Home / Romansa / PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN: Chapter 101 - Chapter 110

445 Chapters

KEPERGIAN FERA

101Aku duduk dengan lemas setelah menjawab beberapa pertanyaan dari Pak Polisi. Ternyata, setelah melihat ponsel, Fera memang menghubungiku, tetapi karena HP di-silent dan aku tertidur pulas, tak mendengar panggilannya. Ternyata juga, Fera mengirim beberapa Foto yang ke semuanya tidak jelas, blur. Sepertinya ia mengambil foto dengan terburu-buru. Dengan berjalan atau berlari. Entah objek apa yang ia potret. Kenapa kematian Fera jadi meninggalkan teka-teki? Kalau benar ada yang sengaja menabraknya, siapa? Dan kenapa? Aku yakin, seorang OG sepertinya tidak akan memiliki musuh yang sampai tega melenyapkan nyawa seseorang. Beda dengan orang penting seperti pengusaha, mungkin. Mereka pantas jika memiliki musuh yang sampai tega melenyapkan nyawa. Persaingan dunia bisnis sangat kejam. Kepalaku berdenyut nyeri. Rasa sedih karena kehilangan Fera, harus ditambah dengan rasa pusing memikirkan misteri yang disampaikan Bapak Polisi. Aku memijat pelipis yang berdenyut saat ponsel dalam tas
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

KEJUTAN

102Ini adalah hari pertunanganku. Walaupun masih suasana berkabung, kami tetap melanjutkan rencana awal, karena semua sudah terencana dengan rapi. Aku tidak mungkin membatalkan acara yang sudah disusun rapi ini dengan alasan masih berduka. Nama baik Pak Alvin dan Bunda taruhannya. Maaf Fera, bukan aku tidak menghargaimu. Toh, doaku selalu terpanjat untukmu. Pak Alvin sudah mengundang banyak tamu. Padahal ini hanya acara pertunangan. Ia ingin acara yang meriah. Keinginan Pak Alvin ini didukung pula oleh bunda yang sudah lama ingin melihat anak semata wayangnya menikah. Jadilah aku tidak bisa menolak walaupun sebenarnya keberatan dengan acara yang menurutku terlalu berlebihan. Kemarin sepulang dari rumah orang tua Fera, aku langsung diantar ke rumah Bunda oleh Pak Alvin. Ia khawatir bila aku pulang ke rumah kost, akan semakin sedih karena terus mengingat Fera. Jadilah aku di rumah Bunda hingga hari ini. Pak Alvin sendiri seperti biasa pulang ke apartemennya. Tidak pernah menginap
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

SARAPAN

103“Viola?” Pak Alvin dengan wajahnya yang mendadak pucat, menatapku kaget. “A-da apa?” lanjutnya gagap. Aku menatap bergantian dua laki-laki yang berdiri berdampingan memenuhi rongga pintu. “Kita ada jadwal kelas pranikah sekali lagi, bukan?” Kini kufokuskan tatapan hanya kepada Pak Alvin yang mengerutkan kening sebelum wajahnya berangsur normal. Begitu cepat ia menguasai keadaan. “Oh, iya lupa. Ayo masuk dulu,” jawabnya kikuk seraya menyingkir dari pintu dan mengisyaratkan laki-laki di sampingnya agar menyingkir juga. Aku masuk lalu menuju sofa yang ditunjuk Pak Alvin di ruang tamu, sebelum laki-laki yang hanya memakai celana pendek itu memperkenalkan laki-laki cantik di sebelahnya. “Oh, ya. Vio, kenalkan ini ... Vion, oh maksudku Vino. Dia temanku, dan kebetulan sedang menginap di sini.” Pak Alvin menoleh ke arah laki-laki cantik yang sejak kedatanganku memasang wajah masam. Tak ada raut ramah sama sekali di sana. Apa laki-laki itu tidak tahu jika aku calon istri pemilik ap
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

VIONA

104Tak lama aku mencuci piring kotor. Lalu saat berbalik dan menghadap lagi ke arah meja makan, kulihat Pak Alvin dan Vino sedang berdiri berhadapan dengan tangan Pak Alvin digerakkan sepanjang bibirnya, seperti sedang menutup resleting. Yang kutahu isyarat itu adalah untuk mengunci mulut. Keningku berkerut dalam. Pak Alvin sepertinya menyadari jika aku tengah memperhatikan mereka. Lelaki itu menoleh dan langsung menjauhkan dirinya dari Vino dan memasang senyum manis lagi. Senyum yang menurutku dibuat-buat, karena biasanya Pak Alvin tidak seperti ini. Pagi ini entah sudah berapa puluh kali ia menghadiahiku senyum manisnya itu. “Kau tunggu lagi sebentar, ya. Aku ambil jas di kamar. Setelah itu kita langsung berangkat!”Aku hanya mengangguk untuk menjawab ucapannya. Kemudian mengelap tupperware karena akan kubawa lagi, hingga tidak menyadari jika laki-laki bernama Vino berjalan menghampiri. Dia memukul meja di depanku walaupun tidak keras, kemudian melipat tangan di dada, dan deng
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

KETAKUTAN

105Aku menyandar dengan lemas di dinding mengkilap warna silver itu. Sungguh, semua membuat duniaku hancur dalam sekejap. Aku menekan kuat dada yang terasa sakit luar biasa. Belum pernah aku merasakan sakit begitu hebat seperti ini. Sakit diperlakukan rendah oleh keluarga Arman. Sakit disiksa Yuni, sakit ditipu Tuan Sultan, tetapi semua bisa kulewati karena masih dalam batas wajar. Namun, sakit yang ini, sungguh luar biasa. Bagaimana tidak? Hari pernikahan yang tinggal beberapa hari, persiapan yang hampir rampung, calon suami sempurna dan idaman, calon mertua yang menyayangi. Semua begitu sempurna. Namun kini, apa yang kuterima? Bukan surga dunia yang Pak Alvin berikan, melainkan kotoran yang ia lemparkan ke wajah ini. Ia menjadikanku tameng agar hubungan terlarangnya aman. Ia menjadikanku topeng agar ibunya, dan semua orang yakin jika ia lelaki normal yang akan menjalani pernikahan pada umumnya. Ini, lebih menyakitkan daripada diputuskan sepihak. Atau dibatalkan pernikahan.
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

SIAPA YANG MENCULIKKU?

106Aku mengerjap untuk menghalau silau. Cahaya yang masuk ke mata membuatku yang baru terbangun harus mengerjap berkali-kali untuk menyesuaikan diri. Aku memicing sebelum mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan tempatku berada kini. Tempat yang pengap. Hanya sinar matahari yang masuk dari jendela kaca kecil di bagian atas dinding yang menerangi ruangan ini. Barang-barang yang disusun tak teratur di pojok ruangan. Bertumpuk dan saling menimbun. Sarang laba-laba di mana-mana, debu yang tebal, dan ah, tempat ini seperti ... gudang. Ya gudang yang lama tidak terjamah tangan manusia. Kenapa aku ada di sini? Aku memindai diri ini. Duduk di bangku kayu dengan kedua tangan ke belakang. Saat kugerakkan, terasa sulit sekali. Ternyata kedua tangan ini diikat, disatukan dengan bangku yang kududuki. Siapa yang mengikatku seperti ini? Di mana aku? Tiba-tiba ketakutan meraja, apalagi saat ingin berteriak meminta tolong, aku baru sadar jika mulut ini dibekap sesuatu. Mungkin sebuah kain k
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

PENAWARAN

107Aku menajamkan penglihatan dengan menahan napas. Namun, beberapa detik kemudian memicingkan mata. Orang yang baru masuk pun asing bagiku. Kali ini pria lebih muda dari dua pria sebelumnya. Tangannya menenteng sebuah plastik hitam. “Bos, ada keperluan dulu. Belum bisa datang. Nih, suruh dia makan dulu, dan ingat jangan diapa-apakan dulu sebelum bos datang. Kalau dia kenapa-napa, kalian yang mati!”Pria muda yang baru datang, melemparkan bungkusan plastik di tangannya ke arah dua pria bertato. Salah satu pria bertato menangkap bungkusan itu. Kemudian menghampiriku lebih dekat setelah pria muda meninggalkan ruangan ini. “Ayo makan dulu, Cantik. Agar kau tetap kuat dan bertenaga. Kami tidak mau bersenang-senang dengan wanita lemas.”Lagi, kalimat kotor terlontar dari mulut busuk mereka. Aku ingin menangis, tetapi sekuat tenaga kutahan agar tidak terlihat lemah di depan dua preman ini. Tiba-tiba sebuah ide terlintas. “Berapa bos membayar kalian?” Dengan menguatkan hati, kutatap d
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

YUNI

108Suara tepuk tangan menggema memenuhi ruangan yang kini terang. Seseorang menyalakan lampu. Yuni yang terlihat semakin tua, bertepuk tangan dengan seringaian di bibirnya. “Oh, pantas saja kita kesulitan mencarinya. Ternyata dia sudah bisa bertransformasi menjadi wanita langsing dan cantik!” Yuni meraih daguku, lalu memindai wajah ini dengan beberapa kali di balik ke kanan dan kiri. “Sepertinya, kalau dijual akan laku dengan harga tinggi!”Mataku membola. Apa maksudnya dijual? “Dulu saja masih gendut dan jelek laku buat bayar utang, apalagi sekarang sudah cantik dan langsing. Kalian belum apa-apakan dia, kan?” Yuni beralih ke arah dua pria bertato di belakangku. “Kalau kalian sudah macam-macam sama dia, sini bayar! Sayang digratiskan kalau sudah bening begini! Dan kalian harus membayar mahal!”Aku menatap Yuni penuh kebencian. Bagaimana ada seorang ibu yang sanggup berkata seperti itu? Bukankah ia pun punya anak perempuan? Tidak pernahkah ia memosisikan bila Feli yang berada di
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

NASIB DIRI

109Aku tidak tahu ke mana mereka membawaku, karena mata dan mulut ini ditutup. Sementara tangan yang diikat di depan, terus dipegangi kedua preman yang tidak berkutik di depan Yuni. Hanya kaki ini yang dibebaskan untuk berjalan. Yuni benar-benar tidak punya hati, bahkan sejak tadi ia terus bicara di telepon mencari laki-laki yang mau membayarku mahal. Ia melelangku dengan bayaran tertinggi. Seolah aku ini barang antik dengan nilai tinggi. Aku ingin menangis meraung-raung, tetapi percuma, air mataku tidak mempan di depan Yuni. Aku hanya bisa mengikuti langkah mereka dengan kaki diseret, karena tidak dapat melihat apa pun. Sepertinya mereka membawaku dengan mobil yang lagi-lagi entah ke mana. Hingga turun dari mobil, dan akhirnya tiba di sebuah ruangan, barulah mereka melepaskan tutup mata ini. Aku mengerjap berkali-kali agar pandangan menjadi jelas. Dipan berukuran sedang dengan seprei putih membungkus kasur menjadi pemandangan pertama yang kulihat. Kemudian lemari kayu yang juga b
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

WANITA IBLIS

110Aku menangis meraung-raung, tetapi itu tidak sedikit pun membuat Yuni mengasihaniku. Ia bahkan menyuruh dua preman itu untuk membekap lagi mulut ini agar tidak berisik katanya. Tangan diikat, mulut dibekap. Apa yang bisa kulakukan lagi selain menangis dalam hati? Tuhan, akan seperti apa nasibku ini? Kenapa nasib baik tak kunjung berpihak padaku? Aku memejam. Menangis dan berdoa, hanya itu yang bisa kulakukan dalam hati. Hingga mobil berhenti, aku baru membuka mata. Yuni gegas pindah ke sampingku, kemudian menyeka wajah yang berkeringat ini. “Diam! Aku harus mendandanimu agar nilai jualmu tinggi!” Ia menangkup rahangku dengan keras agar wajahku menengadah. Aku mencoba menggerakkan kepala ke kiri dan kanan dengan keras agar terlepas dari cengkeraman tangannya. “Hhmmm.” Aku menggeram marah. Namun, Yuni tak peduli, ia tetap mendandaniku. Si bajingan Reno membantu memegangi kepalaku. Hingga setelah mereka selesai mendandani dan merapikan rambut ini, Yuni menyuruh Reno melepaskan
last updateLast Updated : 2023-02-27
Read more
PREV
1
...
910111213
...
45
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status