Naya tertarik hingga bangkit dari duduknya begitu David mencengkeram kerah bajunya dengan kuat dan menariknya dengan kencang. Naya tampak terkejut setengah mati dan menatap David yang kini menatap mata Naya dan mendecak kecil kala mengetahui Naya melanggar peraturan itu.
Tangan Naya memegangi tangan David kala merasa dirinya tercekik atas apa yang dilakukan David. Mulutnya terbuka begitu merasakan sesak dan nafasnya terdengar tercekat.
“Peraturan mana yang kamu langgar? Kamu sudah berkeluarga saat ini?” David menatapnya tajam.
“S-saya sudah menikah.” Naya menganggukkan kepalanya dengan tegang menatap ke arah David.
“Dasar sialan! Bisa-bisanya kamu memanipulasi biodata diri kamu di perusahaan. Berapa lama kamu bisa tidak ketahuan sama sekali selama ini?” David melebarkan matanya dengan perasaan dengki.
Naya tak menjawab. Dia hanya bisa menatap David dengan tangannya yang terus berusaha mencengkeram tangan David. D
Ghiyas melihat pemandangan yang mungkin tak akan pernah dia lupakan lagi. Pemandangan yang tak pernah dia duga kalau dia akan melihatnya dengan matanya sendiri.Melihat istrinya disekap oleh dua pria dan dengan seorang pria yang menghadap ke arah istrinya. Tengah melecehkan tubuh gadis itu menggunakan sebuah botol minuman. Dua pria di belakangnya tampak terkekeh dengan memegangi Naya dan tangan mereka yang senonoh menyentuhnya juga.Naya menjerit kencang diiringi dengan tawa-tawa pria dewasa yang menggelegar. Dan itu membuat Ghiyas semakin tersulut emosi. Bagaimanapun Naya mengkhianatinya, ia tak akan pernah tega melihat istrinya sendiri dilecehkan di depannya. Dan tangannya mengepal kuat.Dengan wajahnya yang mengeras, Ghiyas berjalan cepat ke arah mereka. Berhasil mengalihkan perhatian beberapa orang yang hanya menyaksikan kejadian itu. Dan tanpa pikir panjang, Ghiyas langsung menarik pundak pria yang melecehkan tubuh istrinya menggunakan sebuah botol itu.
Naya menunggu di ruang tunggu sementara Ghiyas dalam penanganan bersama dengan David dan beberapa orang lainnya. Malam itu, Rendi dan Kevin mendapatkan shift malam, sehingga Ghiyas berada dalam penanganan mereka juga.Mendengar tentang apa yang terjadi pada Ghiyas tentu membuat Rendi semakin kesal. Sementara Kevin berusaha menengahi antara Rendi dan Naya. Dia mengusahakan agar Rendi tak bicara dengan Naya. Toh, lagi pula kelihatannya Rendi sendiri menghindari kontak mata dengan Naya.Kevin menatapi Naya yang duduk sambil melamun. Dia menemukan sebuah perban di kening Naya. Itu membuatnya ingin bertanya apa yang terjadi padanya, apa dia terluka juga atau tidak.“Ren, lo lihat keningnya Naya? Dia pakai perban. Dia juga tadi terlibat dalam perkelahian itu?”“Dia? Terlibat dalam perkelahian? Sejantan apa dia?” Rendi mengernyitkan keningnya dalam.“Gue kan, penasaran. Gue mau tanya orangnya langsung, deh. Kenapa Ghiyas sama
Naya menemukan Cherly yang barusan angkat bicara sebelum dirinya. Dia tak tahu bagaimana gadis itu ada di rumah sakit dan dia tidak tahu bagaimana gadis itu tahu sesuatu tentang yang terjadi.Arin mengernyitkan dahinya sambil melirik ke arah adik iparnya itu. Sementara Naya sekarang mengulum bibirnya, bingung bagaimana caranya menghadapi situasi ini. Dan di saat yang sama, Cherly semakin mendekati Naya dengan keluarga Ghiyas.“Kamu selingkuh?” Arin mendekatkan dirinya pada Naya.Naya tak menjawab. Dia tak berani mengatakan apa-apa dan hanya menatap ke lantai. Sementara orang tua Ghiyas dan Arin menatap ke arah Naya sambil mengernyitkan dahinya dalam. Mereka menunggu jawaban dari Naya. Namun Naya menghindari kontak mata dengan mereka.“Kenapa enggak dijawab, Naya?” Cherly memandangi Naya sambil terus tersenyum.Setelah karier Naya tak punya harapan lagi, bagi Cherly itu belum cukup. Keluarga kecil Naya juga harus ikut lebur.
Secara mendadak kondisi tubuh Naya semakin buruk di pagi hari. Kemarin dia sempat merasa pusing dan mual, mungkin karena terlambat sarapan. Namun pagi itu, dia bangun dengan keadaan serupa.Asumsinya mengatakan tentang yang terjadi belakangan ini membuatnya stres memikirkannya dan membuatnya sakit. Terlalu banyak yang terjadi, dia tak siap menghadapinya hingga kondisinya menurun drastis. Pikiran membuatnya pening, dan mungkin dia sedang demam sekarang.Naya tak bisa sarapan, rasanya mual setengah mati. Bahkan ada banyak bebauan yang mendadak membuatmu semakin ingin muntah. Dia awalnya ingin membuat pancake untuk sarapan dan membawakannya untuk Ghiyas ke rumah sakit. Namun baunya membuatnya ingin muntah.Dering telepon membuat Naya menatap handphonenya yang masih ada di nakas. Dia mendekat dan kemudian mengangkat telepon dari Fely itu.“Halo?” Suara Naya terdengar serak dan parau.[“Lo baik? Suami lo ... Gue ketemu suami lo semalam
Air mata Naya pecah seketika. Ghiyas tak lagi mendengarkannya. Ghiyas tak lagi mengerti keadaannya. Ghiyas menolak untuk memberikannya kesempatan keduanya.“Mas akan memulangkan kamu ke rumah orang tua kamu, Nay,” ucap Ghiyas.“Mas, jangan buru-buru! Mas, please ...” Naya memohon sambil berderai air mata.“Bukannya ini yang kamu inginkan? Kamu tidak ingin bersama dengan Mas, bukan begitu?”Naya menggeleng kuat. Memang, sebelumnya dia tak ingin bersama dengan Ghiyas, saat kariernya masih mulus. Namun, sekarang kariernya hancur. Apa lagi setelah kariernya? Hubungannya dengan Ghiyas harus berakhir? Apakah dirinya harus berpisah saat usia pernikahan mereka masih muda?“Iya, memang, tapi itu dulu. Naya sayang sama Mas, Naya enggak tahu harus gimana lagi kalau enggak sama Mas.” Naya menurunkan egonya, untuk terus meminta Ghiyas tetap bersama.“Ada banyak yang bisa kamu lakukan. Salah satunya me
Fely buru-buru datang ke apartemen Ghiyas karena Naya sulit dihubungi malam itu. Dia berharap untuk mengobrol dengan Naya. Namun karena Naya sulit dihubungi, dia jadi khawatir.Dan Fely menekan bel berkali-kali. Dia yakin itu alamat yang tepat meski tak pernah datang ke apartemen Naya, lebih tepatnya apartemen Ghiyas. Dia menggedor-gedor pintu juga karena Naya tak kunjung membukanya. Hingga akhirnya gadis yang dinantinya keluar.“Naya! Gila, lo! Bikin gue khawatir aja!” Fely memekik begitu melihat Naya dalam keadaan kacau.Naya tampak hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong polos. Dengan rambutnya yang berantakan dan wajahnya pucat pasi. Matanya tampak sangat sembab. Wajahnya bengkak disertai kemerahan dan bekas-bekas tidur. Sungguh, Naya tampak sangat kacau.“Lo kenapa? Lo sakit?” Fely jadi khawatir sekarang akan keadaan Naya.Naya menggeleng kecil dan membiarkan Fely masuk. Naya langsung berbaring lagi di sofa, mem
Pagi itu, setelah mengeluarkan makan malamnya, Naya teringat akan testpack yang sudah dibelikan Fely. Dan di buru-buru keluar dari kamar mandi, menyambar alat tes kehamilan itu dengan segera.Dia pernah menggunakan ini sebelumnya. Namun, dibaca lagi dengan teliti cara penggunaannya. Sebelumnya, dia ditemani sosok suaminya yang menanti dengan harap-harap cemas di balik kamar mandi. Namun sekarang, tak ada yang menemaninya untuk tahu hasil alat tersebut.Setelah beberapa saat di atas dudukan toilet, Naya bangkit sambil memegangi alat itu dengan cemas. Dan ditatapnya alat itu dengan seksama. Jantungnya berdebar kencang di detik-detik itu. Hingga perlahan, sebuah garis merah muncul di kotak pertama dan diikuti satu garis merah lagi di kotak kedua. Jelas dan nyata—dua garis. Positif.Naya menjerit tertahan begitu melihat hasilnya. Kupu-kupu bertebaran di perutnya. Sungguh, dia tak pernah menduga jika dirinya akan sebahagia ini saat mengetahui dirinya hamil. Kar
Emosi Ghiyas meluap hingga tak bisa menahan amarahnya sendiri. Dan begitu dia melemparkan sebuah buku yang dibacanya tepat pada Naya dan mengenai wajahnya, Naya langsung berpaling dan mengaduh pelan. Sangat pelan hingga tak terdengar oleh Ghiyas.Gadis itu meringis kecil dengan tatapannya kosong ke arah lantai. Dia mati-matian menahan air matanya yang tak lagi sanggup dia bendung. Hingga akhirnya air matanya bercucuran secara perlahan membasahi pipinya. Dan Naya mematung di tempatnya berdiri.“Kamu berharap apa dengan membawa testpack ini sama Mas? Pengakuan dari Mas? Kamu bahkan enggak pernah mengakui Mas sebagai suami kamu. Buktinya apa? Buktinya kamu selingkuh. Ini anak Mas atau anak laki-laki lain, Mas enggak akan pernah tahu.”Ghiyas menatap Naya tanpa rasa iba sedikit pun. Dia marah, mengetahui Naya hamil tepat setelah mengetahui Naya memiliki hubungan yang spesial dengan pria lain.Sementara Naya menghapus air mata di pipinya dan berusa