Haya menatap barang itu dengan sedikit kecewa. Tidak sesuai dengan seleranya. Namun, bukan Haya kalau dia tidak pandai menyembunyikan rasa kecewanya. Dia terlihat tersenyum meski dipaksakan."Mas, ini beli atau dikasih?" "Dikasih, Sayang. Pak Munir punya pohon durian di depan rumahnya. Kebetulan ada buahnya yang masak. Makanya dibawakan. Itu buat kamu sendiri. Mas udah kenyang di sana." Baskoro menatap lembut istrinya."Ini benar untukku, Mas?" tanya Haya, memastikan. "Bener, Sayang. Kan itu buah kesukaan kamu. Habiskan. Jangan sungkan."Baskoro sedang sibuk melepaskan kaus kaki dan jam yang melingkar di pergelangannya. Tidak memperhatikan perubahan wajah istrinya.Haya tersenyum masam."Ini untuk, Mas, sendiri." Haya menyodorkan buah durian yang telah dikupas dibungkus dalam wadah toples kecil. "Mas udah kenyang, Sayang. Ini untuk kamu sendiri. Kamu kan doyan banget sama durian.""Tapi, Mas —" "Sebentar, Sayang."Handphone Baskoro berdering. Dia segera mengangkatnya. Berjalan ke
Terakhir Diperbarui : 2023-02-08 Baca selengkapnya