. Ubah dirimu menjadi wanita yang gemilang!’ Nasihat terakhir mertuaku berputar ulang.Jadi aku wanita yang suram? Wanita yang tak layak diperhitungkan!“Rekomendasikan padaku, klinik skincare yang bagus. Aku ingin memiliki kulit yang kencang dan bersinar seperti kulitmu,” pintaku di lain waktu pada Caca. Satu-satunya pihak keluarga yang masih bisa kumintai tolong. Tentu saja, lepas dari urusan Mas Danu, karena ia mengaku juga tak tahu.Entah, mengapa aku m
Read more

Banyak Penggemar

“Oh ... you’re right! I agree with you.” Staf admin yang kutaksir berusia 22 tahun itu tersenyum manis pada Mike. Agaknya, ia menaruh rasa pada Mike. Memang sulit menampik pesona pria bermata biru itu.Seseorang dengan wajah bule natural datang menghampiri Mike. Mereka terlihat akrab. Mike langsung meninggalkan kami dan pergi bersama pria yang tingginya sepantaran tinggi Mike. Seolah tak penting, ada aku atau tidak ada aku, di depannya. Sekedar melihat punggung pria itu saja sudah menimbulkan desir aneh. Sehingga aku harus berkali-kali mengedipkan mata untuk membuang semua bayangannya.Staf admin langsung mengubah jam belajarku. Mengaturnya agar tidak perlu bertemu kelas dengan Mike. Bagusnya pelayanan di tempat mahal adalah murid bisa memilih siapa yang jadi tutornya.Ia menjelaskan bahwa Mike hanyalah tutor tamu yang mengajar secara eksklusif di kelas-kelas perdana untuk menyapa peserta kursus. Sesekali ia juga mengajar secara khusus sesuai kebutuhan peserta tertentu. Namun jika pe
Read more

Sihir Malam

“Cappucino,” ia menawarkan kopi lain yang dipegang tangan kirinya, “or you want Americano? Jangan khawatir, keduanya belum kuminum,” imbuhnya.Karena tidak terlalu paham kopi, jadi aku menerima apa saja yang ia berikan. Toh, aku tidak terlalu suka kopi.“Turun! Nonton dari dekat lebih nikmat!” ajaknya. “Tidak, terima kasih. Aku ingin di sini saja.”“Kalau begitu boleh aku masuk dan menemanimu sampai kopimu habis?”Dua mata biru itu kembali hangat dan ramah. Sulit sekali menolaknya. Bukankah ini yang kuinginkan tadi? Sekedar minum kopi bagai teman baik. Belum ada 12 jam dan keinginan itu hampir terwujud. Haruskah aku menghindar lagi dan merasa sakit hati lagi?Setan dalam diriku mengatakan, ‘Sekali saja mencoba. Mengapa tidak? Kamu juga butuh teman yang bisa membuatmu merasa senang.’Daripada kami berada di dalam mobil berdua, lebih nyaman jika berbaur dengan orang-orang di trotoar yang asyik menikmati minuman dari mobile coffee yang berjajar di sepanjang jalan.Mike tersenyum. Puas
Read more

WBB 47

“Bagaimana kabarnya? Kamu tahu? Apakah dia sudah sadar? Bagai kakinya? Tidak jadi lumpuhkan? Sudah sejauh apa kemajuannya? Apakah Sekar merawatnya dengan baik?”Mike mengerutkan kening. Memasang wajah masam. “Pertanyaan yang beruntun. Mengapa tak berhenti penasaran dan memulai memantaskan diri hingga ia kembali?” sarannya.“Banyak yang telah berubah darimu, Laras, tetapi kuharap kamu tak pernah kehilangan jati diri. Kamu wanita yang baik dan tetaplah jadi baik. Jangan jadi munafik dan membohongi diri sendiri demi sebuah eksistensi. Ketika kamu merasa tak nyaman, memaksakan diri hanya akan membuatmu berselimut kepalsuan. Bisakah kamu bebaskan diri dari aneka beban perasaan?”Bagaimana dia tahu bahwa aku begitu terbebani dengan semua ini? Sekentara itukah?“Kamu adalah kamu. Mencintai diri sendiri tak perlu dengan meniru-niru orang lain.”Kress. Paper cup milikku yang isinya telah habis kuremas hingga gepeng.Bahkan sebagai peniru pun, aku adalah peniru yang buruk sehingga bisa ia baca
Read more

WBB 48

Baru saja hendak kujawab ketika adik tirinya datang dengan dua porsi besar roti bakar.“Yeay, kita punya dua roti bakar istimewa. Satu cheese dan satunya chocolate. Laras, kamu suka yang mana?”Mendongak, memandang padanya. Aku belum tahu namanya, bagaimana ia bisa tahu namaku? Bukankah kami belum berkenalan?“Aku tahu namamu dari Mikey, ia sering bercerita tentangmu,” ujarnya sambil menyenggol bahu sang kakak.“Awas, jangan keceplosan lagi! Aku stop uang jajanmu nanti!” ancam Mike pada adiknya. Si gadis pirang langsung membentuk isyarat siap mengunci mulut.Mata wanita itu berpindah ke paper cup-ku yang sudah tak berbentuk setelah kuremas.“Wah, kopimu sudah habis. Kamu harus pesan minuman lain agar bisa menelan semua roti ini tanpa tersedak. Do you want something?”“Lemon tea, ada?”Adiknya mengangguk dan kembali ke kedai dengan lincah. Kakinya sangat ringan dan ia terus saja berjalan dengan gerakan menari, membuat rambut ekor kudanya bergoyang-goyang. Keceriaan gadis itu mengingatk
Read more

WBB 49

Tertera nama nanny yang mengurus Hawa.Masih dengan dada berdebar menerima panggilannya. “Ya, Mbak. Ada apa?” Gugup, apa yang akan terjadi jika tak ada dering gawai malam ini?“Maaf, Bu, masih lama pulangnya?” suaranya terdengar takut. Tak biasanya ia meneleponku, kecuali benar-benar ada yang mendesak.Naluri keibuanku aktif kembali. “Hawa enggak papa ‘kan, Mbak?” cemasku. Mike ikut menyimak, melihatku cemas agaknya menularkan kecemasan yang sama di parasnya.“Dek Hawa enggak mau tidur dan minum susu. Katanya mau nenen sama mama.”Hawa minta nenen? Sudah lama ia minum ASI via botol, bahkan sering menolak jika aku menyusuinya. Kenapa malam ini tiba-tiba Hawa begitu? Nalurinyakah sebagai anak? Jadi ini pertanda Tuhan bahwa anakku tak rela ibunya bermain-main dengan pria lain?“Aku akan segera pulang, Mbak. Bentar lagi sampai.” Segera aku berdiri. Menyambar tasku, dengan gawai masih menempel di telinga. Lupa berpamitan pada Mike yang tentu saja, langsung mengejarku.“Tunggu, Laras!” cega
Read more

WBB 50

Ia juga menyuapiku ketika luka di perutku pascaoperasi belum mengering. “Hati-hati. Biar aku saja,” katanya begitu melihatku kesulitan menyuap makanan. Kukira, lambat laun kami akan jadi pasangan sejati.“Aku mungkin tak bisa memberikan hatiku untukmu, namun aku bisa memberimu nafkah lahir dan batin, sesuai kemampuanku. Maaf jika hanya ragaku yang kamu miliki, sebab kamu tahu di mana hatiku berada.”Sekalipun kata-kata itu ia berikan padaku sebagai cambuk peringatan, namun kami bisa menutupinya dari orang-orang. Hingga berita perselingkuhannya menyambar-nyambar, aku masih memilih menutup mata.Tidak, Mas Danu tak mungkin begitu. Tak mungkin ia menistakan diri dan wanita yang ia cintai dengan skandal kotor, sanggahku. Akan tetapi, semua terbukti. Bahkan, ia pun tak menutupinya lagi. Api di dalam sekam, akhirnya membakar hutan. Tak ada yang tersisa, selain rasaku yang masih sekuat baja.***Sambil menyusui, kupandangi layar gawai. Seribu pesan yang kukirim ke gawai Mas Danu tak terba
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status