“Kuantar pulang, ya, Mbak.” Kini kami berdua sudah berjalan keluar dari area pemakaman umum.“Mbak tadi pakai motor Nilam, Ry.”Ia mengangguk mengerti.“Oiya, Mbak dan Khanza kapan pulang? Ibu sudah nanyain, katanya udah kangen kalian.”Aku memang masih menginap di rumah orangtuaku, setelah dijemput Nilam kemarin.“Mungkin besok aku minta antar Nilam, Ry.”“Enggak usah, Mbak. Nanti biar aku yang jemput Mbak Tania dan Khanza.”“Jangan, Ry. Kamu kan sibuk dengan perkerjaanmu. Biar Nilam yang antar.”Nilam adikku memang mahir menyetir mobil, tidak sepertiku yang hanya bisa mengendarai motor.“Pokoknya besok Fahry yang jemput, Mbak.”Aku tak menjawabnya lagi. Lalu kemudian kami berpisah, aku berjalan ke arah motorku sedangkan Fahry menuju ke arah mobilnya. Namun ternyata ia mengikutiku sepanjang jalan, aku bisa melihat dari spion motorku mobilnya terus mengiringiku dari belakang. Hingga tiba di depan rumahku dan menghentikan motorku. Kubuka helmku saat mobil Fahry sejajar dengan motorku,
Baca selengkapnya