"Tita Shanum," sapa Ken menepuk pipiku, aku terkesiap kaget. Aku melamun."Maaf, aku tadi lagi bayangin kita nikah." Astaga, konyol!"Cieee ... Sini peluk," goda Ken."Kenzo, jitak nih."Kenzo malah mencium pipiku, aku mencubit pinggangnya."Aku ikhlas mau dicubit sampe bengkak pun kalo buat cium kamu," ujarnya."Heh," tangkasku sambil kembali mencubit pinggangnya."Sini cium lagi," pintanya."Kenzooooooo ...," teriakku, kupukul juga lengan atasnya. Tanpa meringis dia malah tertawa."Kamu tuh gemesin." Dia menjawil pipiku.Alarm di ponselku berbunyi, tanda memo mengingatkan kalau hari ini dan jam ini ada janji."Astagfirallah, Ken, aku ada janji ketemu bu ustadzah Fitri.""Gak usah panik, yuk aku antar.""Alhamdulillah, ayok. Kita ke jalan Gatot Subroto ya tepatnya di mesjid agung.""Siap nyonya," katanya berdiri dengan tegap. Kenzo memang ganteng, putih tapi gagah. Apa mungkin bapak kandungnya juga ganteng, ya tuhan masih sempat mikir demikian aku ini."Silahkan tuan putri," seru Ke
Magbasa pa