Beranda / Pernikahan / Hasrat Istriku / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Hasrat Istriku: Bab 71 - Bab 80

120 Bab

Agar Jera

“Ini materi yang akan kita tampilkan besok. Untuk acara besok, kita mulai jam 09.00, selesai mungkin sekitar jam 12.00 dan kita akan makan siang bersama. Setelah makan, kita baru akan pulang.”David mendengarkan penjelasan dari sekretarisnya yang telah mengatur jadwal mereka. Dan dia melirik ke arah Naya yang masih banyak diam. Dia kemarin sangat aktif dan bersemangat, dan secara mendadak hari ini Naya lebih banyak diam seperti biasanya lagi.“Naya, kelihatannya ada sesuatu yang mengganggu kamu dari pagi ini. Apa itu? Bahkan seharian ini, kamu tidak menunjukkan sikap yang sama seperti sebelumnya.” David terus mencurigainya.Naya kemudian menatap ke arah David. Widya dan Danu juga menatap ke arah Naya sekarang. Naya benar-benar sudah tak nyaman. Rasanya ingin segera pulang karena Ghiyas tak kunjung bisa dihubungi. Dalam sepersekian detik, Naya telah memutuskan untuk segera pulang.“Saya merasa tidak enak badan. Jika boleh, say
Baca selengkapnya

Naya Pulang

Naya berangkat pagi-pagi sekali untuk mengejar kereta pertamanya pagi itu. David mengantarkan Naya ke stasiun. Pria itu agak cemas, walau Naya tak menunjukkan jika dirinya sedang sakit hari itu.“Sampai di sana, pulang dan istirahat! Jangan keluyuran! Ditambah, jangan masuk kerja!” ujar David.“Baik, Pak. Terima kasih banyak,” ucap Naya sambil membungkuk kecil.David menganggukkan kepalanya dan mendekati Naya. Tangannya terulur untuk menepuk pelan bahu Naya. Sorot mata Naya melirik tangan David yang menepuk bahunya itu sebentar.Akhirnya, Naya memasuki kereta dan David kembali ke hotel. Naya lega akhirnya bisa pulang lebih awal. Ghiyas masih tak bisa dihubungi sampai hari ini. Ingin bertanya kepada orang tua mereka pun, rasanya sulit. Karena mereka pasti akan khawatir dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.Naya bahkan belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ghiyas. Hingga dia memutuskan untuk segera mengetahui apa
Baca selengkapnya

Dua Pilihan

“Kamu keguguran, udah lama banget. Tapi kenapa enggak ngasih tahu Mas sama sekali? Apa Mas memang enggak berhak tahu di mata kamu? Atau karena kamu bersyukur karena ternyata kamu gagal jadi seorang ibu seperti yang kamu harapkan? Kamu enggak siap, bukan?”Ghiyas menatap ke arah Naya dengan tajam. Semula cara bicaranya lemah dan tenang. Perlahan kalimatnya semakin runcing dan nada bicaranya mulai terdengar lebih kuat.Naya mengulum bibirnya sejenak. Dia tak pernah menyangka, bahkan tak pernah berpikir jika Ghiyas akan mengetahui tentang kasus yang sudah dia tutupi dengan baik itu. Dia tak siap untuk bicara.“Naya enggak tahu Mas tahu soal itu dari siapa, tapi itu enggak benar. Naya enggak pernah hamil. Gimana Naya bisa keguguran?” Naya mencoba mengelak, terdengar gugup.Mendengar kebohongan dari Naya membuat Ghiyas tersenyum sambil menggeleng kecil. Ini ternyata istrinya. Banyak sikap Naya yang perlahan terlihat jelas perbedaannya.
Baca selengkapnya

Pisah Ranjang

“Itu berarti kamu punya waktu sampai tiga hari untuk memikirkannya. Selama itu juga, jangan bicara sama Mas. Mas enggak mau kehilangan kendali atas diri Mas sendiri. Jangan berusaha memancing keributan sama Mas!” tegur Ghiyas tanpa lemah lembut.Dan saat itu juga, Ghiyas pergi berangkat bekerja. Meski jadwalnya siang, dia mungkin akan mampir ke apartemen Kevin dulu untuk sekedar beristirahat dan mempersiapkan dirinya kembali bekerja.Sementara Naya menangis sejadinya. Dia tak bisa merelakan salah satunya. Dia tak mau kehilangan semua yang sudah dia bangun sejak awal dan dia tak mau kehilangan pria yang sudah ada di hatinya.Dulu saat hatinya masih kosong, akan sangat mudah untuk melepaskan setiap pria yang bersungguh-sungguh padanya. Ghiyas berbeda. Pria itu telah merebut ruang kosong di dalam hatinya. Hatinya yang semula dingin, kian hangat jika pria itu ada bersamanya si sepanjang malam.Gadis itu menjambak kecil rambutnya dan mengeram kenca
Baca selengkapnya

Ketahuan Lagi?

Naya terbangun dengan mata sembab. Sudah lama sekali rasanya dirinya menangis karena perasaannya sendiri. Dan entah kenapa rasanya moodnya sedang tak bagus sama sekali.Begitu melirik ke jam digital, Naya tersadar jika dirinya bangun kesiangan. Karena semalaman dirinya menangis. Tak bisa memutuskan mana yang harus dia pilih dan dia selamatkan.Tanpa aba-aba, Naya langsung bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar untuk melihat Ghiyas. Dan ya, Ghiyas sudah pergi. Sofa sudah rapi dan kelihatannya Ghiyas sengaja tak sarapan di sana. Ghiyas sudah meninggalkan apartemen pagi-pagi sekali. Entah ke mana.Naya memegangi kepalanya. Rasanya pusing karena dia bangkit terlalu tiba-tiba. Pandangannya kabur untuk beberapa saat hingga dia mendudukkan dirinya di lantai. Setelah pandangannya jelas dan kepalanya tak begitu pening, Naya menatapi apartemen yang terasa sangat sepi.Entah kenapa perasaan seperti ini sangat tidak wajar. Hatinya terasa sakit, dadanya te
Baca selengkapnya

Keputusan Naya

“Gue enggak bisa relain karier gue gitu aja. Lo coba bayangin, kalau lo ada di posisi gue!” ucap Naya seraya menahan tangisnya yang hampir pecah. “Gue enggak akan ada di posisi lo. Karena gue enggak akan pernah neken kontrak yang isinya enggak boleh berkeluarga. Gue bakal cari perusahaan di mana gue enggak perlu memikirkan aturan kontraknya. Dan kalau gue mau bekerja di sana pun, gue yakinkan kalau gue enggak akan ambil posisi yang mana aturannya ribet.” Fely menggeleng, menolak untuk merasakan posisi Naya. “Fel, lo enggak ngerti. Gue—” “Enggak ngerti apa? Lo yang enggak ngerti, Nay! Lo tuh nyakitin perasaan suami lo sendiri. Gue selalu memikirkan perasaan dua belah pihak, loh. Dan dari yang gue lihat selama ini, lo selalu berada di posisi yang enak.” Naya menatap ke arah lain, dia berusaha untuk tak menangis sekarang. Dia berusaha untuk tak meneteskan air matanya di sana. Sementara Fely masih menatap Naya dengan tajam. “Fel, gue enggak bisa.
Baca selengkapnya

Kecelakaan

Sebuah mobil kini terparkir secara tidak ramah di pinggir jalan dalam keadaan menabrak pohon yang berada tepat di pinggir jalan. Dan pintunya terbuka begitu gadis yang mengendarainya hendak keluar dari mobil. Naya keluar dari mobil dengan keadaan yang baik-baik saja di sana.Dengan terluka kecil di bagian pojok atas wajahnya. Naya mendesis kecil sambil menatapi mobilnya. Ini mobil pertamanya, yang dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dia tak percaya dia mengorbankan hasil kerja kerasnya ini demi menghindari tabrakan dengan pengendara lain.Di waktu yang sama, sopir David melintasi jalan yang sama dan mendapati sebuah mobil di depannya. Tampak bagaimana Naya berada di sana dengan beberapa pengendara lain yang ikut menepi untuk memastikan pengemudi mobil yang menabrak pohon itu baik-baik saja.“Bukankah itu Naya?”David langsung mencondongkan tubuhnya ke depan dan menemukan Naya yang kini bersama dengan seorang wanita paruh baya yang me
Baca selengkapnya

Kedatangan Cherly

Fely menganggukkan kepalanya dengan ragu. Sebenarnya, dia tak ingin membohongi Ghiyas juga. Namun dia tak bisa mengkhianati sahabatnya sendiri. Dia masih berada di pihak Naya.“Itu melegakan. Jujur saja, saya sempat mengira kalau-kalau Naya melakukan ini semua karena menjalin hubungan dengan seseorang.” Ghiyas tersenyum kecil.Fely tak menjawab. Dia terdiam dalam lamunannya kemudian. Tak ada yang bisa dia katakan lagi pada Ghiyas jika Naya ketahuan selingkuh. Dia hanya berharap Ghiyas mengerti tujuan Naya jika dia menjalin hubungan dengan orang lain nanti dan memakluminya. Lalu mengubah cara pandangnya tentang selingkuh. Jika yang dilakukan Naya dalam bentuk terpaksa, maka ada toleransi.“Wah, wah! Sahabat Naya, sama mantan pacar Naya.”Suara itu membuat Ghiyas dan Fely menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan kedua tangannya yang melihat di depan dada, dengan angkuh gadis itu berjalan mendekat secara
Baca selengkapnya

Meluruskan Semua Tentang Naya

Cherly membeku di tempatnya. Mendapatkan tatapan dari Ghiyas yang amat tajam dengan tangannya yang mengepal kuat, seolah siap untuk menghantam apa saja yang dia ingin.“Anak? Maksudnya?” Cherly tak terpikirkan apa yang sedang Ghiyas bahas dengannya.Ghiyas berjalan perlahan ke arah Cherly. Dia mendekat untuk membicarakan tentang perbuatan Cherly kepada Naya yang berakibat kepada anak yang sudah dinantikan olehnya.“Kamu tidak ingat apa yang pernah kamu lakukan pada Naya? Kami kehilangan anak pertama kami karena kamu. Dan bisa-bisanya kamu melupakan keburukan yang kamu lakukan.”Cherly mendadak gemetar saat Ghiyas semakin dekat. Bukan ini yang dia inginkan darinya.“Bukankah Anda seharusnya bersyukur dan senang karena tak perlu menikahi Naya? Bukankah kalian tetap bersama karena itu? Anda harusnya bersyukur, Naya enggak hamil,” balas Cherly.“Kami dalam ikatan pernikahan!” Ghiyas hendak memukul
Baca selengkapnya

Harga yang Mahal

Naya tertarik hingga bangkit dari duduknya begitu David mencengkeram kerah bajunya dengan kuat dan menariknya dengan kencang. Naya tampak terkejut setengah mati dan menatap David yang kini menatap mata Naya dan mendecak kecil kala mengetahui Naya melanggar peraturan itu.Tangan Naya memegangi tangan David kala merasa dirinya tercekik atas apa yang dilakukan David. Mulutnya terbuka begitu merasakan sesak dan nafasnya terdengar tercekat.“Peraturan mana yang kamu langgar? Kamu sudah berkeluarga saat ini?” David menatapnya tajam.“S-saya sudah menikah.” Naya menganggukkan kepalanya dengan tegang menatap ke arah David.“Dasar sialan! Bisa-bisanya kamu memanipulasi biodata diri kamu di perusahaan. Berapa lama kamu bisa tidak ketahuan sama sekali selama ini?” David melebarkan matanya dengan perasaan dengki.Naya tak menjawab. Dia hanya bisa menatap David dengan tangannya yang terus berusaha mencengkeram tangan David. D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status