Share

Tolong Bantu Aku

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2023-02-08 08:51:34

"De. Apa yang kamu lakukan?"

Baskoro kaget melihat Haya duduk di ranjang sambil menekuri layar laptopnya. Hal yang tidak pernah dilakukan di malam-malam sebelumnya.

Dia merasa meninggalkan kamar selama dua jam. Dipikirannya Haya sudah tidur. Makanya dia sedikit kaget melihat istrinya masih terjaga padahal sudah larut malam.

"Lagi ngecek toko." Haya menjawab singkat tanpa menoleh. Suaranya terdengar ketus. Masih kesal dengan Baskoro.

Lelaki itu paham istrinya masih marah.

"Kan bisa dikerjakan besok, Sayang."

Pria yang baru selesai mandi itu mengingatkan dengan suara lembut. Sudah tidak ada amarah di sana.

Baskoro tidak pernah bisa marah terlalu lama. Pria itu sangat pandai mengelola emosinya. Juga sangat piawai menyembunyikan perasaannya. Hatinya masih untuk Nira, akan tetapi bisa berlemah lembut dan penuh perhatian pada istrinya.

"Aku nggak bisa tidur." Haya memberikan alasan. Matanya masih menatap monitor laptop.

Biasanya Haya mengecek setelah shalat Subuh. Karyawannya selalu me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita yang Kau Sakiti    Aku Tidak Mengizinkan Kalian Pergi!

    "Sebaiknya apa, Sayang?" Baskoro Baskoro segera bangun dari pembaringannya. Duduk di sisi ranjang. Menatap Haya yang sedang duduk di tepi lainnya. Dia melihat istrinya mengerjap beberapa kali. Menahan lajunya air mata. "Mas, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah ibu," kata Haya. Suaranya bergetar.Baskoro menunduk. Pria itu mulai menyadari kesalahannya.'Ya Allah, aku telah membuat istriku menangis kembali.' Dalam diam Baskoro merutuki dirinya. Pria itu sudah tak berani meminta maaf. Dia sadar kesalahannya kali ini terlalu besar.Baskoro meraup wajahnya dengan kasar.Menarik napas berat. "Alasan apa yang akan, Ayang, berikan pada ibu dan bapak?" Haya menghela napas."Aku ingin mengurus toko. Kangen rumah. Mungkin itu alasan yang tepat." Haya menjawab tanpa menoleh. Tatapannya lurus ke depan."Aku tidak mengizinkan!" kata Baskoro, tegas. Lelaki itu menggeser duduknya. Menapakkan kakinya pada ubin."Aku tidak bisa terus di sini, Mas. Kita tidak bisa memaksakan diri untuk selalu bersa

    Last Updated : 2023-02-08
  • Wanita yang Kau Sakiti    Lebih Baik Kita Akhiri

    Aku tersenyum saat melihat Haya sudah sadarkan diri. Akan tetapi sepertinya sedang merasakan sakit yang hebat. Dia meringis sambil memegangi kepalanya."Sakit sekali, Mbak?" Arini memijat kepala Hayana. Akan tetapi tangan itu segera disingkirkan oleh istriku.Haya menyandar pada kepala ranjang. Sudah tak meringis lagi. Aku duduk di sampingnya. "Sayang. Alhamdulillah sudah siuman. Kepalanya sakit? Yuk, kita ke rumah sakit! Kamu harus diperiksa," kataku setelah duduk di sampingnya. Kupijit kepalanya lembut. Istriku membuang muka saat kutatap. Ia memandang Govind yang sudah tidak menangis lagi, kemudian memindai Arini yang berdiri tak jauh dari kami. Alih-alih menjawab pertanyaanku."Rin, kok kamu ada di sini?" tanyanya dengan suara pelan. Ciri khas orang sakit.Tatapan tak suka dia layangkan pada Arini. Kenapa tiba-tiba istriku membenci sahabatnya? Sungguh aneh!"Iya, Mbak. Tadi Pak Bas yang meminta aku datang ke sini. Katanya Mbak pingsan." Arini masih mengulas senyum. Sepertinya di

    Last Updated : 2023-02-11
  • Wanita yang Kau Sakiti    Flash back

    POV Baskoro.Aku tercenung di depan komputer — di kantor konveksi. Mata ini memang menatap layar monitor, tetapi ingatanku berkelana. Pikiranku sedang tidak di sini.Dari tadi perasaanku tidak tenang. Entah kenapa selalu ingat tentang rumah terus. Apakah karena sudah rindu dengan Haya? Mungkin. Atau karena rasa bersalah? Aku sudah meninggalkan mereka selama satu bulan. Bisa jadi karena itu. Sementara kami masih termasuk hitungan pengantin baru.Rasa bersalah selalu menyelimuti malam-malamku. Betapa tidak adilnya aku terhadap Haya.Aku kembali mengingat kejadian satu bulan lalu. Tepatnya saat terjadinya pertengkaran dengan istriku — Hayana.Semua bermula dari mulutku yang berbicara di luar kendali. Sungguh, tidak bisa dikondisikan bibir ini. Kesalahan sebut nama itu sangat fatal."Mas kangen banget, Nira." Aku mengucapkan kalimat itu sembari memeluk dan mencumbu Haya.Pasti sangat hancur hatinya saat itu juga.Siapa pun pasti akan marah bila mendengar suami menyebut nama perempuan lain

    Last Updated : 2023-02-11
  • Wanita yang Kau Sakiti    Kado Siapa?

    Dapat dari mana foto ini? Foto aku dan Arini yang sedang makan di warung tenda pinggir jalan. Pecel lele. Di dalam foto tersebut kami sedang duduk lesehan dengan posisi Arini tepat di depanku. Seolah kami sedang berkencan. Tidak ada siapa pun di situ.Siapa yang telah memfoto dan membagikan pada istriku? Pantas saja Haya berpikir aku selingkuh dengan temannya sendiri."Mas, aku bisa paham dan sedikit memaklumi kalau kamu masih mencintai Nira, karena aku hadir setelah dia. Akan tetapi, aku tidak terima kalau kamu selingkuh dengan orang lain. Apalagi dia sahabatku sendiri. Lebih baik lepaskan aku dan biarkan aku bahagia." Aku tertawa mendengar ucapan Haya. Hobi sekali mengambil kesimpulan sepihak. Padahal dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kenapa kamu terkekeh seperti itu? Memangnya aku lucu? Atau kamu mau menertawakan kebodohanku karena selama ini telah percaya denganmu? Buat apa kamu berlaku manis padaku, Mas? Kalau ujungnya selingkuh!"Sorotan tajam dilayangkan padaku. Ama

    Last Updated : 2023-02-13
  • Wanita yang Kau Sakiti    Ada Apa dengan Istriku?

    Aku mengambil bungkusan kado yang dihiasi pita. Jiwa kepoku sudah mendominasi sehingga ingin membukanya. Aku segera duduk di kursi kayu yang berada di teras. Tangan ini mulai membuka bungkus tersebut. Ternyata buat Govind. Ada sepasang sepatu, kemeja, topi serta celana yang semua bermerek. Ini adalah barang untuk ekspor. Dulu saya biasa mengirimnya ke beberapa negara — waktu masih menjadi manejer.Bagi sebagian masyarakat akan sayang membeli barang ini. Harganya tidak murah. Kualitas pakaian pun memang tidak diragukan lagi. Hanya orang-orang berkantong tebal yang sanggup membeli ini. Namun, siapa?Aku segera masuk menemui istri yang sedang sibuk di dapur. Barangkali dia tahu siapa pengirimnya? "Sayang. Ini ada yang mengirim kado buat Govind, tapi nggak tahu dari siapa?"Haya menghentikan aktivitasnya. Menatapku penuh keheranan."Kado? Sepagi ini sudah ada yang mengirimkan kado? Mas, nggak tanya dari siapa?"Haya menatap jam yang ditempelkan pada dinding dapur. Masih pukul enam pagi.

    Last Updated : 2023-02-13
  • Wanita yang Kau Sakiti    Haya Diculik

    "Sayang kok kamu seperti sedang tidak tenang. Ada apa, Sayang?" Aku mulai khawatir dengan istri dan anakku. Sepertinya dia sedang tertekan."Po — pokoknya harus pulang sekarang!" Haya bersuara sangat ketakutan.Aku segera memutar arah. Kembali pulang ke rumah. Takziah bisa aku lakukan besok-besok. Aku harus segera pulang. Memastikan keselamatan istriku.Di saat aku ingin buru-buru sampai rumah, jalan menjadi macet. Padahal tadi berangkat masih lengang. Di depanku, kendaraan sudah mengular.Aku segera melakukan panggilan untuk istri. Aktif, tapi tidak diangkat. Angkat dong Sayang, batinku.Pikiranku sudah mulai nggak karuan. Aku pun sebentar-sebentar melirik arloji yang melingkari tangan. Sudah sepuluh menit berlalu. Namun, belum ada tanda-tanda mobil di depanku mau jalan. Bakal lama ini.Ya Allah, lindungilah istri dan anak hamba. Saat ini aku hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka. Dering ponsel kembali menggema semoga panggilan dari Haya. Aku segera mengambil benda tersebut

    Last Updated : 2023-02-16
  • Wanita yang Kau Sakiti    Membebaskan Hayana

    "Hentikan. Aku akan mengabulkan permintaanmu, Andini!" Aku sengaja mengucapkan itu. Aku tak mau orang suruhan Andini memberikan minuman beracun itu pada istriku."Serius kamu, Mas?" Aku mengangguk walaupun hati menolaknya. Maafkan aku harus berbohong padamu, Andini. Hanya ini jalan yang ada di kepalaku. Aku pun melemparkan pandangan pada istriku yang membuang muka. Pasti dia menyangka ini sungguhan. Aku yakin dia merasa sangat sakit hati. 'Ini hanya strategi saja, Sayang. Jangan marah. Aku hanya tak mau kehilanganmu.' Seandainya dia bisa bahasa telepati pasti Haya mengerti apa yang aku ucapkan dalam hati. Benarkah aku menuruti kemauan Andini untuk menceraikan Haya? Tentu tidak. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu, yang dapat merusak kebahagiaan kami. Ini hanya salah satu caraku dalam mengulur waktu.Aku memang turun dari mobil seorang diri, sesuai permintaan Andini. Agar datang tanpa membawa teman. Aku tidak sekonyol itu yang benar-benar menuruti kemauannya.Aku harus terli

    Last Updated : 2023-02-17
  • Wanita yang Kau Sakiti    Hadiah Bertubi-tubi

    Istriku menatap kotak kado itu dengan raut penuh keheranan. "Aku kan sedang tidak ulang tahun. Kenapa dikasih hadiah segala?" tanyanya polos. Namun, sorot matanya berbinar."Memberikan hadiah tidak harus menunggu ulang tahun, Sayang." "Mbok, tolong Govind bawa sini!" Perempuan yang telah bekerja di keluarga Eyang itu segera memberikan bayi yang umurnya kurang dari satu tahun ini.Aku mencium pipinya sembari menjatuhkan bobot tubuh di samping perempuanku. Aku tidak tahu bagaimana pernikahan Haya yang terdahulu. Toh, aku memang tidak ingin tahu masa lalunya. Akan tetapi, mudah untuk ditebak bahwa, suaminya jarang memberikan hadiah. Istriku memang aneh malah memasang wajah bingung, setelah menerima hadiah. Tangannya seolah sedang menimbang berat kotak tersebut. Aku mengulas senyum melihat tingkahnya. Kenapa tidak langsung dibuka? "Nak, Bunda aneh, ya, mendapatkan hadiah malah seperti orang yang bengong." Aku mengajak ngobrol Govind yang ada dalam pangkuan.Haya hanya mencebik."

    Last Updated : 2023-02-17

Latest chapter

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ending

    "Diana. Tolong cari ke dalam atau belakang!" Hai ... lancang sekali manusia satu itu. "Anda siapa? Berani menggeledah rumah orang? Mau saya laporkan polisi?" Diana tidak mengindahkan ancaman suamiku. Begitu pun dengan Bu Sastra yang terlihat meremehkan Mas Bas.Aku tersenyum kecil saat melihat Diana hendak berjalan ke arah dalam. Kamu jual aku borong! Lihat apa yang akan aku lakukan"Diana. Bukankah kamu itu seorang guru?" tanyaku sinis. Sengaja untuk memancingnya. Setidaknya aku berusaha menggagalkan rencananya untuk masuk kedalam belakang.Diana menghentikan langkahnya. Menatap aku dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada."Iya, aku seorang pendidik. Makanya percayakan anakmu padaku. Jangankan mendidik anak tiri, mendidik anak orang saja aku tidak keberatan," jawabnya dengan pongah. Jelas sanggup karena waktumu bersama mereka tidak banyak, belum lagi kamu itu dibayar. Kerja!Aku tersenyum kecil mendengarnya. Begitu pun dengan mas Bas."Benar itu, Haya. Govind lebih pantas di

  • Wanita yang Kau Sakiti    Kedatangan Arik

    "Bukankah itu Arik, Sayang? Dia tahu rumah kita dari mana?" tanya suamiku sambil menunggu gerbang dibuka oleh mbok Tum. "Aku juga tidak tahu, Mas." "Sejak kapan berdiri di situ?" gumam mas Bas. Aku mengangkat bahu. Siapa orang yang telah membocorkan alamat kami pada Arik? "Haya. Apa kabar?" sapa Arik setelah kami turun dari mobil. "Seperti yang kamu lihat. Tidak hanya baik, sekarang aku sangat-sangat bahagia." Sengaja aku tekankan kata bahagia. Memang, kenyataan sekarang aku bahagia setelah melewati masa-masa sulit dalam pernikahan kedua ini. Limpahan kasih sayang dan cinta dari suami membuatku hari-hari lebih indah. "Ternyata anak kita sudah besar, ya. Boleh aku menggendongnya?" Arik sudah mengulurkan tangannya hendak menggendong. Namun, aku mengabaikannya. Memangnya dia siapa?"Percaya diri sekali kamu! Memangnya kamu punya anak? Ini anakku dengan Mas Baskoro. Bukankah kamu tidak mempunyai anak denganku?" tukasku, lantang. Seandainya saja waktu itu mulutnya tidak mengeluarka

  • Wanita yang Kau Sakiti    Pemecatan Arini

    Mas Baskoro tak melepaskan pandangannya ke Arini. Apa yang ada dalam pikiran suamiku?"Aduh. Tolong aku, Pak. Mbak Haya tiba-tiba melemparkan gelas ke arahku?" Arini memasang muka sedih. "Kenapa kamu tega melakukan semua ini, Mbak?"Rabb. Tolong lindungi hamba dari fitnah Arini. "Kamu kenapa, Rin?" tanya Mas Bas dengan wajah datar. Tidak terpancing sama sekali dengan kelakuan Arini."Pak, tolong. Aku takut. Mbak Haya pasti ingin mencelakai anak kita." "Anak kita?" tanyaku dan suami secara bersamaan.Arini mengangguk wajahnya terlihat puas."Aku lupa belum memberitahumu, Mbak, Pak." Arini segera membuka tas dan mengambil tes pack."Lihat! Inilah alasan aku ingin menjadi madumu, Mbak. Suamimu telah menodai aku ketika menginap di konveksi waktu itu!" Dadaku bergemuruh hebat. Bukan karena aku percaya dengan alat itu, tapi marah dengan kelakuan Arini. Dia tega melakukan apa pun demi mendapatkan incarannya. Aku percaya itu bukan benih suamiku. Namun, tidak mungkin Arini nekat mengatak

  • Wanita yang Kau Sakiti    Izinkan Aku Menjadi Madumu

    POV HayanaAku mematung beberapa saat di ambang pintu. Aku kaget saat melihat siapa yang datang. Ada keperluan apa dia datang ke rumah ini? Kenapa Mbok Tum bilang tidak tahu siapa yang datang? Bukankah wanita ini pernah datang kemari saat diminta untuk menolong Mas Bas waktu itu? Aku semakin dibuat kaget saat menatap wajah Arini. Mengapa dandanannya kini seperti ondel-ondel? Sangat berlebihan. Pipinya dipoles blush on hingga memerah seperti habis ditonjok istri sah. Bibirnya pun diberi warna teramat mencolok seperti habis makan darah. Bulu matanya dipasang anti topan. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah drastis begini. Aku seperti tak mengenali pribadi Arini lagi. Tidak bertemu beberapa hari mengapa dia menjadi seperti ini? Biasanya dia selalu tampil dengan polesan sederhana sehingga cantiknya alami. Apa yang membuatnya berubah? Aku sengaja menjaga jarak dengannya setelah kejadian itu. Hati ini semakin tidak ingin mengenalnya kembali.Ini pertama kalinya Arini datang ke ru

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membakar Kenangan Masa Lalu

    "Ini untuk yang —""Bu, Pak, maaf saya mengganggu. Nak Govind sudah bangun dan menangis." Baskoro tersenyum saat melihat Mbok Tum menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Sebelah tangan perempuan berumur itu membopong balita yang sedang mencari ibunya."Nggak papa, Mbok. Kami sudah selesai, kok." Baskoro menjawab dengan santainya. Lelaki itu merasa terselamatkan dari pertanyaan istri yang menurutnya adalah sebuah jebakan."Aku masuk dulu, ya, Mas." Haya menarik kursi kemudian bangkit meninggalkan suaminya. Lelaki yang mengenakan tuxedo hitam itu mengangguk. Dia merasa lega saat ini."Mas juga mau ke ruang kerja, ya?" Kini Basko meminta izin pada istrinya. Haya pun membalas dengan anggukan."Gantengnya bunda sudah bangun rupanya. Maaf, ya, tadi ditinggal sama bunda." Istrinya Baskoro menciumi anak yang sudah berada dalam gendongannya.Haya telah mengambil Govind dari tangan Mbok Tum. Anak lelaki itu dibawanya ke kamar."Mbok, tolong bereskan ini, ya." Baskoro pun segera menyusul

  • Wanita yang Kau Sakiti    Hadiah Bertubi-tubi

    Istriku menatap kotak kado itu dengan raut penuh keheranan. "Aku kan sedang tidak ulang tahun. Kenapa dikasih hadiah segala?" tanyanya polos. Namun, sorot matanya berbinar."Memberikan hadiah tidak harus menunggu ulang tahun, Sayang." "Mbok, tolong Govind bawa sini!" Perempuan yang telah bekerja di keluarga Eyang itu segera memberikan bayi yang umurnya kurang dari satu tahun ini.Aku mencium pipinya sembari menjatuhkan bobot tubuh di samping perempuanku. Aku tidak tahu bagaimana pernikahan Haya yang terdahulu. Toh, aku memang tidak ingin tahu masa lalunya. Akan tetapi, mudah untuk ditebak bahwa, suaminya jarang memberikan hadiah. Istriku memang aneh malah memasang wajah bingung, setelah menerima hadiah. Tangannya seolah sedang menimbang berat kotak tersebut. Aku mengulas senyum melihat tingkahnya. Kenapa tidak langsung dibuka? "Nak, Bunda aneh, ya, mendapatkan hadiah malah seperti orang yang bengong." Aku mengajak ngobrol Govind yang ada dalam pangkuan.Haya hanya mencebik."

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membebaskan Hayana

    "Hentikan. Aku akan mengabulkan permintaanmu, Andini!" Aku sengaja mengucapkan itu. Aku tak mau orang suruhan Andini memberikan minuman beracun itu pada istriku."Serius kamu, Mas?" Aku mengangguk walaupun hati menolaknya. Maafkan aku harus berbohong padamu, Andini. Hanya ini jalan yang ada di kepalaku. Aku pun melemparkan pandangan pada istriku yang membuang muka. Pasti dia menyangka ini sungguhan. Aku yakin dia merasa sangat sakit hati. 'Ini hanya strategi saja, Sayang. Jangan marah. Aku hanya tak mau kehilanganmu.' Seandainya dia bisa bahasa telepati pasti Haya mengerti apa yang aku ucapkan dalam hati. Benarkah aku menuruti kemauan Andini untuk menceraikan Haya? Tentu tidak. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu, yang dapat merusak kebahagiaan kami. Ini hanya salah satu caraku dalam mengulur waktu.Aku memang turun dari mobil seorang diri, sesuai permintaan Andini. Agar datang tanpa membawa teman. Aku tidak sekonyol itu yang benar-benar menuruti kemauannya.Aku harus terli

  • Wanita yang Kau Sakiti    Haya Diculik

    "Sayang kok kamu seperti sedang tidak tenang. Ada apa, Sayang?" Aku mulai khawatir dengan istri dan anakku. Sepertinya dia sedang tertekan."Po — pokoknya harus pulang sekarang!" Haya bersuara sangat ketakutan.Aku segera memutar arah. Kembali pulang ke rumah. Takziah bisa aku lakukan besok-besok. Aku harus segera pulang. Memastikan keselamatan istriku.Di saat aku ingin buru-buru sampai rumah, jalan menjadi macet. Padahal tadi berangkat masih lengang. Di depanku, kendaraan sudah mengular.Aku segera melakukan panggilan untuk istri. Aktif, tapi tidak diangkat. Angkat dong Sayang, batinku.Pikiranku sudah mulai nggak karuan. Aku pun sebentar-sebentar melirik arloji yang melingkari tangan. Sudah sepuluh menit berlalu. Namun, belum ada tanda-tanda mobil di depanku mau jalan. Bakal lama ini.Ya Allah, lindungilah istri dan anak hamba. Saat ini aku hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka. Dering ponsel kembali menggema semoga panggilan dari Haya. Aku segera mengambil benda tersebut

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ada Apa dengan Istriku?

    Aku mengambil bungkusan kado yang dihiasi pita. Jiwa kepoku sudah mendominasi sehingga ingin membukanya. Aku segera duduk di kursi kayu yang berada di teras. Tangan ini mulai membuka bungkus tersebut. Ternyata buat Govind. Ada sepasang sepatu, kemeja, topi serta celana yang semua bermerek. Ini adalah barang untuk ekspor. Dulu saya biasa mengirimnya ke beberapa negara — waktu masih menjadi manejer.Bagi sebagian masyarakat akan sayang membeli barang ini. Harganya tidak murah. Kualitas pakaian pun memang tidak diragukan lagi. Hanya orang-orang berkantong tebal yang sanggup membeli ini. Namun, siapa?Aku segera masuk menemui istri yang sedang sibuk di dapur. Barangkali dia tahu siapa pengirimnya? "Sayang. Ini ada yang mengirim kado buat Govind, tapi nggak tahu dari siapa?"Haya menghentikan aktivitasnya. Menatapku penuh keheranan."Kado? Sepagi ini sudah ada yang mengirimkan kado? Mas, nggak tanya dari siapa?"Haya menatap jam yang ditempelkan pada dinding dapur. Masih pukul enam pagi.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status