Beranda / Romansa / Salah Jodoh / 14 – Hukuman

Share

14 – Hukuman

Penulis: Ally Jane
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah berjalan sekitar setengah kilometer di hutan itu, Allen tiba di gudang senjatanya yang dijaga ketat oleh puluhan orangnya. Memasuki gudang itu, ada kontainer-kontainer berjejer di sana.

Namun, apa yang ada di kontainer-kontainer itu adalah senjata yang dimiliki Allen secara legal. Hanya yang ada di dalam kontainer itu saja, tidak termasuk yang ada di bawahnya.

Allen mendekat ke salah satu kontainer yang dijaga empat orang. Bukan pengawalan ketat. Hanya ada dua tempat yang bisa menjadi lokasi yang menimbulkan situasi berbahaya. Di luar gudang, dan di bawah tanah. Terutama yang ada di bawah tanah.

Jika ada orang luar yang masuk ke sana, tidak ada yang bisa keluar dalam keadaan hidup. Begitulah aturannya. Ah, orang luar itu termasuk para pengkhianat. Seperti yang akan ditemui Allen sekarang.

Allen masuk ke kontainer itu dan salah satu orangnya membukakan pintu menuju basemen bawah tanah. Allen menuruni tangga yang ujungnya hanya menunjukkan kegelapan itu.

Melewati kegelapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Salah Jodoh   15 – Scar

    Freesia berhenti membacakan buku dongeng di tangannya untuk mengecek jika Lily sudah tidur di sebelahnya. Freesia mengembuskan napas pelan, lega, karena gadis kecil itu akhirnya tidur juga. Freesia menarik selimut untuk menutupi tubuh Lily. Lalu, dia juga membenahi posisi berbaringnya yang tengkuknya bersandar bantal tinggi, hendak tidur juga.Namun, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka, tanpa ketukan. Allen yang merupakan pelakunya menatap Freesia selama dua detik, sebelum mengalihkan tatap pada Lily. Jadi, dia sadar jika masuk ke kamar tidur seorang perempuan tanpa mengetuk itu adalah tindakan tidak sopan.Meski begitu, ketika pria itu berdiri di samping tempat tidur, Freesia langsung menyinggung,“Tidakkah kau merasa malu masuk ke kamar seorang gadis seenaknya, tanpa seizinnya?”Allen menghela napas. “Tentu saja kau tidak akan melewatkan hal seperti itu untuk menyerangku,” balas Allen.“Karena itukah kau memerlukan orang lain untuk mengajarkan manner pada putrimu?” Freesia melanjutkan

  • Salah Jodoh   16 – Kotak Pandora

    “Kau masih belum membunuhnya juga?” Pertanyaan itu menyambut Allen ketika ia keluar dari kamar Freesia. Hanya ada tiga orang di sana, selain Allen dan Sean, ada Val. Orang yang barusan melemparkan pertanyaan itu pada Allen. “Atau, kau benar-benar berencana membuat gadis itu menjadi ibu tiri Lily?” Val tidak berhenti. Allen menatap Val tajam. “Kau hanya punya dua pilihan itu, Allen. Dan lebih baik kau segera memutuskan,” lanjut Val. “Dan kenapa aku harus mendengarkan kata-katamu?” sinis Allen. “Karena kau mulai melanggar aturanmu sendiri karena gadis itu,” sebut Val. Allen mendengus kasar. “Dan apa yang kau pikirkan? Kau pikir, aku melakukan itu untuknya? Karena aku merasa simpati padanya?” “Lalu, kau melakukan itu untuk siapa?” tantang Val. “Kau tidak akan berkata seperti itu jika tahu apa yang dikatakan gadis itu di sana tadi,” tandas Allen. Val mengerutkan kening. “Dia bilang, dia tidak akan percaya pada siapa pun selain aku di rumah ini,” ucap Allen. “Dan kau percaya pa

  • Salah Jodoh   17 – Be My Mom

    Freesia tak perlu membuka mata untuk tahu siapa yang menciumi wajahnya tanpa henti ini. Ia berusaha menahan senyum ketika mendengar suara Lily kemudian, “Dia tidak bangun juga meski sudah kucium.” Omong-omong, sepertinya Lily bicara dengan seseorang. Siapa …? “Allen, coba kau yang menciumnya. Dia pasti akan langsung bangun jika dicium pangelan,” ucap Lily kemudian. Hell, no! Freesia seketika membuka mata lebar dan menatap Allen yang berdiri di samping tempat tidur itu dengan horor. “Wah, dia sudah bangun!” seru Lily senang. “Yeah, aku sudah bangun. Dan aku bisa bangun tanpa ciuman pangeran,” Freesia memberitahu Lily. “Aku alergi ciuman pangeran.” “Benalkah?” kaget Lily. “Ya,” tandas Freesia. Allen mendengus pelan, meledek. “Tapi, ketika kau tenggelam di kolam lenang, kau bangun kalena dicium Allen,” beber Lily. Freesia mengerjap kaget. “Apa?” Ia seketika beranjak duduk. “Ayolah, itu bahkan tidak bisa disebut ciuman, mengingat bagaimana ciuman pertama kita,” celetuk Allen.

  • Salah Jodoh   18 – Cute Terrors

    “Fleesia, kau sudah mau jadi ibu tiliku?” tanya Lily di tengah sarapan mereka. Freesia sampai tersedak potongan sosis yang dimakannya. Bukan apa-apa, itu adalah pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya sejak mereka bertemu setelah mandi tadi. Pertama, ketika Lily menjemput Freesia ke kamarnya untuk sarapan. Kedua, ketika mereka baru saja duduk di ruang makan, dan gadis itu duduk sendiri di antara Freesia dan Allen. Dan yang ketiga, yang baru saja terjadi. “Apa kau telsedak kalena kau ingin bulu-bulu menjawab mau?” tanya Lily penuh semangat. Oh, betapa positifnya pikiran gadis kecil ini. Sangat jauh berbeda dengan ayahnya. “Lily, hentikan,” tegur Allen sembari mendekatkan gelas berisi air minum ke arah Freesia. “Jika dia mati karena tersedak, dia tidak akan menjadi ibu tirimu.” Lihat cara pria itu bicara. Seenaknya saja dia menyumpahi Freesia mati tersedak. “Fleesia, jangan mati,” Lily merengek. “Aku tidak akan mengajakmu bicala sampai kau selesai makan.” Freesia segera menegu

  • Salah Jodoh   19 – Interview

    Freesia berusaha untuk tidak gugup ketika mereka bertiga ada di ruang keluarga, duduk berhadapan membentuk pola segitiga di karpet ruangan itu. Tentu saja Freesia harus berterima kasih pada dirinya sendiri untuk situasi ini. Karena dia sendirilah yang membawanya pada situasi ini. Memang, Freesia ingin tahu lebih banyak tentang Allen dan Lily, tapi bukan berarti dia ingin tahu karena dia ingin menikah dengan Allen dan menjadi ibu tiri Lily. Ketika Freesia memberikan alasan itu untuk menolak Lily tadi, ia hanya menyebutkan apa yang ada di kepalanya, tanpa memikirkan resikonya. Tentu saja ia tak memikirkan resiko bahwa Allen akan setuju dengan itu. Dan begitulah, mereka bertiga akhirnya berada di ruang keluarga untuk melakukan sesi wawancara untuk satu sama lain dalam proses untuk mengenal lebih banyak tentang satu sama lain. “Aku akan mulai lebih dulu,” cetus Lily dengan riang. “Namaku Lily Woodz. Aku belumul tiga tahun dan sebental lagi, aku akan naik umul.” “Naik umur?” tanya Free

  • Salah Jodoh   20 – The Mafia

    Apa kata Allen barusan? Izin membunuh? “Ti-tidak. Maksudku bukan pekerjaan seperti itu,” jelas Freesia buru-buru. Allen mendengus pelan. “Lalu, izin seperti apa?” Astaga, apa yang Freesia pikirkan? Apa dia barusan menawarkan kerjasama dengan mafia? Neneknya pasti akan membunuhnya. “Ma-maksudku, izin seperti … menjual obat terlarang,” sebut Freesia. “Kau tahu, meski di negara ini dilarang, tapi ada negara-negara yang memperjual belikan beberapa obat terlarang itu dengan bebas. Perusahaanku punya banyak cabang di luar negeri, jadi perusahaanku pasti membantumu tentang itu.” Allen tampak berpikir. “Itu terdengar menarik.” Freesia diam-diam mengembuskan napas lega. “Lalu, penawaran apa lagi yang kau miliki?” tanya Allen. “Well, selain obat, ada juga senjata,” sebut Freesia. “Jika bisa bekerja sama dengan perusahaan keamanan atau pihak militer …” “Aku sudah punya izin untuk jual-beli senjata,” jawab Allen. “Oh …” “Lalu? Kau bisa mendapatkan izin untuk jual-beli anak?” tanya Alle

  • Salah Jodoh   21 – Perang Dingin

    “Fleesia, apa kau beltengkal dengan Allen?” tanya Lily ketika mereka makan siang, siang menjelang sore itu. Karena tidur Lily tadi sangat lelap, Freesia tak ingin membangunkan Lily meski sudah tiba waktu makan siang. Allen sendiri sepertinya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi, siang itu mereka makan siang terlambat. “Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Freesia dengan nada suara tenang. “Kalena Allen tidak ada ketika aku bangun dan dia tidak makan siang belsama kita,” jawab Lily. Freesia tersenyum kecil pada Lily. “Itu hanya perasaanmu saja. Allen sibuk dengan pekerjaannya. Ketika kita kemari tadi, kudengar dia ada di ruang kerjanya,” beber Freesia. Setidaknya, Freesia tidak berbohong tentang itu. “Oh …” Lily manggut-manggut. “Tapi, apa Allen sudah makan siang?” tanyanya. Freesia menggeleng. “Aku tidak tahu jika tentang itu,” jawabnya. Kali ini pun, Freesia tidak berbohong. Namun kemudian, menjawab pertanyaan Lily itu, sosok Allen muncul di ruang makan. “Allen!” seru Li

  • Salah Jodoh   22 – Permainan Berbahaya

    “Kau yakin tidak apa-apa kita bermain di sini?” tanya Freesia ketika Lily mengajak Freesia pergi ke arah hutan sambil mengendap-endap dari orang-orang Allen. Freesia tak tahu berapa kali Lily melakukan hal seperti ini, tapi dia begitu ahli mengalihkan perhatian orang-orang Allen ke tempat lain, dan kabur ke arah lain. Sungguh, anak ini sangat cerdas hingga rasanya mengurungnya di rumah ini benar-benar sangat disayangkan. Lily seperti burung yang terkurung di sangkar ketika dia seharusnya terbang bebas dan bisa pergi ke mana saja dan melakukan apa saja. Freesia mengernyit membayangkan masa depan Lily yang mungkin akan seperti hidup Freesia sekarang. Freesia lantas menahan tangan Lily ketika mereka masih tak jauh dari tepi hutan. Lily menoleh pada Freesia, lalu celingukan memeriksa sekitar. Gadis kecil itu lantas menarik tangan Freesia dan membawa Freesia bergeser ke balik pohon di sebelah mereka, seolah membawa Freesia bersembunyi di sana. “Kenapa?” tanya Lily. “Apa kau capek, Flee

Bab terbaru

  • Salah Jodoh   100 – Beautiful Days (End)

    Beberapa minggu kemudian …“Mama!” Lily berlari masuk ke rumah dengan membawa selembar kertas di tangannya.Freesia yang menunggu di ruang tamu seperti biasanya, meski kali ini tanpa Leon yang masih tidur, tersenyum menyambut kepulangan putrinya itu.“Bagaimana sekolahmu tadi, Kakak Lily?” tanya Freesia ketika Lily mencium pipinya.“Mama, lihat ini!” Lily mengangkat selembar kertas yang dibawanya tadi dan Freesia bisa melihat gambar di sana.Freesia ternganga takjub melihat gambar dirinya di sana. Freesia yang duduk di kursi santai di tepi kolam renang rumah Allen. Dan itu adalah gambar Freesia yang sedang tertawa. Dari semua fiture Freesia di gambar itu, ekspresi Freesia tampak begitu jelas. Kebahagiaan yang dirasakan Freesia tergambar dengan baik di sana.“Aku dan Reyn menggambar ini bersama-sama,” Lily berkata.Ah … jadi ini ekspresi yang disukai anak-anak ini dari Freesia? Freesia memeluk Lily.“Terima kasih, Sayang,” ucap Freesia sungguh-sungguh.Lily terkekeh bangga. “Reyn bilan

  • Salah Jodoh   99 – Holiday

    “You’re impressive,” Brand berkomentar sembari mengawasi Lily dan anak-anak panti asuhan Alia bermain di kolam renang dari balkon lantai dua. Ah, ada satu lagi, anak yang menjadi sumber keresahan Allen saat ini. Anak seusia Lily yang bernama Reyn.“Yeah, indeed,” timpal Val. “Aku takjub Freesia masih menerimamu sebagai suaminya.”“Huh! Kalian belum merasakan saja jika kalian punya anak perempuan,” cibir Allen. “Anak itu bahkan sudah berani menggandeng tangan Lily …”“Kudengar, Lily yang menggandeng tangannya dulu. Jangan memutarbalikkan fakta dan membuat anak orang lain menjadi kriminal,” tegur Brand.“Jika Lily menggandeng tangannya lebih dulu, bukankah seharusnya dia melepaskan tangan Lily jika dia memang seorang gentleman?” balas Allen.“Freesia benar,” tukas Val. “Kau tak masuk akal. He’s a baby, Dude! A freaking baby!” Val terdengar frustasi.“Allen, jika kau terus bersikap seperti itu, kau akan merepotkan Freesia.”Brand, Allen, dan Val menoleh ke sumber suara yang berada di pin

  • Salah Jodoh   98 – Guardian Angel

    Sejak dia bangun tadi, Lily tampak sangat bahagia. Tidak, lebih tepatnya, sejak Allen mengatakan jika dia akan mengajak Freesia dan Leon mengantarkan Lily ke sekolah. Allen sudah memberitahukan Freesia tentang situasi Reyn dan dia ingin Freesia menemui Reyn agar anak itu tidak terlalu waspada pada orang dewasa.Mungkin karena perlakuan orang-orang panti asuhan, anak itu terlalu waspada pada orang dewasa. Karena itu, dia selalu menolak bantuan guru-guru sekolahnya. Dia pertama kali membuka diri pada Lily yang berkeras menemaninya seharian kemarin.Ketika mereka tiba di sekolah Lily, Leon tertidur. Kepala sekolah Lily yang sudah dihubungi Allen dan menyambut mereka di gerbang, mengantarkan Freesia ke ruang kesehatan agar Leon bisa tidur dengan nyenyak di sana. Freesia memercayakan Leon pada dua pengasuh dan dua pengawal sebelum dia pergi ke tempat Lily dan Reyn berada. Sementara, Allen pergi ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah panti asuhan Reyn dengan pihak sekolah.Salah

  • Salah Jodoh   97 – School

    Lily baru masuk ke ruang kelasnya ketika melihat salah satu teman sekelasnya didorong temannya yang lain hingga jatuh terjengkang ke belakang.“Jangan dekat-dekat! Bajumu jelek!” hardik Lucy yang mendorong teman sekelas Lily yang lainnya tadi.Lily bergegas menghampiri Reyn, anak laki-laki yang didorong Lucy hingga jatuh tadi. Reyn adalah anak yang baru masuk beberapa hari terakhir ini. Dia adalah anak dari panti asuhan. Dia masuk ke sekolah ini sebagai murid beasiswa. Lily dengar, salah satu guru kesenian di sekolahnya melihat kemampuan menggambar Reyn dan menawarkan beasiswa untuk Reyn.“Kenapa kalian jahat sekali pada Reyn?!” tegur Lily.“Lily, kau jangan dekat-dekat dengan dia! Kau tidak lihat bajunya? Jelek dan kotor. Bajumu bisa ikut kotor!” Lucy heboh.Memang yang dikatakan Lucy tidak salah tentang baju seragam Reyn yang jelek karena warnanya pudar dan kotor karena noda yang tidak hilang meski telah dicuci. Sepertinya itu seragam bekas. Namun, dia tidak harus mengatakannya deng

  • Salah Jodoh   96 – Kehidupan Normal

    Beberapa bulan kemudian …Pintu kamar tidur Allen dan Freesia terbuka lebar dan Lily yang sudah memakai seragam sekolah, menghambur masuk sembari berseru,“Selamat pagi, Mama, Papa, Leon!”“Selamat pagi, Kakak Lily,” Freesia yang duduk bersandar di kepala tempat tidur sembari menyusui putranya, Leon, membalas sembari tersenyum.“Lily, jangan ganggu adikmu,” Allen mengingatkan Lily.“Papa, kapan aku mengganggu Leon?” protes Lily sembari melepas sepatu sekolahnya dan naik ke tempat tidur.Bahkan setelah dia memprotes peringatan Allen, dia langsung menciumi pipi Leon yang sedang menyusu. Akhirnya, seperti biasa, Leon mulai risih dan merengek.“Lihat itu, kau mengganggunya!” tuding Allen.“Aku hanya memberinya ciuman selamat pagi,” Lily beralasan sembari mundur.Freesia hanya tersenyum geli sembari menenangkan Leon. “Leon sepertinya masih mengantuk. Nanti setelah dia tidur, kita sarapan bersama, ya, Kakak Lily?”“Ya, Mama,” jawab Lily riang.Setelah Leon tertidur, Allen memindahkan Leon k

  • Salah Jodoh   95 – New Home

    “Mama masih sedih?” tanya Lily dengan nada sedih.Freesia tersenyum dan menggeleng. “Maaf, Mama membuatmu khawatir,” sesalnya.Lily menggeleng. “Mama jangan sedih lagi. Kan, Mama sudah bilang sendili, aku bisa belmain ke lumah itu lagi kapan pun aku ingin. Itu belalti, Mama juga bisa pelgi ke sana kapan pun Mama ingin.”Freesia tersenyum sendu dan mengangguk. Padahal ia yang mengatakan itu pada Lily, tapi justru Freesia yang bereaksi seperti ini. Lily bahkan tak menangis ketika berpisah dengan orang-orang rumah Allen tadi. Namun, justru Freesia yang menangis. Val bahkan menertawakan Freesia hingga Lily mengomelinya dan mereka berdebat sampai detik terakhir perpisahan mereka tadi.“Lily benar, Freesia,” ucap Allen sembari merangkul Freesia. Pria itu duduk di sebelah kanan Freesia. “Aku tak tahu apa yang membuatmu sesedih itu ketika rumah itu penuh dengan aturan yang tak bisa memberi kau atau Lily kebebasan.”“Tapi, itu adalah rumahmu, Allen,” Freesia berkata. “Aku tahu, kau punya banya

  • Salah Jodoh   94 – Preparation

    “Aku akan mendukung rencana kalian mengambil alih perusahaan keluarga Martin,” Brand berkata. “Dan kurasa, Mary juga pasti tidak akan keberatan dengan itu. Well, jika itu untuk cucunya, dia akan memberikan apa pun.”“Kau … mengenal nenekku?” Freesia tampak terkejut.Brand tersenyum. “Aku banyak belajar dari Mary tentang bisnis.”“Oh …”“Dia juga pernah memintaku untuk membantu cucunya jika suatu saat dia tertarik dengan bisnis keluarganya,” lanjut Brand.Freesia tersenyum sendu. “Aku benar-benar … sudah tidak adil pada nenekku,” ucapnya. “Aku selama ini selalu berpikir jika dia hanya memaksaku melakukan hal yang tak kuinginkan. Tapi, aku sekarang sadar, dia melakukan semua itu benar-benar untukku. Karena seandainya orang tuaku masih ada … dia hanya ingin aku melakukan apa yang kuinginkan.”Brand mengangguk. “Nenekmu punya impian untuk menghabiskan waktu tuanya bermain denganmu,” Brand berkata.Freesia mengernyit dan tampak akan menangis.“Aku tahu kau sudah salah paham tentang nenekmu

  • Salah Jodoh   93 – Forward

    Ketika Lily tidur setelah makan siang, Allen mengajak Freesia ke ruang kerjanya karena Brand ingin bicara dengan mereka. Freesia tidak tahu banyak tentang Brand selain jika dia adalah kakak sulung Allen dan dia adalah bos di rumah ini sebelum Allen.Tunggu. Bagaimana jika Brand tak menyetujui hubungan Freesia dengan Allen? Dia mungkin akan memberi Freesia uang untuk meninggalkan Allen. Tidak, tidak. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Freesia juga sedang hamil anak Allen.Jika bukan itu … apa dia akan memarahi Freesia? Itu masuk akal. Mengingat bagaimana tadi pagi mereka semua berjemur di tepi kolam renang sambil mendengarkan lagu anak-anak. Meski ayah Allen sepertinya tak keberatan dan menikmati waktu bersantai mereka tadi, tapi Freesia tak tahu bagaimana reaksi Brand. Pria itu juga tak banyak bicara sepanjang pagi tadi.“Um … Allen,” panggil Freesia dalam perjalanan ke ruang kerja pria itu.“Kenapa, Freesia?” tanya pria itu.“Kakakmu itu … dia orang yang bagaimana?” tanya F

  • Salah Jodoh   92 – Family

    Freesia terkejut ketika melihat seorang pria yang tak dikenalinya ada di ruang makan saat ia masuk ke sana bersama Allen dan Lily untuk sarapan. Pria itu memakai topeng setengah wajah yang menutupi bagian mata kanan hingga pipinya. Lily yang juga tampaknya terkejut, menarik-narik ujung baju Freesia.Freesia menoleh dan mendapat Lily sudah bersembunyi di belakangnya. Reaksinya nyaris sama dengan saat ia bertemu ayah Allen. Freesia sudah akan menggendong Lily, tapi lagi-lagi Allen bergerak cepat dan menggendong anak itu lebih dulu.“Itu Brand,” Allen menyebutkan.Brand? Brand, kakak Allen? Namun, bukankah dia sudah …?“Bland?” tanya Lily.“Ya,” jawab Allen. “Dia kakakku. Jadi, dia adalah ommu.”“Om?” Lily mengerutkan kening. “Apa dia … kelualgaku?”Allen tersenyum kecil. “Ya. Dia keluargamu.”“Whoaaa …” Lily ternganga takjub. “Kelualgaku beltambah lagi. Setelah nenek, kakek, sekalang aku punya om!” Lily terkekeh.Freesia memperhatikan ekspresi sendu Brand yang tertuju pada Lily. Jadi …

DMCA.com Protection Status