Share

Akankah Dibatalkan?

Penulis: Farid-ha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-06 07:25:22

Haya kaget mendengar permintaan wanita muda itu. Untung keadaan tokonya saat ini sedang sepi dari pembeli, sehingga yang mendengar hanya orang-orangnya sendiri. Haya percaya karyawannya pun tidak bermulut ember. Sehingga tidak menyebarkan apa yang mereka dengar.

Erfan keluar dari toko adiknya sambil menggendong Govind. Pria itu penasaran setelah mendengar ucapan perempuan asing itu.

"Anda siapa, datang-datang meminta adik saya membatalkan pernikahannya?" tanya Erfan, geram.

"Saya Andini. Sepupu dari almarhumah istrinya Mas Baskoro," jelas Wanita itu.

"Mas, biarkan aku sendiri yang menghadapinya. Silakan bawa Govind jalan-jalan," pinta Haya. Erfan pun menuruti perintah adiknya.

"Mbak. Kita bicara di rumah orang tua saya saja. Saya tidak mau obrolan kita menjadi konsumsi orang banyak. Ayo, ikut saya!" Andini pun mengikuti langkah Haya.

"Kenapa saya harus membatalkan pernikahan ini?" tanya Haya. Mereka kini duduk saling berhadapan di ruang tamu milik Bu Tuti.

"Karena ada wasiat yang haru
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Sakiti    Apa Alasan Mas Menikahi Aku?

    "Waalaikummussallam. Masuk, Yang!" Haya menyambut kedatangan calon adik iparnya tersebut.Andini tampak kaget melihat kedatangan Yayang. Mukanya berubah dari garang menjadi pias. Tangannya dengan tergesa memasukkan buku diary itu dalam tasnya."Dari mana, kok, kelihatannya letih sekali?" tanya Haya. Mereka bersalaman kemudian berpelukan ditambah saling mencium pipi kiri dan kanan."Capek, Mbak. Dua hari ini menjadi sopirnya Mas Bas."Diam-diam Andini mundur dari rumah Haya."Jangan dulu pergi!" Haya mencegahnya. Namun, percuma karena Andini sudah melangkah keluar. Langkahnya panjang seperti tergesa."Kok ada Andini di sini? Kalian saling kenal?" tanya Yayang, heran. Dia baru nggeh."Baru kenal," jawab Haya. "Memang dia ngapain ke sini?" Andini menjatuhkan bobot tubuhnya ke sofa."Apa benar dia sepupunya Mbak Nira?" tanya Haya. Alih-alih menjawab pertanyaan Yayang."Kok tahu nama Mbak Nira? Memangnya Mas Bas sudah cerita soal almarhumah istrinya?" "Belum, sih. Aku baru tahu tadi dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Wanita yang Kau Sakiti    Saya Tidak Akan Melepaskannya.

    Baskoro menatap lekat wajah manis di depannya. Kemudian pria itu meraih dan menggenggam tangan istrinya. Mereka saling berhadapan."Karena kamu telah mencuri hatiku," ucapnya lirih.Haya tersenyum simpul mendengar jawaban suaminya. Dia tidak yakin dengan ucapan suaminya."Aku tahu kamu bohong, Mas. Kapan aku mencuri hatimu? Sorot matamu tidak mengatakan itu," bantah Haya dalam hatinya.Hening beberapa saat. "Maafkan aku, Haya. Aku belum bisa mencintai kamu saat ini. Akan tetapi, aku yakin tidak butuh waktu lama untuk jatuh cinta sama kamu. Aku akan memperlakukanmu layaknya seorang istri. Kamu adalah wanita baik yang bisa menemani sisa hidupku. Aku yakin bayangan tentang istriku akan sirna. Kamu pasti akan menggantikannya dengan sempurna. Biarkan waktu yang mengikis semua itu." Baskoro berbicara di dalam hatinya.Haya membuang pandangannya. Menatap box bayi yang terletak tak jauh dari ranjangnya. Melepaskan tangannya dari genggaman suami.Hayana memaklumi mungkin saat ini belum ada ci

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Wanita yang Kau Sakiti    Dia anakku!

    "Kalau kamu sampai nekat ke sini. Siap-siap berurusan dengan saya! Sekarang dia adalah anakku!" Haya masih berdiri di depan pintu. Menanti obrolan suami berhenti. Tak lama kemudian sudah tidak terdengar suara suara Baskoro. Mungkin sudah mengakhiri teleponnya.Tok! Tok! Hayana mengetuk pintu ruang kerja itu."Masuk!" Haya pun membuka pintu. Melangkahkan kaki menuju meja suaminya. Ini untuk pertama kalinya dia masuk ruangan kerja itu."Kopinya, Mas." Haya berdiri di sisi meja. Bibirnya mengulum senyum. Saat matanya menatap sebuah pigura, yang ada di atas meja kerja suaminya. Foto Baskoro sedang duduk di kursi memangku Govind. Haya sendiri berdiri di samping suaminya dengan tangan melingkar di pundak Baskoro. "Terima kasih kopinya, Sayang. Kamu suka nggak?" Baskoro tahu istrinya sedang memandangi foto mereka."Suka. Terima kasih sudah memajangnya di sini." Haya memandang wajah suaminya."Mas, ada masalah? Kok tadi kelihatannya kesel banget?" Haya memberanikan diri untuk bertanya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Wanita yang Kau Sakiti    Haya Egois?

    PoV Arik.Aku sedang marah dengan Diana. Perempuan itu sengaja mengulur waktu untuk membalik nama mobil dan memberikan modal usaha untukku. Waktu itu Diana sudah mengiyakan untuk segera membalikkan nama mobilnya. Namun, hingga kini belum juga dikabulkan permintaan ku itu. Diana makin berani melawanku. Berbeda dengan Haya. Lima tahun menikah dengannya dia tak pernah melawan. Perempuan itu mulai melawan setelah dia tahu tentang jumlah gaji dan perselingkuhanku.Memang susah mencari perempuan model Haya. Baik, penurut tidak banyak tuntutan dan tidak pelit pada mertua. Pernikahanku dengan Diana baru hitungan bulan, tapihampir setiap Minggu kami bertengkar hebat. Kalau sudah begini aku merasa menyesal telah kehilangan sosok Haya. Kadang terselip keinginan untuk rujuk padanya. Namun, aku belum ada kesempatan ke Lampung. Tadi habis ribut dengan Diana soal ibuku. Aku pun menghibur diri dengan membaca status WhatsApp orang. Tiba-tiba mataku membulat sempurna saat membaca status Arini.Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita yang Kau Sakiti    Kekecewaan Haya

    Haya menatap barang itu dengan sedikit kecewa. Tidak sesuai dengan seleranya. Namun, bukan Haya kalau dia tidak pandai menyembunyikan rasa kecewanya. Dia terlihat tersenyum meski dipaksakan."Mas, ini beli atau dikasih?" "Dikasih, Sayang. Pak Munir punya pohon durian di depan rumahnya. Kebetulan ada buahnya yang masak. Makanya dibawakan. Itu buat kamu sendiri. Mas udah kenyang di sana." Baskoro menatap lembut istrinya."Ini benar untukku, Mas?" tanya Haya, memastikan. "Bener, Sayang. Kan itu buah kesukaan kamu. Habiskan. Jangan sungkan."Baskoro sedang sibuk melepaskan kaus kaki dan jam yang melingkar di pergelangannya. Tidak memperhatikan perubahan wajah istrinya.Haya tersenyum masam."Ini untuk, Mas, sendiri." Haya menyodorkan buah durian yang telah dikupas dibungkus dalam wadah toples kecil. "Mas udah kenyang, Sayang. Ini untuk kamu sendiri. Kamu kan doyan banget sama durian.""Tapi, Mas —" "Sebentar, Sayang."Handphone Baskoro berdering. Dia segera mengangkatnya. Berjalan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita yang Kau Sakiti    Tolong Bantu Aku

    "De. Apa yang kamu lakukan?" Baskoro kaget melihat Haya duduk di ranjang sambil menekuri layar laptopnya. Hal yang tidak pernah dilakukan di malam-malam sebelumnya. Dia merasa meninggalkan kamar selama dua jam. Dipikirannya Haya sudah tidur. Makanya dia sedikit kaget melihat istrinya masih terjaga padahal sudah larut malam."Lagi ngecek toko." Haya menjawab singkat tanpa menoleh. Suaranya terdengar ketus. Masih kesal dengan Baskoro.Lelaki itu paham istrinya masih marah."Kan bisa dikerjakan besok, Sayang." Pria yang baru selesai mandi itu mengingatkan dengan suara lembut. Sudah tidak ada amarah di sana.Baskoro tidak pernah bisa marah terlalu lama. Pria itu sangat pandai mengelola emosinya. Juga sangat piawai menyembunyikan perasaannya. Hatinya masih untuk Nira, akan tetapi bisa berlemah lembut dan penuh perhatian pada istrinya."Aku nggak bisa tidur." Haya memberikan alasan. Matanya masih menatap monitor laptop. Biasanya Haya mengecek setelah shalat Subuh. Karyawannya selalu me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita yang Kau Sakiti    Aku Tidak Mengizinkan Kalian Pergi!

    "Sebaiknya apa, Sayang?" Baskoro Baskoro segera bangun dari pembaringannya. Duduk di sisi ranjang. Menatap Haya yang sedang duduk di tepi lainnya. Dia melihat istrinya mengerjap beberapa kali. Menahan lajunya air mata. "Mas, sebaiknya aku pulang dulu ke rumah ibu," kata Haya. Suaranya bergetar.Baskoro menunduk. Pria itu mulai menyadari kesalahannya.'Ya Allah, aku telah membuat istriku menangis kembali.' Dalam diam Baskoro merutuki dirinya. Pria itu sudah tak berani meminta maaf. Dia sadar kesalahannya kali ini terlalu besar.Baskoro meraup wajahnya dengan kasar.Menarik napas berat. "Alasan apa yang akan, Ayang, berikan pada ibu dan bapak?" Haya menghela napas."Aku ingin mengurus toko. Kangen rumah. Mungkin itu alasan yang tepat." Haya menjawab tanpa menoleh. Tatapannya lurus ke depan."Aku tidak mengizinkan!" kata Baskoro, tegas. Lelaki itu menggeser duduknya. Menapakkan kakinya pada ubin."Aku tidak bisa terus di sini, Mas. Kita tidak bisa memaksakan diri untuk selalu bersa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita yang Kau Sakiti    Lebih Baik Kita Akhiri

    Aku tersenyum saat melihat Haya sudah sadarkan diri. Akan tetapi sepertinya sedang merasakan sakit yang hebat. Dia meringis sambil memegangi kepalanya."Sakit sekali, Mbak?" Arini memijat kepala Hayana. Akan tetapi tangan itu segera disingkirkan oleh istriku.Haya menyandar pada kepala ranjang. Sudah tak meringis lagi. Aku duduk di sampingnya. "Sayang. Alhamdulillah sudah siuman. Kepalanya sakit? Yuk, kita ke rumah sakit! Kamu harus diperiksa," kataku setelah duduk di sampingnya. Kupijit kepalanya lembut. Istriku membuang muka saat kutatap. Ia memandang Govind yang sudah tidak menangis lagi, kemudian memindai Arini yang berdiri tak jauh dari kami. Alih-alih menjawab pertanyaanku."Rin, kok kamu ada di sini?" tanyanya dengan suara pelan. Ciri khas orang sakit.Tatapan tak suka dia layangkan pada Arini. Kenapa tiba-tiba istriku membenci sahabatnya? Sungguh aneh!"Iya, Mbak. Tadi Pak Bas yang meminta aku datang ke sini. Katanya Mbak pingsan." Arini masih mengulas senyum. Sepertinya di

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ending

    "Diana. Tolong cari ke dalam atau belakang!" Hai ... lancang sekali manusia satu itu. "Anda siapa? Berani menggeledah rumah orang? Mau saya laporkan polisi?" Diana tidak mengindahkan ancaman suamiku. Begitu pun dengan Bu Sastra yang terlihat meremehkan Mas Bas.Aku tersenyum kecil saat melihat Diana hendak berjalan ke arah dalam. Kamu jual aku borong! Lihat apa yang akan aku lakukan"Diana. Bukankah kamu itu seorang guru?" tanyaku sinis. Sengaja untuk memancingnya. Setidaknya aku berusaha menggagalkan rencananya untuk masuk kedalam belakang.Diana menghentikan langkahnya. Menatap aku dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada."Iya, aku seorang pendidik. Makanya percayakan anakmu padaku. Jangankan mendidik anak tiri, mendidik anak orang saja aku tidak keberatan," jawabnya dengan pongah. Jelas sanggup karena waktumu bersama mereka tidak banyak, belum lagi kamu itu dibayar. Kerja!Aku tersenyum kecil mendengarnya. Begitu pun dengan mas Bas."Benar itu, Haya. Govind lebih pantas di

  • Wanita yang Kau Sakiti    Kedatangan Arik

    "Bukankah itu Arik, Sayang? Dia tahu rumah kita dari mana?" tanya suamiku sambil menunggu gerbang dibuka oleh mbok Tum. "Aku juga tidak tahu, Mas." "Sejak kapan berdiri di situ?" gumam mas Bas. Aku mengangkat bahu. Siapa orang yang telah membocorkan alamat kami pada Arik? "Haya. Apa kabar?" sapa Arik setelah kami turun dari mobil. "Seperti yang kamu lihat. Tidak hanya baik, sekarang aku sangat-sangat bahagia." Sengaja aku tekankan kata bahagia. Memang, kenyataan sekarang aku bahagia setelah melewati masa-masa sulit dalam pernikahan kedua ini. Limpahan kasih sayang dan cinta dari suami membuatku hari-hari lebih indah. "Ternyata anak kita sudah besar, ya. Boleh aku menggendongnya?" Arik sudah mengulurkan tangannya hendak menggendong. Namun, aku mengabaikannya. Memangnya dia siapa?"Percaya diri sekali kamu! Memangnya kamu punya anak? Ini anakku dengan Mas Baskoro. Bukankah kamu tidak mempunyai anak denganku?" tukasku, lantang. Seandainya saja waktu itu mulutnya tidak mengeluarka

  • Wanita yang Kau Sakiti    Pemecatan Arini

    Mas Baskoro tak melepaskan pandangannya ke Arini. Apa yang ada dalam pikiran suamiku?"Aduh. Tolong aku, Pak. Mbak Haya tiba-tiba melemparkan gelas ke arahku?" Arini memasang muka sedih. "Kenapa kamu tega melakukan semua ini, Mbak?"Rabb. Tolong lindungi hamba dari fitnah Arini. "Kamu kenapa, Rin?" tanya Mas Bas dengan wajah datar. Tidak terpancing sama sekali dengan kelakuan Arini."Pak, tolong. Aku takut. Mbak Haya pasti ingin mencelakai anak kita." "Anak kita?" tanyaku dan suami secara bersamaan.Arini mengangguk wajahnya terlihat puas."Aku lupa belum memberitahumu, Mbak, Pak." Arini segera membuka tas dan mengambil tes pack."Lihat! Inilah alasan aku ingin menjadi madumu, Mbak. Suamimu telah menodai aku ketika menginap di konveksi waktu itu!" Dadaku bergemuruh hebat. Bukan karena aku percaya dengan alat itu, tapi marah dengan kelakuan Arini. Dia tega melakukan apa pun demi mendapatkan incarannya. Aku percaya itu bukan benih suamiku. Namun, tidak mungkin Arini nekat mengatak

  • Wanita yang Kau Sakiti    Izinkan Aku Menjadi Madumu

    POV HayanaAku mematung beberapa saat di ambang pintu. Aku kaget saat melihat siapa yang datang. Ada keperluan apa dia datang ke rumah ini? Kenapa Mbok Tum bilang tidak tahu siapa yang datang? Bukankah wanita ini pernah datang kemari saat diminta untuk menolong Mas Bas waktu itu? Aku semakin dibuat kaget saat menatap wajah Arini. Mengapa dandanannya kini seperti ondel-ondel? Sangat berlebihan. Pipinya dipoles blush on hingga memerah seperti habis ditonjok istri sah. Bibirnya pun diberi warna teramat mencolok seperti habis makan darah. Bulu matanya dipasang anti topan. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah drastis begini. Aku seperti tak mengenali pribadi Arini lagi. Tidak bertemu beberapa hari mengapa dia menjadi seperti ini? Biasanya dia selalu tampil dengan polesan sederhana sehingga cantiknya alami. Apa yang membuatnya berubah? Aku sengaja menjaga jarak dengannya setelah kejadian itu. Hati ini semakin tidak ingin mengenalnya kembali.Ini pertama kalinya Arini datang ke ru

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membakar Kenangan Masa Lalu

    "Ini untuk yang —""Bu, Pak, maaf saya mengganggu. Nak Govind sudah bangun dan menangis." Baskoro tersenyum saat melihat Mbok Tum menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Sebelah tangan perempuan berumur itu membopong balita yang sedang mencari ibunya."Nggak papa, Mbok. Kami sudah selesai, kok." Baskoro menjawab dengan santainya. Lelaki itu merasa terselamatkan dari pertanyaan istri yang menurutnya adalah sebuah jebakan."Aku masuk dulu, ya, Mas." Haya menarik kursi kemudian bangkit meninggalkan suaminya. Lelaki yang mengenakan tuxedo hitam itu mengangguk. Dia merasa lega saat ini."Mas juga mau ke ruang kerja, ya?" Kini Basko meminta izin pada istrinya. Haya pun membalas dengan anggukan."Gantengnya bunda sudah bangun rupanya. Maaf, ya, tadi ditinggal sama bunda." Istrinya Baskoro menciumi anak yang sudah berada dalam gendongannya.Haya telah mengambil Govind dari tangan Mbok Tum. Anak lelaki itu dibawanya ke kamar."Mbok, tolong bereskan ini, ya." Baskoro pun segera menyusul

  • Wanita yang Kau Sakiti    Hadiah Bertubi-tubi

    Istriku menatap kotak kado itu dengan raut penuh keheranan. "Aku kan sedang tidak ulang tahun. Kenapa dikasih hadiah segala?" tanyanya polos. Namun, sorot matanya berbinar."Memberikan hadiah tidak harus menunggu ulang tahun, Sayang." "Mbok, tolong Govind bawa sini!" Perempuan yang telah bekerja di keluarga Eyang itu segera memberikan bayi yang umurnya kurang dari satu tahun ini.Aku mencium pipinya sembari menjatuhkan bobot tubuh di samping perempuanku. Aku tidak tahu bagaimana pernikahan Haya yang terdahulu. Toh, aku memang tidak ingin tahu masa lalunya. Akan tetapi, mudah untuk ditebak bahwa, suaminya jarang memberikan hadiah. Istriku memang aneh malah memasang wajah bingung, setelah menerima hadiah. Tangannya seolah sedang menimbang berat kotak tersebut. Aku mengulas senyum melihat tingkahnya. Kenapa tidak langsung dibuka? "Nak, Bunda aneh, ya, mendapatkan hadiah malah seperti orang yang bengong." Aku mengajak ngobrol Govind yang ada dalam pangkuan.Haya hanya mencebik."

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membebaskan Hayana

    "Hentikan. Aku akan mengabulkan permintaanmu, Andini!" Aku sengaja mengucapkan itu. Aku tak mau orang suruhan Andini memberikan minuman beracun itu pada istriku."Serius kamu, Mas?" Aku mengangguk walaupun hati menolaknya. Maafkan aku harus berbohong padamu, Andini. Hanya ini jalan yang ada di kepalaku. Aku pun melemparkan pandangan pada istriku yang membuang muka. Pasti dia menyangka ini sungguhan. Aku yakin dia merasa sangat sakit hati. 'Ini hanya strategi saja, Sayang. Jangan marah. Aku hanya tak mau kehilanganmu.' Seandainya dia bisa bahasa telepati pasti Haya mengerti apa yang aku ucapkan dalam hati. Benarkah aku menuruti kemauan Andini untuk menceraikan Haya? Tentu tidak. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu, yang dapat merusak kebahagiaan kami. Ini hanya salah satu caraku dalam mengulur waktu.Aku memang turun dari mobil seorang diri, sesuai permintaan Andini. Agar datang tanpa membawa teman. Aku tidak sekonyol itu yang benar-benar menuruti kemauannya.Aku harus terli

  • Wanita yang Kau Sakiti    Haya Diculik

    "Sayang kok kamu seperti sedang tidak tenang. Ada apa, Sayang?" Aku mulai khawatir dengan istri dan anakku. Sepertinya dia sedang tertekan."Po — pokoknya harus pulang sekarang!" Haya bersuara sangat ketakutan.Aku segera memutar arah. Kembali pulang ke rumah. Takziah bisa aku lakukan besok-besok. Aku harus segera pulang. Memastikan keselamatan istriku.Di saat aku ingin buru-buru sampai rumah, jalan menjadi macet. Padahal tadi berangkat masih lengang. Di depanku, kendaraan sudah mengular.Aku segera melakukan panggilan untuk istri. Aktif, tapi tidak diangkat. Angkat dong Sayang, batinku.Pikiranku sudah mulai nggak karuan. Aku pun sebentar-sebentar melirik arloji yang melingkari tangan. Sudah sepuluh menit berlalu. Namun, belum ada tanda-tanda mobil di depanku mau jalan. Bakal lama ini.Ya Allah, lindungilah istri dan anak hamba. Saat ini aku hanya bisa berdoa untuk keselamatan mereka. Dering ponsel kembali menggema semoga panggilan dari Haya. Aku segera mengambil benda tersebut

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ada Apa dengan Istriku?

    Aku mengambil bungkusan kado yang dihiasi pita. Jiwa kepoku sudah mendominasi sehingga ingin membukanya. Aku segera duduk di kursi kayu yang berada di teras. Tangan ini mulai membuka bungkus tersebut. Ternyata buat Govind. Ada sepasang sepatu, kemeja, topi serta celana yang semua bermerek. Ini adalah barang untuk ekspor. Dulu saya biasa mengirimnya ke beberapa negara — waktu masih menjadi manejer.Bagi sebagian masyarakat akan sayang membeli barang ini. Harganya tidak murah. Kualitas pakaian pun memang tidak diragukan lagi. Hanya orang-orang berkantong tebal yang sanggup membeli ini. Namun, siapa?Aku segera masuk menemui istri yang sedang sibuk di dapur. Barangkali dia tahu siapa pengirimnya? "Sayang. Ini ada yang mengirim kado buat Govind, tapi nggak tahu dari siapa?"Haya menghentikan aktivitasnya. Menatapku penuh keheranan."Kado? Sepagi ini sudah ada yang mengirimkan kado? Mas, nggak tanya dari siapa?"Haya menatap jam yang ditempelkan pada dinding dapur. Masih pukul enam pagi.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status