Share

WBB 49

Penulis: Nailin RA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tertera nama nanny yang mengurus Hawa.

Masih dengan dada berdebar menerima panggilannya. “Ya, Mbak. Ada apa?” Gugup, apa yang akan terjadi jika tak ada dering gawai malam ini?

“Maaf, Bu, masih lama pulangnya?” suaranya terdengar takut. Tak biasanya ia meneleponku, kecuali benar-benar ada yang mendesak.

Naluri keibuanku aktif kembali. “Hawa enggak papa ‘kan, Mbak?” cemasku. Mike ikut menyimak, melihatku cemas agaknya menularkan kecemasan yang sama di parasnya.

“Dek Hawa enggak mau tidur dan minum susu. Katanya mau nenen sama mama.”

Hawa minta nenen? Sudah lama ia minum ASI via botol, bahkan sering menolak jika aku menyusuinya. Kenapa malam ini tiba-tiba Hawa begitu? Nalurinyakah sebagai anak? Jadi ini pertanda Tuhan bahwa anakku tak rela ibunya bermain-main dengan pria lain?

“Aku akan segera pulang, Mbak. Bentar lagi sampai.” Segera aku berdiri. Menyambar tasku, dengan gawai masih menempel di telinga. Lupa berpamitan pada Mike yang tentu saja, langsung mengejarku.

“Tunggu, Laras!” cega
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Berhati Baja   WBB 50

    Ia juga menyuapiku ketika luka di perutku pascaoperasi belum mengering. “Hati-hati. Biar aku saja,” katanya begitu melihatku kesulitan menyuap makanan. Kukira, lambat laun kami akan jadi pasangan sejati.“Aku mungkin tak bisa memberikan hatiku untukmu, namun aku bisa memberimu nafkah lahir dan batin, sesuai kemampuanku. Maaf jika hanya ragaku yang kamu miliki, sebab kamu tahu di mana hatiku berada.”Sekalipun kata-kata itu ia berikan padaku sebagai cambuk peringatan, namun kami bisa menutupinya dari orang-orang. Hingga berita perselingkuhannya menyambar-nyambar, aku masih memilih menutup mata.Tidak, Mas Danu tak mungkin begitu. Tak mungkin ia menistakan diri dan wanita yang ia cintai dengan skandal kotor, sanggahku. Akan tetapi, semua terbukti. Bahkan, ia pun tak menutupinya lagi. Api di dalam sekam, akhirnya membakar hutan. Tak ada yang tersisa, selain rasaku yang masih sekuat baja.***Sambil menyusui, kupandangi layar gawai. Seribu pesan yang kukirim ke gawai Mas Danu tak terba

  • Wanita Berhati Baja   WBB 51

    “Ternyata kamu sangat bijaksana. Namun, jika tamu itu membawa senjata dan hendak membunuhmu, bukankah seharusnya kamu lari? Minimal melawan.”“Jika melawan, aku pasti kalah. Jika berlari, rumahku akan kosong, dan aku terpaksa menggelandang di jalanan sebagai fakir miskin.”“Kamu takut miskin?” terdengar suaranya mengejek.“Miskinnya manusia adalah tak punya amalan apa-apa untuk membeli tiket surga. Bukan masalah harta. Karena bagi seorang muslim, harta sejati yang bisa ia bawa hanyalah amal.”Aku tahu Mike adalah seorang mualaf. Namun, sepanjang yang kulihat, Mike bukanlah mualaf yang rajin beribadah. Sehari-hari, ia lebih mirip non muslim karena saat hari Jumat pun, Mike tak ikut ke masjid bersama karyawan pria lainnya. Menurut kabar, Mike menjadi mualaf karena hendak menikahi muslimah tetapi gagal. Meski begitu, Mike tak kembali pada keyakinan lama karena berpendapat bahwa apa sudah diputuskan, tak boleh disesali.“Apa hubungannya dengan pernikahanmu, Laras?”“Mas Danu adalah tiket

  • Wanita Berhati Baja   WBB 52

    Waktu terus berputar, tak menunggu satu detik pun untuk terjeda dalam keterpurukan.Pilihan hidup yang telah diputuskan, haruslah dipertanggung-jawabkan. Maaf, jika aku tak sesuai harapan kalian, tetapi inilah pilihan hidupku, menjadi setia meski kekasih hati mengkhianati.Nama Larasati terpampang di papan pengumuman sebagai salah satu karyawan yang terlibat proyek pembangunan hotel di luar kota. Sebelumnya, mana pernah aku dilibatkan dalam proyek besar semacam ini?Aku hanya dianggap karyawan titipan, yang statusnya tak lebih hebat dari karyawan magang. Tak banyak tanggung jawab yang kupegang, karena misi awal dikirim ke perusahaan ini hanya untuk belajar mengenal dunia luar. Namun, semua ujian rumah tangga yang terjadi, membuatku berambisi menggali potensi diri. Aku juga ingin dipandang berarti. Terutama oleh Mas Danu dan Sekar. Tak mau lagi diremehkan bagai remahan roti basi.Kini, aku bukan hanya karyawan titipan, tapi sudah bergerak menuju karyawan tetap. Ingin terus naik hingga

  • Wanita Berhati Baja   WBB 53

    “Jadi kamu ditugaskan ke Cilacap? Meninjau lokasi proyek?” tanyanya di gawai.Mike punya kebiasaan baru tiap malam. Meneleponku. Anehnya, setelah tiga minggu aktivitas itu berlangsung, sehari saja dia tak menelepon, aku merasa ada yang hilang. Walau begitu, aku tidak pernah memulai untuk meneleponnya.“Siapa saja yang berangkat?” koreknya lagi. Mike peduli pada kegiatan yang kujalani. Bukan untuk menghalangi-halangi. Ibarat tukang kayu, ia membawa kapak untuk membabat semak belukar yang menghalangi langkahku. Memuluskan jalanku.Kusebutkan nama beberapa rekan yang diberangkatkan. Dari tujuh staf, termasuk manajer perencana, ada satu wanita lagi yang berangkat. Jadi aku tidak sendiri. Masih ada yang menemani.“Kamu sudah siap? Itu akan jadi perjalanan dinas kamu yang pertama.”“Hem ... harus siap. Untuk bisa menjangkau bintang, aku harus siap memanjat dan menaklukkan ketakutan.”“Apa yang kamu takutkan?”Aku mengedikkan bahu, padahal Mike tak bisa melihat itu. Ia meneleponku pukul 22.0

  • Wanita Berhati Baja   WBB 54

    Aku terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. Amanda masuk dengan senyum mengembang. “Kamu udah baikan?” tanyanya ceria.Prediksiku, dia berhasil jalan-jalan sekalian barusan. Terlihat dari bungkusan belanja yang dibawa dengan wajah bercahaya.“Sudah.”Berapa lama aku tertidur? Rasanya baru sebentar. Mengapa mereka begitu cepat kembali?“Yuk, makan dulu di resto, ditunggu tim. Kamu kuat ‘kan? Atau masih mau tiduran?” Ia memegang keningku. “Suhumu normal.”“Iya, aku udah gapapa, kok. Maaf, ya, ga tahu kalau ternyata aku mabuk darat.”Perlahan bangkit dan membersihkan diri. Sebenarnya aku masih merasa tak enak badan. Namun, tak mungkin hanya berbaring di kamar ketika momen ini adalah pertaruhan awal bagiku sebagai karyawan di perusahaan besar.Amanda berdandan maksimal. Seolah akan menghadiri pesta makan malam di restoran mewah. Aku bercermin sebentar. Duh, aku tak menyiapkan baju spesial. Hanya baju formal dan baju lapangan. Bahkan baju tidur pun tidak.“Haruskah kita pakai gaun?”

  • Wanita Berhati Baja   WBB 55

    Tak tahu jam berapa tepatnya. Tetapi lampu kamar sudah dipadamkan dan tubuhku sudah terbalut selimut. Aku bisa mendengar seseorang berbisik, dengan suara lirih.“Kuharap dia baik-baik saja. Bagaimanapun dia menantu bos,” bisik Amanda membuatku terjaga. Berniat menyingkap selimut dan menyapanya, ketika satu suara lain kudengar.Apa? Mike di kamar ini? Bagaimana ini?“Kabari aku jika sesuatu yang aneh terjadi. Kita tak boleh ambil risiko. Sepertinya dia tak mabuk biasa. Minta dia periksa besok jika masih muntah-muntah. Aku khawatir perjalanan ini malah jadi malapetaka baginya,” sahut Mike. Perutku kembali terasa perih. Selalu begini ketika perasaan nyaman menghantam. Rabbi, Amanda benar-benar harus kuomeli. Bagaimana bisa dia membiarkan lelaki masuk ke kamar kami?Kudengar langkah mereka menjauh, menuju pintu. Dari sela-sela selimut mengintip, bersiap menegur kecerobohan Amanda. Tapi, ya Allah, mataku ternoda melihat mereka berciuman.Kini bukan hanya perutku yang bergolak, hatiku pun t

  • Wanita Berhati Baja   WBB 56

    Sayup bola mata bertemu cahaya di ruang putih bersih. Mike tertidur terkulai di sisi ranjangku. Terkejut melihatnya, tetapi rasa nyeri di lengan menghalangi diri ini untuk bergerak. Diinfus? Mengapa?Kupaksa otak untuk mengingat-ingat apa yang terjadi. Aku di mana dan kenapa?Samar, bayangan aku tercebur ke danau dan diselamatkan Mike menguat. Ya Tuhan, akhirnya aku ingat. Dia menciumku. Lancang. Pria ini sudah terlalu lancang menjamahku. Tiba-tiba rasanya takut jika perkara ini terdengar keluar. Apa kata orang. Lagi pula, mengapa di ruang ini hanya ada kami berdua? Mana yang lainnya? Benarkah yang lain tak punya tenggang rasa untuk ikut menemaniku di sini?Kucoba menggerakkan tubuh. Terasa berat, sakit, ngilu, kaku. Aku kenapa? Tak mungkin lumpuh, kan?“Laras, kamu sudah sadar?” Mike terjaga merasakan derit ranjang saat aku bergerak.“Mana yang lain?” tanyaku to do point,“Sudah pulang. Kamu pingsan semalaman. Mereka harus kembali ke perusahaan pagi ini sesuai jadwal.”Apa? Terbelala

  • Wanita Berhati Baja   WBB 57

    “Bukan hanya diriku yang menginginkan pernikahanmu berakhir, tapi mertuamu juga. Tak bisakah kau berhenti berjuang untuk keluarga itu?”Mendengar nama mertuaku disebut, hati ini kembali terhasut. Prasangkaku selama ini, benarkah? Menolak mempercayai, aku menggeleng-gelengkan kepala.“Kenapa kamu bilang begitu?” Meski sejak dulu aku telah menaruh curiga, tetapi tak ada bukti mengarah ke sana. Selain karena kondisi Mas Danu yang berada di hadapan gerbang kematian. Wajar, jika kemudian beliau memilih mengabaikanku demi lebih memedulikan putra tunggalnya.“Aku mendekatimu karena mendapat tugas darinya. Menggoyahkanmu.”Dia bohong ‘kan? Hatiku menolak percaya, meski otakku tidak. Semua masuk akal. Semua ini terencana.“Mulanya itu hanya lelucon bagiku. Hingga malam itu, saat malam gala dinner. Kau muncul bak bidadari yang membuatku sulit berkedip, walau hanya satu detik. Aku mengira-ngira, kamu bisa jadi begitu indah bak bintang di atas langit, jika kamu mau sedikit berusaha. Tetapi kenapa

Bab terbaru

  • Wanita Berhati Baja   WBB 122

    “Usahamu ‘kan masih bisa berjalan dengan baik, Mas. Dulu, Mas tak mau bekerja di perusahaan Bapak. Memilih berdikari di atas kaki sendiri. Mengapa sekarang harus mengandalkan harta Bapak untuk sukses?”“Dulu aku punya Sekar yang membantuku memenangkan banyak tender. Dia pintar melobi orang. Sekarang aku sering tak beruntung.”Hatiku retak mendengar jawabannya. Mengapa harus mengungkit jasa wanita itu dalam hidupnya. Itu seperti menyindirku yang tak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya, kecuali berdoa.“Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu cemburu dengan ceritaku. Aku hanya ....”“Sudahlah, Mas. Tak perlu kaujelaskan. Semua terang bagiku. Dia adalah batu berlian, sementara aku batu kerikil.”“Bukan begitu ... bukan begitu maksudku. Maafkan aku salah bicara. Seharusnya tak kusebut-sebut namanya saat bersamamu.”Senyum tipis kuberikan. Sekadar menenangkan. Sekalipun aku tak tenang, merasa tak berguna sebagai pasangannya.Dia memandangku dengan tatapan yang aneh. Tatapan yang m

  • Wanita Berhati Baja   WBB 121

    Ini cinta yang berat, juga rumit. Di sisi hati, aku benci. Di sisi lain begitu mencintai. Di satu waktu, aku ragu. Di lain waktu, begitu menggebu. Adakah aku akan tetap berdiri di sisinya sekuat baja?___Kugandeng tangan Mas Danu. Membawanya menjauh dari rubah betina itu. Namun, kaki suamiku seolah terpaku. Tak bergerak dari tempatnya berdiri. Mungkinkah, dia jatuh cinta lagi?Mas Danu melepas pegangan tanganku, berjalan mengejar wanita itu, lalu memegang tangan Sekar hingga wanita itu berbalik. Menatapnya dengan pandangan penuh kebahagiaan. Ia menang. Sekali lagi ... dia menang dan menempatkan diriku sebagai pecundang. Rasa sakit melihat itu, membunuhku. Aku tak mampu bertahan lagi dengan siksa batin ini.Sekar langsung bergerak hendak memeluk Mas Danu, hingga aku tak sanggup memandang dan memilih memejamkan mata. Terkatup bersama bulir kristal bening yang merembes, membasahi pipi.“Jangan! Hubungan kita sudah berakhir.” Suara Mas Danu terdengar jelas. Segera kubuka mata untuk melih

  • Wanita Berhati Baja   WBB 120

    Biarlah yang lalu terbawa angin, agar yang sekarang bisa hidup dengan tenang, tanpa beban, ataupun penyesalan.___“Siapa, Mas?”Masih bergeming. Mas Danu mendadak beku. Tak dihiraukannya lagi ponsel yang terjatuh ke lantai. Apalagi menjawab pertanyaanku.Kuputuskan menghampiri dan menggoyang tubuhnya. Ia pun tersentak kaget. Kedua tangannya mencengkeram tubuhku erat.“Kamu tidak akan percaya ini, Laras. Dia ....”Aku melihatnya kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi?Apakah ini tentang Caca? Mas Danu tak tahu bahwa aku sudah memegang separuh rahasia Bapak.“Pemilik rumah ini adalah ....” Mas Danu sulit sekali berkata-kata. Mengusap wajahnya berulang-ulang. Lalu memegang dadanya dengan pandangan nanar. Siapa?“Dia ... Sekar.” Lirih suaranya, tapi dahsyat akibatnya.“Sekar, Mas?” Tanganku mencengkeram sisi meja agar tidak jatuh pingsan. Dia, wanita itu kembali setelah sekian lama. Tak mungkin rumah ini menarik baginya. Pasti ada hal lain yang hendak dia rebut dariku. Mas Danu.Kugele

  • Wanita Berhati Baja   WBB 119

    Aku pernah menentang niat baik istriku yang hendak menjadikan kamu menantu. Keberadaanmu menyiksaku. Namun, kamu tahu apa yang dikatakan istriku? Dia bilang, “Justru aku harus berada di dekatnya, sebab jalan takdir kalian tak akan jadi serumit ini jika malam itu aku tidak menemuimu.”Di situ aku terenyak. Menyadari istriku sengaja datang. Dia membaca surat-suratku untuk ibumu. Ia bilang, “Aku jatuh cinta padamu, lewat kata yang kau untai untuk sahabatku.” Jadi dia sengaja datang ke tempat seharusnya aku bertemu ibumu. Dia ingin menghiburku. Tanpa tahu aku sudah memilih alkohol untuk menemaniku.Dia merasa, dirinya yang membuat hidup kita berantakan. Pernahkah kamu melihat cinta sebodoh itu? Cobalah bercermin. Karena cinta yang bodoh itu, juga pernah kamu rasakan untuk anakku. Juga pernah kurasakan pada ibumu. Juga pernah dirasakan Danu pada Sekar. Hampir dari kita semua, pernah menjadi bodoh karena cinta. Merasa cinta adalah segalanya. Padahal, itu hanya ilusi. Hanya sebuah perasaan y

  • Wanita Berhati Baja   WBB 118

    “Sebaiknya kita kembali ke rumah kita, Mas. Di sini banyak duka yang membayang.” Setelah Mas Danu pulih sempurna, aku segera mengajukan keinginan yang lama terpendam. Rasanya tak betah terus berada di rumah ini. Penuh foto Bapak yang membuatku muak.“Duka itu ada di hati, terbawa ke mana pun kita pergi.” Ia duduk di balkon favoritnya untuk membaca koran. Secangkir wedang jahe—kesukaan Bapak—tersaji. Padahal, dulu Mas Danu tak suka minum wedang jahe. Ia lebih suka minum teh atau kopi. Semakin hari, ia semakin mirip dengan Bapak mertuaku itu. Mungkinkah ini hanya bayanganku saja?“Aku sudah menghubungi pihak bank. Rumah ini masuk daftar lelang. Jadi, bukan sehari dua hari ini terjadi. Semua sudah dijalankan diam-diam sejak lama oleh Caca. Aku akan merebut kembali semua milikku.” Dingin dalam suara itu membuatku kembali teringat almarhum Bapak. Akankah suamiku berubah menjadi pria ambisius yang mencintai bisnis dibanding keluarga?“Tak bisakah Mas relakan? Kita masih punya banyak hal ber

  • Wanita Berhati Baja   WBB 117

    Kuambil tisu dan menyeka beberapa keringat di wajahnya. Padahal AC mobil menyala, tapi bisa-bisanya ia berkeringat.“Jangan pikirkan hal-hal berat dulu, Mas. Kamu baru keluar dari rumah sakit. Sebaiknya kita pulang dan istirahat. Apa gunanya banyak harta jika tubuh sakit?”Dia diam, tak bersuara. Masih memijat kepalanya dengan wajah meringis menahan sakit. Segera kupasangkan seatbelt ke tubuhnya dan menyetir pulang.Meski dipaksa beristirahat, Mas Danu tetap gelisah dalam tidurnya. Ini memang tak mudah bagi kami. Tiba-tiba saja, kemewahan yang kami nikmati selama ini direnggut paksa. Bagai penduduk pribumi yang didepak kompeni. Kami tertipu oleh serigala berbulu domba.“Tidak, Bapak ... Bapak ... kembali. Kembalilah! Jangan pergi!” Mas Danu mengigau dalam tidurnya. Kusentuh keningnya, panas. Dia kembali demam. Kepanikan melanda diriku yang bingung harus bagaimana dalam situasi semacam ini. Suamiku yang kuharapkan bisa berdiri tegak, justru berulang kali jatuh sakit. Masalah bertubi-tu

  • Wanita Berhati Baja   WBB 116

    “Mungkin kamu tak sadar, tapi ciuman tadi adalah kemesraan pertama kita setelah Bapak tiada.” Lirih suara Mas Danu terdengar seperti pria yang lama menanti pujaan hati. Rasa bersalah menghantam, menggoyahkan nurani.Masalah ini membuat kami menyatu kembali. Setelah sebulan lebih aku membentengi diri karena dendam yang tiba-tiba menyulut hati. Surat Bapak telah menjadi tembok tinggi bagi hubungan kami. Sering tiba-tiba terlintas dalam hati, meninggalkan Mas Danu untuk lepas dari bayang masa lalu. Merasa bersalah pada kedua orang tuaku, telah hidup berbahagia dengan orang yang membuat keluarga kami sengsara. Kakek nenek, mereka mungkin juga mengutuk diriku yang mencintai keturunan pria penghancur keluarga. Namun, aku bisa apa jika hati selalu tergerak untuk mencinta?“Ini seperti petualangan di gunung yang curam. Aku harus mendaki, mencari misteri yang tersembunyi di gelapnya hutan. Saat Bapak masih hidup, semua terlihat normal. Namun, begitu pasak itu dicabut, tenda kita ikut berguncan

  • Wanita Berhati Baja   WBB 115

    Aku tak sempat memikirkan masa lalu. Hanya masa depan kami yang kupikirkan. Bagaimana nasib anak-anak ke depan jika kerajaan bisnis Bapak tumbang? Aku tak ingin melihat anak-anakku hidup kekurangan seperti yang dulu kurasakan.“Aku akan cari tahu, Laras. Benar dia atau orang lain yang mengendalikannya. Tak akan kubiarkan rumah ini berpindah tangan.” Mata Mas Danu menjelajah ruang. Melihat aneka barang yang tertata seperti saat Ibu tiada. Tak banyak yang berubah. Bahkan, foto pernikahan kami yang dihelat demikian mewah, terpanjang di dinding dengan bingkai emas. Berjajar dengan foto Bapak dan Ibu yang duduk berdampingan di sofa besar. Foto itu diambil di ruang keluarga rumah ini. Sejenak, netra suamiku berdiam di sana. Menatap kedua wajah orang tuanya yang menyunggingkan senyum.“Rumah ini dipenuhi kenangan mereka ....” Suara pria berkulit bersih itu bergetar. Bola matanya berkaca-kaca, bak kristal lampu yang dari Eropa yang melengkapi desain rumah berarsitektur Mediteran.“Aku tumbuh

  • Wanita Berhati Baja   WBB 114

    Di akhir hayat ini, aku tersadar bahwa hal yang banar-benar bisa dibawa pulang ke kampung akhirat hanyalah amal. Jadilah anak soleh yang menjadi amal jariyah bagi bapak dan ibu, sekalipun aku malu meminta itu darimu.Semoga kamu bisa jaya dengan kemampuanmu sendiri, hingga kamu bisa menghargai setiap proses. Semoga dengan ini, kamu juga bisa menguji sedalam apa cinta Larasati. Apakah hanya karena materi, atau sungguh cinta murni? Mampukah dia bertahan dalam kesetiaan saat ujian menerpa rumah tangga kalian dengan dahsyatnya? Sudikah dia memulai dari nol bersamamu jika tak ada sepeser pun warisan bapak yang jatuh pada kalian? Ataukah dia pergi ke pelukan pria lain yang menawarkan sesuatu yang lebih menggiurkan?Bagaimana pun arah peta hidup kamu selanjutnya, bapak berdoa semoga kamu bangga jadi diri sendiri. Semoga surat ini menjadi penjelas, jika nanti notaris datang membacakan surat wasiatku dan tak banyak yang bisa Bapak wariskan untuk kalian. Segera urus aset-aset yang memang bisa

DMCA.com Protection Status