Semua Bab Hasrat Istriku: Bab 81 - Bab 90
120 Bab
Tersulut Emosi
Ghiyas melihat pemandangan yang mungkin tak akan pernah dia lupakan lagi. Pemandangan yang tak pernah dia duga kalau dia akan melihatnya dengan matanya sendiri.Melihat istrinya disekap oleh dua pria dan dengan seorang pria yang menghadap ke arah istrinya. Tengah melecehkan tubuh gadis itu menggunakan sebuah botol minuman. Dua pria di belakangnya tampak terkekeh dengan memegangi Naya dan tangan mereka yang senonoh menyentuhnya juga.Naya menjerit kencang diiringi dengan tawa-tawa pria dewasa yang menggelegar. Dan itu membuat Ghiyas semakin tersulut emosi. Bagaimanapun Naya mengkhianatinya, ia tak akan pernah tega melihat istrinya sendiri dilecehkan di depannya. Dan tangannya mengepal kuat.Dengan wajahnya yang mengeras, Ghiyas berjalan cepat ke arah mereka. Berhasil mengalihkan perhatian beberapa orang yang hanya menyaksikan kejadian itu. Dan tanpa pikir panjang, Ghiyas langsung menarik pundak pria yang melecehkan tubuh istrinya menggunakan sebuah botol itu.
Baca selengkapnya
Salah Naya
Naya menunggu di ruang tunggu sementara Ghiyas dalam penanganan bersama dengan David dan beberapa orang lainnya. Malam itu, Rendi dan Kevin mendapatkan shift malam, sehingga Ghiyas berada dalam penanganan mereka juga.Mendengar tentang apa yang terjadi pada Ghiyas tentu membuat Rendi semakin kesal. Sementara Kevin berusaha menengahi antara Rendi dan Naya. Dia mengusahakan agar Rendi tak bicara dengan Naya. Toh, lagi pula kelihatannya Rendi sendiri menghindari kontak mata dengan Naya.Kevin menatapi Naya yang duduk sambil melamun. Dia menemukan sebuah perban di kening Naya. Itu membuatnya ingin bertanya apa yang terjadi padanya, apa dia terluka juga atau tidak.“Ren, lo lihat keningnya Naya? Dia pakai perban. Dia juga tadi terlibat dalam perkelahian itu?”“Dia? Terlibat dalam perkelahian? Sejantan apa dia?” Rendi mengernyitkan keningnya dalam.“Gue kan, penasaran. Gue mau tanya orangnya langsung, deh. Kenapa Ghiyas sama
Baca selengkapnya
Berhadapan dengan Sesal
Naya menemukan Cherly yang barusan angkat bicara sebelum dirinya. Dia tak tahu bagaimana gadis itu ada di rumah sakit dan dia tidak tahu bagaimana gadis itu tahu sesuatu tentang yang terjadi.Arin mengernyitkan dahinya sambil melirik ke arah adik iparnya itu. Sementara Naya sekarang mengulum bibirnya, bingung bagaimana caranya menghadapi situasi ini. Dan di saat yang sama, Cherly semakin mendekati Naya dengan keluarga Ghiyas.“Kamu selingkuh?” Arin mendekatkan dirinya pada Naya.Naya tak menjawab. Dia tak berani mengatakan apa-apa dan hanya menatap ke lantai. Sementara orang tua Ghiyas dan Arin menatap ke arah Naya sambil mengernyitkan dahinya dalam. Mereka menunggu jawaban dari Naya. Namun Naya menghindari kontak mata dengan mereka.“Kenapa enggak dijawab, Naya?” Cherly memandangi Naya sambil terus tersenyum.Setelah karier Naya tak punya harapan lagi, bagi Cherly itu belum cukup. Keluarga kecil Naya juga harus ikut lebur.
Baca selengkapnya
Mencari Kesempatan Lagi
Secara mendadak kondisi tubuh Naya semakin buruk di pagi hari. Kemarin dia sempat merasa pusing dan mual, mungkin karena terlambat sarapan. Namun pagi itu, dia bangun dengan keadaan serupa.Asumsinya mengatakan tentang yang terjadi belakangan ini membuatnya stres memikirkannya dan membuatnya sakit. Terlalu banyak yang terjadi, dia tak siap menghadapinya hingga kondisinya menurun drastis. Pikiran membuatnya pening, dan mungkin dia sedang demam sekarang.Naya tak bisa sarapan, rasanya mual setengah mati. Bahkan ada banyak bebauan yang mendadak membuatmu semakin ingin muntah. Dia awalnya ingin membuat pancake untuk sarapan dan membawakannya untuk Ghiyas ke rumah sakit. Namun baunya membuatnya ingin muntah.Dering telepon membuat Naya menatap handphonenya yang masih ada di nakas. Dia mendekat dan kemudian mengangkat telepon dari Fely itu.“Halo?” Suara Naya terdengar serak dan parau.[“Lo baik? Suami lo ... Gue ketemu suami lo semalam
Baca selengkapnya
Keputusan Tetap
Air mata Naya pecah seketika. Ghiyas tak lagi mendengarkannya. Ghiyas tak lagi mengerti keadaannya. Ghiyas menolak untuk memberikannya kesempatan keduanya.“Mas akan memulangkan kamu ke rumah orang tua kamu, Nay,” ucap Ghiyas.“Mas, jangan buru-buru! Mas, please ...” Naya memohon sambil berderai air mata.“Bukannya ini yang kamu inginkan? Kamu tidak ingin bersama dengan Mas, bukan begitu?”Naya menggeleng kuat. Memang, sebelumnya dia tak ingin bersama dengan Ghiyas, saat kariernya masih mulus. Namun, sekarang kariernya hancur. Apa lagi setelah kariernya? Hubungannya dengan Ghiyas harus berakhir? Apakah dirinya harus berpisah saat usia pernikahan mereka masih muda?“Iya, memang, tapi itu dulu. Naya sayang sama Mas, Naya enggak tahu harus gimana lagi kalau enggak sama Mas.” Naya menurunkan egonya, untuk terus meminta Ghiyas tetap bersama.“Ada banyak yang bisa kamu lakukan. Salah satunya me
Baca selengkapnya
Lo Hamil?
Fely buru-buru datang ke apartemen Ghiyas karena Naya sulit dihubungi malam itu. Dia berharap untuk mengobrol dengan Naya. Namun karena Naya sulit dihubungi, dia jadi khawatir.Dan Fely menekan bel berkali-kali. Dia yakin itu alamat yang tepat meski tak pernah datang ke apartemen Naya, lebih tepatnya apartemen Ghiyas. Dia menggedor-gedor pintu juga karena Naya tak kunjung membukanya. Hingga akhirnya gadis yang dinantinya keluar.“Naya! Gila, lo! Bikin gue khawatir aja!” Fely memekik begitu melihat Naya dalam keadaan kacau.Naya tampak hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong polos. Dengan rambutnya yang berantakan dan wajahnya pucat pasi. Matanya tampak sangat sembab. Wajahnya bengkak disertai kemerahan dan bekas-bekas tidur. Sungguh, Naya tampak sangat kacau.“Lo kenapa? Lo sakit?” Fely jadi khawatir sekarang akan keadaan Naya.Naya menggeleng kecil dan membiarkan Fely masuk. Naya langsung berbaring lagi di sofa, mem
Baca selengkapnya
Hasil Testpack
Pagi itu, setelah mengeluarkan makan malamnya, Naya teringat akan testpack yang sudah dibelikan Fely. Dan di buru-buru keluar dari kamar mandi, menyambar alat tes kehamilan itu dengan segera.Dia pernah menggunakan ini sebelumnya. Namun, dibaca lagi dengan teliti cara penggunaannya. Sebelumnya, dia ditemani sosok suaminya yang menanti dengan harap-harap cemas di balik kamar mandi. Namun sekarang, tak ada yang menemaninya untuk tahu hasil alat tersebut.Setelah beberapa saat di atas dudukan toilet, Naya bangkit sambil memegangi alat itu dengan cemas. Dan ditatapnya alat itu dengan seksama. Jantungnya berdebar kencang di detik-detik itu. Hingga perlahan, sebuah garis merah muncul di kotak pertama dan diikuti satu garis merah lagi di kotak kedua. Jelas dan nyata—dua garis. Positif.Naya menjerit tertahan begitu melihat hasilnya. Kupu-kupu bertebaran di perutnya. Sungguh, dia tak pernah menduga jika dirinya akan sebahagia ini saat mengetahui dirinya hamil. Kar
Baca selengkapnya
Keputusan Baru Ghiyas
Emosi Ghiyas meluap hingga tak bisa menahan amarahnya sendiri. Dan begitu dia melemparkan sebuah buku yang dibacanya tepat pada Naya dan mengenai wajahnya, Naya langsung berpaling dan mengaduh pelan. Sangat pelan hingga tak terdengar oleh Ghiyas.Gadis itu meringis kecil dengan tatapannya kosong ke arah lantai. Dia mati-matian menahan air matanya yang tak lagi sanggup dia bendung. Hingga akhirnya air matanya bercucuran secara perlahan membasahi pipinya. Dan Naya mematung di tempatnya berdiri.“Kamu berharap apa dengan membawa testpack ini sama Mas? Pengakuan dari Mas? Kamu bahkan enggak pernah mengakui Mas sebagai suami kamu. Buktinya apa? Buktinya kamu selingkuh. Ini anak Mas atau anak laki-laki lain, Mas enggak akan pernah tahu.”Ghiyas menatap Naya tanpa rasa iba sedikit pun. Dia marah, mengetahui Naya hamil tepat setelah mengetahui Naya memiliki hubungan yang spesial dengan pria lain.Sementara Naya menghapus air mata di pipinya dan berusa
Baca selengkapnya
Keadaan Tak Mendukung
“Punya anak gadis, dapat suami yang baik, keluarganya baik, pekerjaannya baik, malah disia-siakan! Mau ditaruh di mana muka Papa sekarang? Kemarin aja, Papa banggain kamu nikah sama dokter. Sekarang, Papa harus bilang kamu selingkuh bahkan sampai hamil?”“Enggak tahu malu! Enggak tahu diuntung! Apa ini yang balasan kamu sama Papa juga Mama? Setidaknya kalau tidak bisa berbakti, ya jangan durhaka! Sama orang tua enggak ada baktinya, sama suami malah durhaka! Sekarang pulang, keadaan bunting anak orang lain.”Berada di rumah orang tuanya tak membuat keadaan Naya membaik. Hari pertamanya dipenuhi oleh omelan papanya yang kecewa akan kelakuannya. Padahal dirinya sedang mual dan lemas.Setelah pertemuan dengan kedua belah pihak, semuanya kembali ke posisi awal. Layaknya Naya yang masih lajang dan Ghiyas yang masih lajang. Namun bedanya, Naya tengah hamil.Karena papanya, Naya mengurung dirinya di kamar. Dia tak nafsu makan, dan hanya be
Baca selengkapnya
Dijenguk Arin
Ghiyas berangsur-angsur pulih. Dia memegangi bahunya kala merasakan sakit saat menatapi beberapa berkas pasien di mejanya. Dan matanya melirik ke arah foto seorang gadis yang terpajang bersamanya di meja. Dia langsung menutup foto tersebut sedetik kemudian.Setelah mendapatkan telepon jika Naya masuk rumah sakit dari ibu mertuanya, dia tak bisa datang begitu saja ke sana. Untuk bekerja saja, dia sudah cukup memaksakan diri. Hingga dia menolak untuk datang dengan alasan banyak yang harus dia kerjaan karena sempat terbaring sakit.Pikirannya melayang pada gadis yang dikabarkan sedang dirawat di rumah sakit lain. Di mana karena kondisi tubuhnya yang melemah. Dia enggan makan dan mengurung diri. Ghiyas sempat tak berpikir jika Naya akan bereaksi seperti ini. Dia pikir Naya akan baik-baik saja seperti biasanya.Dia terlalu cuek dan bodo amat padanya. Ghiyas hampir menyesal mengambil keputusan ini. Namun hatinya tetap terasa sakit, menyadari jika anak yang dikandung N
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status