Semua Bab Wanita yang Kau Sakiti : Bab 51 - Bab 60

71 Bab

Teka-teki Baskoro

Perempuan yang dipanggil mendekat ke arah Baskoro. Merek berjalan bersisian menuju tempat duduk Hayana dan Arini. Mereka menatap pasangan itu dengan pikiran masing-masing.Haya menyambut mereka dengan senyum yang dipaksakan. Hatinya terasa sakit menyaksikan mereka yang terlihat serasi. Hayana pun mengulurkan tangan pada perempuan di samping Baskoro. Mereka bersalaman dengan senyum yang mengembang dari bibir masing-masing. "Kenalkan ini —" "Ayah," panggil seorang bocah laki-laki umur lima tahunan. Anak itu yang telah memotong ucapan Baskoro tadi. Bocah lelaki tersebut segera minta turun dari gendongan pengasuhnya.Ayah? Haya sedikit kaget mendengar panggilan tersebut.Mereka semua melemparkan pandangan ke arah anak tersebut. "Katanya, Andika mau mainan di mobil saja. Kok, menyusul?" tanya perempuan di samping Baskoro."Nggak papa, Yang. Dia lagi kangen sama ayahnya. Sini ayah gendong." Baskoro segera menggendong anak itu dengan sayang.Haya kembali tercengang mendengar ucapan Basko
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-06
Baca selengkapnya

Akankah Dibatalkan?

Haya kaget mendengar permintaan wanita muda itu. Untung keadaan tokonya saat ini sedang sepi dari pembeli, sehingga yang mendengar hanya orang-orangnya sendiri. Haya percaya karyawannya pun tidak bermulut ember. Sehingga tidak menyebarkan apa yang mereka dengar.Erfan keluar dari toko adiknya sambil menggendong Govind. Pria itu penasaran setelah mendengar ucapan perempuan asing itu."Anda siapa, datang-datang meminta adik saya membatalkan pernikahannya?" tanya Erfan, geram."Saya Andini. Sepupu dari almarhumah istrinya Mas Baskoro," jelas Wanita itu."Mas, biarkan aku sendiri yang menghadapinya. Silakan bawa Govind jalan-jalan," pinta Haya. Erfan pun menuruti perintah adiknya."Mbak. Kita bicara di rumah orang tua saya saja. Saya tidak mau obrolan kita menjadi konsumsi orang banyak. Ayo, ikut saya!" Andini pun mengikuti langkah Haya."Kenapa saya harus membatalkan pernikahan ini?" tanya Haya. Mereka kini duduk saling berhadapan di ruang tamu milik Bu Tuti."Karena ada wasiat yang haru
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-06
Baca selengkapnya

Apa Alasan Mas Menikahi Aku?

"Waalaikummussallam. Masuk, Yang!" Haya menyambut kedatangan calon adik iparnya tersebut.Andini tampak kaget melihat kedatangan Yayang. Mukanya berubah dari garang menjadi pias. Tangannya dengan tergesa memasukkan buku diary itu dalam tasnya."Dari mana, kok, kelihatannya letih sekali?" tanya Haya. Mereka bersalaman kemudian berpelukan ditambah saling mencium pipi kiri dan kanan."Capek, Mbak. Dua hari ini menjadi sopirnya Mas Bas."Diam-diam Andini mundur dari rumah Haya."Jangan dulu pergi!" Haya mencegahnya. Namun, percuma karena Andini sudah melangkah keluar. Langkahnya panjang seperti tergesa."Kok ada Andini di sini? Kalian saling kenal?" tanya Yayang, heran. Dia baru nggeh."Baru kenal," jawab Haya. "Memang dia ngapain ke sini?" Andini menjatuhkan bobot tubuhnya ke sofa."Apa benar dia sepupunya Mbak Nira?" tanya Haya. Alih-alih menjawab pertanyaan Yayang."Kok tahu nama Mbak Nira? Memangnya Mas Bas sudah cerita soal almarhumah istrinya?" "Belum, sih. Aku baru tahu tadi dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-06
Baca selengkapnya

Saya Tidak Akan Melepaskannya.

Baskoro menatap lekat wajah manis di depannya. Kemudian pria itu meraih dan menggenggam tangan istrinya. Mereka saling berhadapan."Karena kamu telah mencuri hatiku," ucapnya lirih.Haya tersenyum simpul mendengar jawaban suaminya. Dia tidak yakin dengan ucapan suaminya."Aku tahu kamu bohong, Mas. Kapan aku mencuri hatimu? Sorot matamu tidak mengatakan itu," bantah Haya dalam hatinya.Hening beberapa saat. "Maafkan aku, Haya. Aku belum bisa mencintai kamu saat ini. Akan tetapi, aku yakin tidak butuh waktu lama untuk jatuh cinta sama kamu. Aku akan memperlakukanmu layaknya seorang istri. Kamu adalah wanita baik yang bisa menemani sisa hidupku. Aku yakin bayangan tentang istriku akan sirna. Kamu pasti akan menggantikannya dengan sempurna. Biarkan waktu yang mengikis semua itu." Baskoro berbicara di dalam hatinya.Haya membuang pandangannya. Menatap box bayi yang terletak tak jauh dari ranjangnya. Melepaskan tangannya dari genggaman suami.Hayana memaklumi mungkin saat ini belum ada ci
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya

Dia anakku!

"Kalau kamu sampai nekat ke sini. Siap-siap berurusan dengan saya! Sekarang dia adalah anakku!" Haya masih berdiri di depan pintu. Menanti obrolan suami berhenti. Tak lama kemudian sudah tidak terdengar suara suara Baskoro. Mungkin sudah mengakhiri teleponnya.Tok! Tok! Hayana mengetuk pintu ruang kerja itu."Masuk!" Haya pun membuka pintu. Melangkahkan kaki menuju meja suaminya. Ini untuk pertama kalinya dia masuk ruangan kerja itu."Kopinya, Mas." Haya berdiri di sisi meja. Bibirnya mengulum senyum. Saat matanya menatap sebuah pigura, yang ada di atas meja kerja suaminya. Foto Baskoro sedang duduk di kursi memangku Govind. Haya sendiri berdiri di samping suaminya dengan tangan melingkar di pundak Baskoro. "Terima kasih kopinya, Sayang. Kamu suka nggak?" Baskoro tahu istrinya sedang memandangi foto mereka."Suka. Terima kasih sudah memajangnya di sini." Haya memandang wajah suaminya."Mas, ada masalah? Kok tadi kelihatannya kesel banget?" Haya memberanikan diri untuk bertanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-07
Baca selengkapnya

Haya Egois?

PoV Arik.Aku sedang marah dengan Diana. Perempuan itu sengaja mengulur waktu untuk membalik nama mobil dan memberikan modal usaha untukku. Waktu itu Diana sudah mengiyakan untuk segera membalikkan nama mobilnya. Namun, hingga kini belum juga dikabulkan permintaan ku itu. Diana makin berani melawanku. Berbeda dengan Haya. Lima tahun menikah dengannya dia tak pernah melawan. Perempuan itu mulai melawan setelah dia tahu tentang jumlah gaji dan perselingkuhanku.Memang susah mencari perempuan model Haya. Baik, penurut tidak banyak tuntutan dan tidak pelit pada mertua. Pernikahanku dengan Diana baru hitungan bulan, tapihampir setiap Minggu kami bertengkar hebat. Kalau sudah begini aku merasa menyesal telah kehilangan sosok Haya. Kadang terselip keinginan untuk rujuk padanya. Namun, aku belum ada kesempatan ke Lampung. Tadi habis ribut dengan Diana soal ibuku. Aku pun menghibur diri dengan membaca status WhatsApp orang. Tiba-tiba mataku membulat sempurna saat membaca status Arini.Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Kekecewaan Haya

Haya menatap barang itu dengan sedikit kecewa. Tidak sesuai dengan seleranya. Namun, bukan Haya kalau dia tidak pandai menyembunyikan rasa kecewanya. Dia terlihat tersenyum meski dipaksakan."Mas, ini beli atau dikasih?" "Dikasih, Sayang. Pak Munir punya pohon durian di depan rumahnya. Kebetulan ada buahnya yang masak. Makanya dibawakan. Itu buat kamu sendiri. Mas udah kenyang di sana." Baskoro menatap lembut istrinya."Ini benar untukku, Mas?" tanya Haya, memastikan. "Bener, Sayang. Kan itu buah kesukaan kamu. Habiskan. Jangan sungkan."Baskoro sedang sibuk melepaskan kaus kaki dan jam yang melingkar di pergelangannya. Tidak memperhatikan perubahan wajah istrinya.Haya tersenyum masam."Ini untuk, Mas, sendiri." Haya menyodorkan buah durian yang telah dikupas dibungkus dalam wadah toples kecil. "Mas udah kenyang, Sayang. Ini untuk kamu sendiri. Kamu kan doyan banget sama durian.""Tapi, Mas —" "Sebentar, Sayang."Handphone Baskoro berdering. Dia segera mengangkatnya. Berjalan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Tolong Bantu Aku

"De. Apa yang kamu lakukan?" Baskoro kaget melihat Haya duduk di ranjang sambil menekuri layar laptopnya. Hal yang tidak pernah dilakukan di malam-malam sebelumnya. Dia merasa meninggalkan kamar selama dua jam. Dipikirannya Haya sudah tidur. Makanya dia sedikit kaget melihat istrinya masih terjaga padahal sudah larut malam."Lagi ngecek toko." Haya menjawab singkat tanpa menoleh. Suaranya terdengar ketus. Masih kesal dengan Baskoro.Lelaki itu paham istrinya masih marah."Kan bisa dikerjakan besok, Sayang." Pria yang baru selesai mandi itu mengingatkan dengan suara lembut. Sudah tidak ada amarah di sana.Baskoro tidak pernah bisa marah terlalu lama. Pria itu sangat pandai mengelola emosinya. Juga sangat piawai menyembunyikan perasaannya. Hatinya masih untuk Nira, akan tetapi bisa berlemah lembut dan penuh perhatian pada istrinya."Aku nggak bisa tidur." Haya memberikan alasan. Matanya masih menatap monitor laptop. Biasanya Haya mengecek setelah shalat Subuh. Karyawannya selalu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Aku Tidak Mengizinkan Kalian Pergi!

"Sebaiknya apa, Sayang?" Baskoro Baskoro segera bangun dari pembaringannya. Duduk di sisi ranjang. Menatap Haya yang sedang duduk di tepi lainnya. Dia melihat istrinya mengerjap beberapa kali. Menahan lajunya air mata. "Mas, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah ibu," kata Haya. Suaranya bergetar.Baskoro menunduk. Pria itu mulai menyadari kesalahannya.'Ya Allah, aku telah membuat istriku menangis kembali.' Dalam diam Baskoro merutuki dirinya. Pria itu sudah tak berani meminta maaf. Dia sadar kesalahannya kali ini terlalu besar.Baskoro meraup wajahnya dengan kasar.Menarik napas berat. "Alasan apa yang akan, Ayang, berikan pada ibu dan bapak?" Haya menghela napas."Aku ingin mengurus toko. Kangen rumah. Mungkin itu alasan yang tepat." Haya menjawab tanpa menoleh. Tatapannya lurus ke depan."Aku tidak mengizinkan!" kata Baskoro, tegas. Lelaki itu menggeser duduknya. Menapakkan kakinya pada ubin."Aku tidak bisa terus di sini, Mas. Kita tidak bisa memaksakan diri untuk selalu bersa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-08
Baca selengkapnya

Lebih Baik Kita Akhiri

Aku tersenyum saat melihat Haya sudah sadarkan diri. Akan tetapi sepertinya sedang merasakan sakit yang hebat. Dia meringis sambil memegangi kepalanya."Sakit sekali, Mbak?" Arini memijat kepala Hayana. Akan tetapi tangan itu segera disingkirkan oleh istriku.Haya menyandar pada kepala ranjang. Sudah tak meringis lagi. Aku duduk di sampingnya. "Sayang. Alhamdulillah sudah siuman. Kepalanya sakit? Yuk, kita ke rumah sakit! Kamu harus diperiksa," kataku setelah duduk di sampingnya. Kupijit kepalanya lembut. Istriku membuang muka saat kutatap. Ia memandang Govind yang sudah tidak menangis lagi, kemudian memindai Arini yang berdiri tak jauh dari kami. Alih-alih menjawab pertanyaanku."Rin, kok kamu ada di sini?" tanyanya dengan suara pelan. Ciri khas orang sakit.Tatapan tak suka dia layangkan pada Arini. Kenapa tiba-tiba istriku membenci sahabatnya? Sungguh aneh!"Iya, Mbak. Tadi Pak Bas yang meminta aku datang ke sini. Katanya Mbak pingsan." Arini masih mengulas senyum. Sepertinya di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status