Beranda / Romansa / Salah Jodoh / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Salah Jodoh: Bab 11 - Bab 20

100 Bab

11 – Here Comes the Groom

“Kau benar-benar tidak akan ikut berlatih?” tanya Val setelah dia membangungkan paksa Allen yang melanjutkan tidur di kamar Freesia tadi. “Latihan apa?” tanya Allen. “Latihan menikah,” jawab Val. “Apa?” Allen tidak salah dengar, kan? “Putrimu berkeras untuk melakukan latihan upacara pernikahan atau semacamnya dengan calon ibu tirinya,” urai Val. “Dan kudengar, mereka sedang sibuk mencari pengganti untuk mempelai prianya.” Allen mendengus tak percaya. Lihat ke mana kekacauan gadis itu membawanya. “Apa kau benar-benar akan menikah dengannya?” tanya Val, dengan nada serius kali ini. “Seolah itu mungkin,” dengus Allen. “Kau tahu hubungan keluarga kami.” “Tapi, Lily …” “Gadis itu akan tinggal di sini hanya sampai Lily bosan,” tukas Allen. “Dia bisa sekalian mengajarkan beberapa hal berguna pada Lily.” “Jangan mengentengkan masalah ini,” sengit Val. “Kau lihat sendiri bagaimana reaksi Lily kemarin.” Allen mengernyit. “Itu hanya karena dia merasa dekat. Itu tidak akan bertahan lam
Baca selengkapnya

12 – Have a Good Rest

Allen tak tahu bagaimana Freesia bisa mengikuti jadwal bersenang-senang Lily yang seolah tak ada habisnya itu. Setelah mereka masuk tadi, Allen memerintahkan ada pesta dadakan dan berbagai makanan disiapkan. Ada kue, es krim, dan camilan kesukaan Lily. Dan dua orang yang paling menikmati pesta itu adalah Lily dan Freesia. Lily, bisa dimaklumi, tapi Freesia? Apa yang gadis itu pikirkan? Namun, mengingat alasan gadis itu kabur dari neneknya demi mengejar kebebasan, seharusnya Allen tak bertanya. Bukankah sudah jelas kenapa dia berekasi sama persis seperti Lily? Itu adalah kehidupan yang dia inginkan. Sejak dia berada di bawah pengasuhan neneknya, dia hanya boleh berteman dengan orang-orang yang dipilih neneknya. Mulai dari A hingga Z, hidupnya diatur oleh neneknya. Meski, Allen tak bisa menyalahkan wanita tua itu. Tentu saja dia ketakutan setelah kehilangan orang tua Freesia. Itu adalah kecelakaan yang mengerikan dan Freesia bahkan menjadi korban juga dalam kecelakaan itu. Meski kab
Baca selengkapnya

13 – Bersantai

Sore itu, Allen mendapat laporan jika orang yang harus dihukumnya berulah di penjara basemen. Sepertinya, Allen terlalu lama menunda hukumannya hingga dia tak sabar untuk dihukum. Apa boleh buat? Allen mendadak mendapat kejutan kecil di pelukannya. Dan kejutan kecil itu … di mana dia sekarang? Sore Allen yang begitu tenang itu pasti karena Lily sedang bersama gadis itu. Ketika Allen keluar dari kamarnya, pengawal kepercayaannya, Sean, sudah ada di sana. Setelah dia menangkap target yang seharusnya dibunuh Allen di malam dia bertemu dengan Freesia itu, Allen menugaskannya untuk mengawasi gerak-gerik nenek Freesia. “Ada pergerakan?” tanya Allen. “Mereka masih belum bisa melacak kita,” jawab Sean. “Dan saya sudah mengirim orang untuk mengurus teman gadis itu yang tahu posisi gadis itu.” Allen mendengus pelan. Karena malam itu Allen keluar untuk membunuh, tentu dia membawa kendaraan yang tidak akan bisa dilacak dengan mudah. Dia juga melewati banyak jalur tanpa kamera CCTV. Menemuka
Baca selengkapnya

14 – Hukuman

Setelah berjalan sekitar setengah kilometer di hutan itu, Allen tiba di gudang senjatanya yang dijaga ketat oleh puluhan orangnya. Memasuki gudang itu, ada kontainer-kontainer berjejer di sana. Namun, apa yang ada di kontainer-kontainer itu adalah senjata yang dimiliki Allen secara legal. Hanya yang ada di dalam kontainer itu saja, tidak termasuk yang ada di bawahnya. Allen mendekat ke salah satu kontainer yang dijaga empat orang. Bukan pengawalan ketat. Hanya ada dua tempat yang bisa menjadi lokasi yang menimbulkan situasi berbahaya. Di luar gudang, dan di bawah tanah. Terutama yang ada di bawah tanah. Jika ada orang luar yang masuk ke sana, tidak ada yang bisa keluar dalam keadaan hidup. Begitulah aturannya. Ah, orang luar itu termasuk para pengkhianat. Seperti yang akan ditemui Allen sekarang. Allen masuk ke kontainer itu dan salah satu orangnya membukakan pintu menuju basemen bawah tanah. Allen menuruni tangga yang ujungnya hanya menunjukkan kegelapan itu. Melewati kegelapan
Baca selengkapnya

15 – Scar

Freesia berhenti membacakan buku dongeng di tangannya untuk mengecek jika Lily sudah tidur di sebelahnya. Freesia mengembuskan napas pelan, lega, karena gadis kecil itu akhirnya tidur juga. Freesia menarik selimut untuk menutupi tubuh Lily. Lalu, dia juga membenahi posisi berbaringnya yang tengkuknya bersandar bantal tinggi, hendak tidur juga.Namun, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, tanpa ketukan. Allen yang merupakan pelakunya menatap Freesia selama dua detik, sebelum mengalihkan tatap pada Lily. Jadi, dia sadar jika masuk ke kamar tidur seorang perempuan tanpa mengetuk itu adalah tindakan tidak sopan.Meski begitu, ketika pria itu berdiri di samping tempat tidur, Freesia langsung menyinggung,“Tidakkah kau merasa malu masuk ke kamar seorang gadis seenaknya, tanpa seizinnya?”Allen menghela napas. “Tentu saja kau tidak akan melewatkan hal seperti itu untuk menyerangku,” balas Allen.“Karena itukah kau memerlukan orang lain untuk mengajarkan manner pada putrimu?” Freesia melanjutkan
Baca selengkapnya

16 – Kotak Pandora

“Kau masih belum membunuhnya juga?” Pertanyaan itu menyambut Allen ketika ia keluar dari kamar Freesia. Hanya ada tiga orang di sana, selain Allen dan Sean, ada Val. Orang yang barusan melemparkan pertanyaan itu pada Allen. “Atau, kau benar-benar berencana membuat gadis itu menjadi ibu tiri Lily?” Val tidak berhenti. Allen menatap Val tajam. “Kau hanya punya dua pilihan itu, Allen. Dan lebih baik kau segera memutuskan,” lanjut Val. “Dan kenapa aku harus mendengarkan kata-katamu?” sinis Allen. “Karena kau mulai melanggar aturanmu sendiri karena gadis itu,” sebut Val. Allen mendengus kasar. “Dan apa yang kau pikirkan? Kau pikir, aku melakukan itu untuknya? Karena aku merasa simpati padanya?” “Lalu, kau melakukan itu untuk siapa?” tantang Val. “Kau tidak akan berkata seperti itu jika tahu apa yang dikatakan gadis itu di sana tadi,” tandas Allen. Val mengerutkan kening. “Dia bilang, dia tidak akan percaya pada siapa pun selain aku di rumah ini,” ucap Allen. “Dan kau percaya pa
Baca selengkapnya

17 – Be My Mom

Freesia tak perlu membuka mata untuk tahu siapa yang menciumi wajahnya tanpa henti ini. Ia berusaha menahan senyum ketika mendengar suara Lily kemudian, “Dia tidak bangun juga meski sudah kucium.” Omong-omong, sepertinya Lily bicara dengan seseorang. Siapa …? “Allen, coba kau yang menciumnya. Dia pasti akan langsung bangun jika dicium pangelan,” ucap Lily kemudian. Hell, no! Freesia seketika membuka mata lebar dan menatap Allen yang berdiri di samping tempat tidur itu dengan horor. “Wah, dia sudah bangun!” seru Lily senang. “Yeah, aku sudah bangun. Dan aku bisa bangun tanpa ciuman pangeran,” Freesia memberitahu Lily. “Aku alergi ciuman pangeran.” “Benalkah?” kaget Lily. “Ya,” tandas Freesia. Allen mendengus pelan, meledek. “Tapi, ketika kau tenggelam di kolam lenang, kau bangun kalena dicium Allen,” beber Lily. Freesia mengerjap kaget. “Apa?” Ia seketika beranjak duduk. “Ayolah, itu bahkan tidak bisa disebut ciuman, mengingat bagaimana ciuman pertama kita,” celetuk Allen.
Baca selengkapnya

18 – Cute Terrors

“Fleesia, kau sudah mau jadi ibu tiliku?” tanya Lily di tengah sarapan mereka. Freesia sampai tersedak potongan sosis yang dimakannya. Bukan apa-apa, itu adalah pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya sejak mereka bertemu setelah mandi tadi. Pertama, ketika Lily menjemput Freesia ke kamarnya untuk sarapan. Kedua, ketika mereka baru saja duduk di ruang makan, dan gadis itu duduk sendiri di antara Freesia dan Allen. Dan yang ketiga, yang baru saja terjadi. “Apa kau telsedak kalena kau ingin bulu-bulu menjawab mau?” tanya Lily penuh semangat. Oh, betapa positifnya pikiran gadis kecil ini. Sangat jauh berbeda dengan ayahnya. “Lily, hentikan,” tegur Allen sembari mendekatkan gelas berisi air minum ke arah Freesia. “Jika dia mati karena tersedak, dia tidak akan menjadi ibu tirimu.” Lihat cara pria itu bicara. Seenaknya saja dia menyumpahi Freesia mati tersedak. “Fleesia, jangan mati,” Lily merengek. “Aku tidak akan mengajakmu bicala sampai kau selesai makan.” Freesia segera menegu
Baca selengkapnya

19 – Interview

Freesia berusaha untuk tidak gugup ketika mereka bertiga ada di ruang keluarga, duduk berhadapan membentuk pola segitiga di karpet ruangan itu. Tentu saja Freesia harus berterima kasih pada dirinya sendiri untuk situasi ini. Karena dia sendirilah yang membawanya pada situasi ini. Memang, Freesia ingin tahu lebih banyak tentang Allen dan Lily, tapi bukan berarti dia ingin tahu karena dia ingin menikah dengan Allen dan menjadi ibu tiri Lily. Ketika Freesia memberikan alasan itu untuk menolak Lily tadi, ia hanya menyebutkan apa yang ada di kepalanya, tanpa memikirkan resikonya. Tentu saja ia tak memikirkan resiko bahwa Allen akan setuju dengan itu. Dan begitulah, mereka bertiga akhirnya berada di ruang keluarga untuk melakukan sesi wawancara untuk satu sama lain dalam proses untuk mengenal lebih banyak tentang satu sama lain. “Aku akan mulai lebih dulu,” cetus Lily dengan riang. “Namaku Lily Woodz. Aku belumul tiga tahun dan sebental lagi, aku akan naik umul.” “Naik umur?” tanya Free
Baca selengkapnya

20 – The Mafia

Apa kata Allen barusan? Izin membunuh? “Ti-tidak. Maksudku bukan pekerjaan seperti itu,” jelas Freesia buru-buru. Allen mendengus pelan. “Lalu, izin seperti apa?” Astaga, apa yang Freesia pikirkan? Apa dia barusan menawarkan kerjasama dengan mafia? Neneknya pasti akan membunuhnya. “Ma-maksudku, izin seperti … menjual obat terlarang,” sebut Freesia. “Kau tahu, meski di negara ini dilarang, tapi ada negara-negara yang memperjual belikan beberapa obat terlarang itu dengan bebas. Perusahaanku punya banyak cabang di luar negeri, jadi perusahaanku pasti membantumu tentang itu.” Allen tampak berpikir. “Itu terdengar menarik.” Freesia diam-diam mengembuskan napas lega. “Lalu, penawaran apa lagi yang kau miliki?” tanya Allen. “Well, selain obat, ada juga senjata,” sebut Freesia. “Jika bisa bekerja sama dengan perusahaan keamanan atau pihak militer …” “Aku sudah punya izin untuk jual-beli senjata,” jawab Allen. “Oh …” “Lalu? Kau bisa mendapatkan izin untuk jual-beli anak?” tanya Alle
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status