Home / Romansa / Salah Jodoh / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Salah Jodoh: Chapter 21 - Chapter 30

100 Chapters

21 – Perang Dingin

“Fleesia, apa kau beltengkal dengan Allen?” tanya Lily ketika mereka makan siang, siang menjelang sore itu. Karena tidur Lily tadi sangat lelap, Freesia tak ingin membangunkan Lily meski sudah tiba waktu makan siang. Allen sendiri sepertinya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, siang itu mereka makan siang terlambat. “Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Freesia dengan nada suara tenang. “Kalena Allen tidak ada ketika aku bangun dan dia tidak makan siang belsama kita,” jawab Lily. Freesia tersenyum kecil pada Lily. “Itu hanya perasaanmu saja. Allen sibuk dengan pekerjaannya. Ketika kita kemari tadi, kudengar dia ada di ruang kerjanya,” beber Freesia. Setidaknya, Freesia tidak berbohong tentang itu. “Oh …” Lily manggut-manggut. “Tapi, apa Allen sudah makan siang?” tanyanya. Freesia menggeleng. “Aku tidak tahu jika tentang itu,” jawabnya. Kali ini pun, Freesia tidak berbohong. Namun kemudian, menjawab pertanyaan Lily itu, sosok Allen muncul di ruang makan. “Allen!” seru Li
Read more

22 – Permainan Berbahaya

“Kau yakin tidak apa-apa kita bermain di sini?” tanya Freesia ketika Lily mengajak Freesia pergi ke arah hutan sambil mengendap-endap dari orang-orang Allen. Freesia tak tahu berapa kali Lily melakukan hal seperti ini, tapi dia begitu ahli mengalihkan perhatian orang-orang Allen ke tempat lain, dan kabur ke arah lain. Sungguh, anak ini sangat cerdas hingga rasanya mengurungnya di rumah ini benar-benar sangat disayangkan. Lily seperti burung yang terkurung di sangkar ketika dia seharusnya terbang bebas dan bisa pergi ke mana saja dan melakukan apa saja. Freesia mengernyit membayangkan masa depan Lily yang mungkin akan seperti hidup Freesia sekarang. Freesia lantas menahan tangan Lily ketika mereka masih tak jauh dari tepi hutan. Lily menoleh pada Freesia, lalu celingukan memeriksa sekitar. Gadis kecil itu lantas menarik tangan Freesia dan membawa Freesia bergeser ke balik pohon di sebelah mereka, seolah membawa Freesia bersembunyi di sana. “Kenapa?” tanya Lily. “Apa kau capek, Flee
Read more

23 – Saved

“Fleesia,” panggil Lily. Freesia yang masih berjongkok di depan Lily menatap gadis itu. Gadis kecil itu menunjuk ke satu titik di depan sana. “Aku tahu, di sana tidak ada olang, jadi kita bisa belmain di sana. Bagaimana jika kita belmain petak umpet?” ajak Lily. Freesia tersenyum. “Baiklah. Tapi, kau yang jaga, ya?” pinta Freesia. “Kenapa aku?” protes Lily. Karena Freesia tak tahu apa yang ada di sana. Alasan tidak ada orang yang berjaga di sana, pasti ada, kan? Siapa yang tahu jika ada binatang buas di sana? Freesia tidak akan mengambil resiko dengan mengirim Lily ke sana tanpa mengecek keamanannya lebih dulu. “Karena aku benar-benar ingin bersembunyi lebih dulu,” balas Freesia. “Hm … baiklah,” Lily mengalah. “Kau boleh belsembunyi lebih dulu.” Freesia tersenyum. “Terima kasih.” “Baiklah. Ayo kita mendekat ke sana. Aku akan beljaga di dekat sana, lalu kau bisa belsembunyi di …” “Tidak,” tolak Freesia. “Kau berjaga di sini saja.” “Kenapa?” tanya Lily kecewa. Freesia tidak
Read more

24 – Sandra

Allen mendekat pada Freesia dan memeriksa tangan dan kaki gadis itu yang tidak tertutup pakaian. Tidak ada luka. Lehernya juga sepertinya tidak terluka. Namun, begitu Freesia tersadar dari shock-nya, dia langsung berteriak marah pada Allen,“Apa yang kau lakukan?! Tidakkah ini terlalu berlebihan?!”Allen menghela napas. Ia tahu ini akan merepotkan.“Aku yang seharusnya bertanya,” balas Allen. “Apa yang kau lakukan? Apa kau bahkan tahu betapa berbahayanya tempat ini?”“Aku sudah menduga, ada sesuatu di sini,” dengus Freesia kasar. “Apa yang kau sembunyikan di sini? Binatang buas?”Allen mendengus tak percaya. Apa yang harus ia lakukan dengan gadis ini? Dia terus saja menyulut emosi Allen, tapi Allen tak bisa membiarkannya mati dengan mudah.“Binatang buas?” sebut Allen. “Setidaknya kau punya kesempatan untuk melawan. Tapi, apa yang akan kau lakukan dengan ini?” Allen mengangkat tangannya yang terluka. Freesia terbelalak kaget ketika melihat luka gores yang cukup dalam di lengan Allen
Read more

25 – Tipuan  

Tidak salah Allen memasang strategi ini. Allen tahu, orang itu akan panik dan menggunakan segala cara untuk melindungi dirinya begitu dia terkepung. Karena itu, Allen tadi membawa Lily pergi dulu ke tempat aman sebelum kembali kemari, untuk mencegah orang itu menggunakan Lily. Dan tentu saja, untuk menjalankan perannya seperti yang sudah dia rencanakan. Allen memperhatikan bibir pria itu bergerak, menandakan jika dia berbicara pelan pada Freesia. Entah apa yang ia katakan pada gadis itu. Mungkin, rencananya untuk membawa Freesia pergi dari sana dengan Freesia menjadi sanderanya. Namun, rencana seperti itu tidak akan berhasil. Freesia mungkin adalah gadis polos yang mudah ditipu dan mudah percaya pada orang. Namun, gadis itu tidak akan percaya pada orang yang membahayakan nyawanya. Dan itulah alasan gadis itu memercayai Allen. Karena Allen tidak pernah mengancam nyawanya. Setidaknya, untuk saat ini. Gadis itu mungkin adalah kelinci. Namun, dia tidak takut berteman dengan serigala se
Read more

26 – Topeng

Allen tersenyum geli ketika mendapati kepala Freesia yang terkulai jatuh ke bahunya setelah gadis itu hilang kesadaran. “Kau benar-benar keras kepala,” gumam Allen pelan. Allen menatap wajah Freesia lekat. Ia penasaran, apa yang dikatakan orang yang menyanderanya tadi padanya? Well, apa pun itu, selama kepercayaan Freesia ada padanya, itu tidak penting. Dan untuk semakin mendapatkan kepercayaan gadis itu, Allen harus membuat gadis itu percaya jika neneknya adalah musuhnya sendiri. Karena sudah ada banyak bukti, itu tidak akan sulit. Allen bahkan berencana membiarkan gadis itu menghubungi dan bicara langsung dengan neneknya. Namun untuk itu, Allen harus meyakinkan gadis itu bahwa Allenlah yang benar-benar ada di pihaknya. Ketika Allen tiba di rumah dengan menggendong Freesia, orang yang paling heboh, tentu saja adalah Lily. “Allen, Fleesia kenapa? Apa dia teltidul ketika belsembunyi?” tanya Lily. Allen mengangguk. “Dia sudah bersembunyi terlalu lama dan kau tidak juga menemukann
Read more

27 – Promises

Freesia tak tahu ia pingsan cukup lama. Ia baru bangun menjelang tengah malam. Dan tak lama setelah Freesia bangun, Lily sudah tidur karena mengantuk menunggui Freesia bangun hingga selarut itu.“Kau akan membiarkan dia tidur di sini, kan?” tanya Freesia pada Allen sembari merapikan selimut yang menutupi tubuh kecil Lily.“Kau akan membiarkannya meski itu akan membuatku berkali-kali datang ke kamar ini untuk mengeceknya?” balas Allen.Freesia menghela napas. “Setelah aku tahu alasanmu, mana bisa aku melarangmu?”“Aku tak tahu kau sepengertian itu,” dengus Allen geli.“Haruskah kau meledekku untuk segala hal?” kesal Freesia.“Kau saja yang terlalu sensitif,” tepis Allen. “Tapi, apa kau baik-baik saja? Tidak pusing atau mual?”Freesia kemudian teringat sesuatu. “Mendekatlah kemari,” pintanya pada Allen yang berdiri tak jauh dari tempat tidur.“Kenapa? Kau butuh bantuan untuk melakukan sesuatu?” tanya Allen sembari mendekat. “Kau mau aku mengangkatmu berbaring atau ...”Kalimat Allen ter
Read more

28 – You Saved Me, Again

“Aku pun bisa menjanjikan satu hal padamu,” Allen berkata. “Aku tidak akan pernah mengusirmu dari rumah ini.” Ketika mendengar Allen mengucapkan kata-kata itu, Freesia menahan napas selama beberapa detik karena merasakan denyut keras jantungnya yang diikuti degupan kencang. Freesia berdehem pelan untuk meredakan degupan kencang jantungnya. “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok,” balas Freesia. Dan, tidak ada yang tahu kapan Allen akan berubah pikiran dan membunuh Freesia seperti dia membunuh orang yang menyandera Freesia itu. Namun, entah kenapa … Freesia tak sedikit pun merasa takut akan itu. “Apa yang kau lakukan padaku sebenarnya?” gumam Freesia pelan tanpa sadar. “Apa?” Allen bertanya dengan kening berkerut. “Ha? Apa?” balas Freesia, kelabakan. “Kau barusan bilang sesuatu?” tanya pria itu lagi. Freesia menggeleng. “Hanya … aku masih tak percaya nenekku mengirim orang itu padaku. Itu pun, dia adalah orang Bramasta,” ucapnya, mengalihkan topik. “Dan jika dia meman
Read more

29 – Tamu Undangan Lily

“Kau selius, Allen?” Wajah Lily tampak sumringah dan matanya berbinar-binar. Allen mengangguk. Freesia memperhatikan ekspresi Lily lekat. “Kau sesenang itu?” tanya Freesia. “Tentu saja!” seru Lily penuh semangat. “Aku akan belmain dengan banyak teman-teman.” “Tapi, sebagai gantinya, kau harus berjanji jika kau tidak akan kabur dari pengawalmu dan mengendap-endap sendiri ke mana pun di rumah ini, maupun di luar rumah ini.” Lily menoleh pada Freesia, seolah menanyakan pendapat Freesia. Freesia kontan mengangguk cepat. Seharusnya Allen melakukan ini lebih cepat. “Baiklah,” Lily akhirnya menjawab Allen dan mengulurkan jari kelingkingnya. Freesia menjadi saksi ketika jari kelingking kecil itu bertaut dengan jari kelingking Allen. “Tapi, bagaimana kau akan membawa teman-teman untuk Lily kemari?” tanya Freesia penasaran. “Apa kau membayar aktor kecil atau apa?” Allen mendengus pelan dan mengetuk kening Freesia dengan punggung jari telunjuknya. “Jangan samakan aku denganmu,” balas pr
Read more

30 – Salah Paham

“Kau ingin aku bertarung di sini dengannya atau apa?” sengit Freesia sembari menyipitkan mata kesal pada Allen. Allen menatap gadis itu dan tak bisa menahan senyum gelinya. “Kenapa? Kau ingin bertarung dengannya karena dia meninggalkan Lily?” Freesia mendesis kesal. “Aku serius!” bentak gadis itu. “Aku juga serius,” sahut Allen. “Jika kau akan melakukannya, aku akan mendukungmu.” Freesia menggeram kesal dan sudah akan pergi, tapi Allen menahan tangan gadis itu. “Tak bisakah kau mengakhiri salah pahammu dan berhenti marah padaku?” tanya Allen. Freesia menoleh pada Allen. “Apa?” “Anak-anak ini, seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka dari panti asuhan Alia,” Allen berkata. “Dan tentu saja, Alia akan membunuhku lebih dulu jika aku melakukan apa yang kau tuduhkan padaku.” Freesia mengerjap. “Jadi, kau … saat itu, kau …” “Aku tidak serius,” Allen berkata. “Karena kau dengan mudahnya menawari kerjasama semacam itu, aku hanya …” Kalimat Allen tak selesai karena Freesia tiba-tiba m
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status