“Gue enggak bisa relain karier gue gitu aja. Lo coba bayangin, kalau lo ada di posisi gue!” ucap Naya seraya menahan tangisnya yang hampir pecah.
“Gue enggak akan ada di posisi lo. Karena gue enggak akan pernah neken kontrak yang isinya enggak boleh berkeluarga. Gue bakal cari perusahaan di mana gue enggak perlu memikirkan aturan kontraknya. Dan kalau gue mau bekerja di sana pun, gue yakinkan kalau gue enggak akan ambil posisi yang mana aturannya ribet.” Fely menggeleng, menolak untuk merasakan posisi Naya.
“Fel, lo enggak ngerti. Gue—”
“Enggak ngerti apa? Lo yang enggak ngerti, Nay! Lo tuh nyakitin perasaan suami lo sendiri. Gue selalu memikirkan perasaan dua belah pihak, loh. Dan dari yang gue lihat selama ini, lo selalu berada di posisi yang enak.”
Naya menatap ke arah lain, dia berusaha untuk tak menangis sekarang. Dia berusaha untuk tak meneteskan air matanya di sana. Sementara Fely masih menatap Naya dengan tajam.
“Fel, gue enggak bisa.
Sebuah mobil kini terparkir secara tidak ramah di pinggir jalan dalam keadaan menabrak pohon yang berada tepat di pinggir jalan. Dan pintunya terbuka begitu gadis yang mengendarainya hendak keluar dari mobil. Naya keluar dari mobil dengan keadaan yang baik-baik saja di sana.Dengan terluka kecil di bagian pojok atas wajahnya. Naya mendesis kecil sambil menatapi mobilnya. Ini mobil pertamanya, yang dia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dia tak percaya dia mengorbankan hasil kerja kerasnya ini demi menghindari tabrakan dengan pengendara lain.Di waktu yang sama, sopir David melintasi jalan yang sama dan mendapati sebuah mobil di depannya. Tampak bagaimana Naya berada di sana dengan beberapa pengendara lain yang ikut menepi untuk memastikan pengemudi mobil yang menabrak pohon itu baik-baik saja.“Bukankah itu Naya?”David langsung mencondongkan tubuhnya ke depan dan menemukan Naya yang kini bersama dengan seorang wanita paruh baya yang me
Fely menganggukkan kepalanya dengan ragu. Sebenarnya, dia tak ingin membohongi Ghiyas juga. Namun dia tak bisa mengkhianati sahabatnya sendiri. Dia masih berada di pihak Naya.“Itu melegakan. Jujur saja, saya sempat mengira kalau-kalau Naya melakukan ini semua karena menjalin hubungan dengan seseorang.” Ghiyas tersenyum kecil.Fely tak menjawab. Dia terdiam dalam lamunannya kemudian. Tak ada yang bisa dia katakan lagi pada Ghiyas jika Naya ketahuan selingkuh. Dia hanya berharap Ghiyas mengerti tujuan Naya jika dia menjalin hubungan dengan orang lain nanti dan memakluminya. Lalu mengubah cara pandangnya tentang selingkuh. Jika yang dilakukan Naya dalam bentuk terpaksa, maka ada toleransi.“Wah, wah! Sahabat Naya, sama mantan pacar Naya.”Suara itu membuat Ghiyas dan Fely menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan kedua tangannya yang melihat di depan dada, dengan angkuh gadis itu berjalan mendekat secara
Cherly membeku di tempatnya. Mendapatkan tatapan dari Ghiyas yang amat tajam dengan tangannya yang mengepal kuat, seolah siap untuk menghantam apa saja yang dia ingin.“Anak? Maksudnya?” Cherly tak terpikirkan apa yang sedang Ghiyas bahas dengannya.Ghiyas berjalan perlahan ke arah Cherly. Dia mendekat untuk membicarakan tentang perbuatan Cherly kepada Naya yang berakibat kepada anak yang sudah dinantikan olehnya.“Kamu tidak ingat apa yang pernah kamu lakukan pada Naya? Kami kehilangan anak pertama kami karena kamu. Dan bisa-bisanya kamu melupakan keburukan yang kamu lakukan.”Cherly mendadak gemetar saat Ghiyas semakin dekat. Bukan ini yang dia inginkan darinya.“Bukankah Anda seharusnya bersyukur dan senang karena tak perlu menikahi Naya? Bukankah kalian tetap bersama karena itu? Anda harusnya bersyukur, Naya enggak hamil,” balas Cherly.“Kami dalam ikatan pernikahan!” Ghiyas hendak memukul
Naya tertarik hingga bangkit dari duduknya begitu David mencengkeram kerah bajunya dengan kuat dan menariknya dengan kencang. Naya tampak terkejut setengah mati dan menatap David yang kini menatap mata Naya dan mendecak kecil kala mengetahui Naya melanggar peraturan itu.Tangan Naya memegangi tangan David kala merasa dirinya tercekik atas apa yang dilakukan David. Mulutnya terbuka begitu merasakan sesak dan nafasnya terdengar tercekat.“Peraturan mana yang kamu langgar? Kamu sudah berkeluarga saat ini?” David menatapnya tajam.“S-saya sudah menikah.” Naya menganggukkan kepalanya dengan tegang menatap ke arah David.“Dasar sialan! Bisa-bisanya kamu memanipulasi biodata diri kamu di perusahaan. Berapa lama kamu bisa tidak ketahuan sama sekali selama ini?” David melebarkan matanya dengan perasaan dengki.Naya tak menjawab. Dia hanya bisa menatap David dengan tangannya yang terus berusaha mencengkeram tangan David. D
Ghiyas melihat pemandangan yang mungkin tak akan pernah dia lupakan lagi. Pemandangan yang tak pernah dia duga kalau dia akan melihatnya dengan matanya sendiri.Melihat istrinya disekap oleh dua pria dan dengan seorang pria yang menghadap ke arah istrinya. Tengah melecehkan tubuh gadis itu menggunakan sebuah botol minuman. Dua pria di belakangnya tampak terkekeh dengan memegangi Naya dan tangan mereka yang senonoh menyentuhnya juga.Naya menjerit kencang diiringi dengan tawa-tawa pria dewasa yang menggelegar. Dan itu membuat Ghiyas semakin tersulut emosi. Bagaimanapun Naya mengkhianatinya, ia tak akan pernah tega melihat istrinya sendiri dilecehkan di depannya. Dan tangannya mengepal kuat.Dengan wajahnya yang mengeras, Ghiyas berjalan cepat ke arah mereka. Berhasil mengalihkan perhatian beberapa orang yang hanya menyaksikan kejadian itu. Dan tanpa pikir panjang, Ghiyas langsung menarik pundak pria yang melecehkan tubuh istrinya menggunakan sebuah botol itu.
Naya menunggu di ruang tunggu sementara Ghiyas dalam penanganan bersama dengan David dan beberapa orang lainnya. Malam itu, Rendi dan Kevin mendapatkan shift malam, sehingga Ghiyas berada dalam penanganan mereka juga.Mendengar tentang apa yang terjadi pada Ghiyas tentu membuat Rendi semakin kesal. Sementara Kevin berusaha menengahi antara Rendi dan Naya. Dia mengusahakan agar Rendi tak bicara dengan Naya. Toh, lagi pula kelihatannya Rendi sendiri menghindari kontak mata dengan Naya.Kevin menatapi Naya yang duduk sambil melamun. Dia menemukan sebuah perban di kening Naya. Itu membuatnya ingin bertanya apa yang terjadi padanya, apa dia terluka juga atau tidak.“Ren, lo lihat keningnya Naya? Dia pakai perban. Dia juga tadi terlibat dalam perkelahian itu?”“Dia? Terlibat dalam perkelahian? Sejantan apa dia?” Rendi mengernyitkan keningnya dalam.“Gue kan, penasaran. Gue mau tanya orangnya langsung, deh. Kenapa Ghiyas sama
Naya menemukan Cherly yang barusan angkat bicara sebelum dirinya. Dia tak tahu bagaimana gadis itu ada di rumah sakit dan dia tidak tahu bagaimana gadis itu tahu sesuatu tentang yang terjadi.Arin mengernyitkan dahinya sambil melirik ke arah adik iparnya itu. Sementara Naya sekarang mengulum bibirnya, bingung bagaimana caranya menghadapi situasi ini. Dan di saat yang sama, Cherly semakin mendekati Naya dengan keluarga Ghiyas.“Kamu selingkuh?” Arin mendekatkan dirinya pada Naya.Naya tak menjawab. Dia tak berani mengatakan apa-apa dan hanya menatap ke lantai. Sementara orang tua Ghiyas dan Arin menatap ke arah Naya sambil mengernyitkan dahinya dalam. Mereka menunggu jawaban dari Naya. Namun Naya menghindari kontak mata dengan mereka.“Kenapa enggak dijawab, Naya?” Cherly memandangi Naya sambil terus tersenyum.Setelah karier Naya tak punya harapan lagi, bagi Cherly itu belum cukup. Keluarga kecil Naya juga harus ikut lebur.
Secara mendadak kondisi tubuh Naya semakin buruk di pagi hari. Kemarin dia sempat merasa pusing dan mual, mungkin karena terlambat sarapan. Namun pagi itu, dia bangun dengan keadaan serupa.Asumsinya mengatakan tentang yang terjadi belakangan ini membuatnya stres memikirkannya dan membuatnya sakit. Terlalu banyak yang terjadi, dia tak siap menghadapinya hingga kondisinya menurun drastis. Pikiran membuatnya pening, dan mungkin dia sedang demam sekarang.Naya tak bisa sarapan, rasanya mual setengah mati. Bahkan ada banyak bebauan yang mendadak membuatmu semakin ingin muntah. Dia awalnya ingin membuat pancake untuk sarapan dan membawakannya untuk Ghiyas ke rumah sakit. Namun baunya membuatnya ingin muntah.Dering telepon membuat Naya menatap handphonenya yang masih ada di nakas. Dia mendekat dan kemudian mengangkat telepon dari Fely itu.“Halo?” Suara Naya terdengar serak dan parau.[“Lo baik? Suami lo ... Gue ketemu suami lo semalam