Home / Romansa / Tetangga Manisku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tetangga Manisku: Chapter 41 - Chapter 50

104 Chapters

Semangkuk Ramen

"Ini villa utamanya bang. Ada empat kamar, ruang tamu, ruang keluarga dan pantry yang menyatu dengan ruang makan." Nana membuka pintu kaca geser dan menggesernya lebar-lebar."Hanya satu lantai ya?" Erick perlahan memasuki bangunan utama."Iya, karena memang menonjolkan desain tradisional, jadi tidak bisa dibuat dua lantai. Tapi ada tiga buah paviliun, di kanan, kiri dan yang kamarku tadi." Nana menunjuk dua buah bangunan lainnya."Bisa lebih privasi ya." Erick kini membuka pintu kamar utama."Aku suka desainnya dan penghawaannya. Tanpa pendingin ruangan, cukup sejuk lho, ikan." Komentarnya saat berkeliling kamar."Iya, memang didesain seperti itu. Mau ke paviliun?" Nana duduk di atas tempat tidur memperhatikan Erick yang tengah mengambil beberapa foto sudut-sudut villa dan kamar."Boleh, tapi setelah ini ya. Abang mau ambil foto-foto dulu." Erick masih sibuk mengambil foto dari beberapa sudut.Nana hanya tersenyum dan masih duduk di atas tempat tidur. Sejujurnya dia jarang mengunjung
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

Cemburu

Suasana villa setiap sore hampir selalu ramai. Ternyata kawan yang dimaksud oleh Erick adalah saudara-saudaranya dari Papua dan Manado. Mereka berlibur di Bali dan menyewa villa selama dua minggu.Nana mempercayakan semua urusan di villa pada Mbak Dian dan Mbok Made, dua karyawannya yang telah cukup lama bekerja padanya. Keduanya sudah memahami job desk mereka hingga Nana hanya mengawasi dan memastikan semuanya sesuai dengan permintaan para tamu.@Erick[Ikan][Nanti malam mereka mau ngadain pesta barbeque]Pesan itu diterima Nana di pagi hari saat dia baru saja bersiap hendak ke toko kue di Seminyak.@Nana[Oke][Nanti aku siapkan][Abang rinci saja menu yang mereka mau]@Erick[Ah atur sajalah ikan][Mereka pemakan segala][Batu dan pasir saja mereka nggak doyan][Wkwkwkwkw]@Nana[Hahahaha][Oke-oke][Nanti aku siapkan]@Erick[Terimakasih ya ikan]@Nana[Sama-sama bang]Nana menggelengkan kepalanya dan bergegas berpamitan pada Mbak Siti. Akhir-akhir ini dia cukup sibuk dengan toko-
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

Seperti Biasa

Nana menatap bayangan dirinya di cermin. Wajahnya masih sedikit sembab dengan mata yang juga sedikit membengkak.Perlahan dikompresnya wajah dan matanya dengan es batu yang dibungkus kain flanel yang lembut. Salah satu triknya untuk menyegarkan wajahnya di saat darurat."Ibu!" Ketukan di pintu kamarnya dan seruan memanggilnya mengejutkan Nana."Masuk!" Balasnya dengan suara parau.Setelah menangis, suaranya memang terasa serak dan matanya juga bengkak. Rasanya akan sangat tidak mengenakkan jika dia memaksakan diri untuk berbaur dengan para tamu."Ibu semua sudah siap. Tamu juga sudah pulang dari diving." Lapor Mbok Made sembari meletakkan secangkir kopi panas dan pisang goreng di atas meja di sebelah meja rias."Kalau begitu suruh Mas Agus mulai bakar-bakar. Nanti saya menyusul ke sana." Nana tersenyum tipis menyembunyikan kekacauan hatinya."Ibu kenapa? Ingat bapak lagi ya?" Mbok Made tertegun menatapnya."Sudah ibu jangan ingat-ingat bapak lagi. Bapak sudah tenang di sana." Perlahan
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

Drama Omil

"Omil sini Omil. Pus!Pus!" Alvin berusaha meraih Omil yang duduk di atas pagar tembok yang berbatasan dengan villa milik Nana.Kucing putih itu berdiri namun tidak bergerak sama sekali. Sepertinya dia ketakutan karena tidak bisa turun lagi."Alvin!" Sebuah teriakan mengejutkan bocah itu."Omil sana sembunyi." Bisiknya pada kucing gemuk lucu itu."Meow." Omil hanya mengeong pelan dan seperti mengerti ucapan Alvin padanya, dia kembali duduk diam dan tak bersuara lagi."Alvin ngapain di sini? Dipanggil mami tuh!" Seorang gadis cantik keluar dari bangunan utama villa dan menegur Alvin."Lagi main Tante." Alvin menundukkan kepalanya."Oh, ayo masuk!" Gadis itu meraih tangan Alvin dan mengajaknya masuk."Alvin mau main di sini Tante." Alvin menolak dan menghindari gadis itu."Tapi Alvin dipanggil mami lho. Nanti mami marah, ayo masuk!" Gadis itu memaksa Alvin dan setengah menyeretnya."Nggak mau Tante! Nggak mau! Alvin mau main sama Omil!" Alvin berteriak dan memberontak.Alvin tiba-tiba men
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

Aku Tidak Mau Kehilangan Lagi

Erick melakukan mobilnya lebih kencang, membelah By Pass Ngurah Rai. Sementara Nana duduk di sebelahnya memangku Omil.Air mata tidak henti mengalir di pipinya. Nana sangat tidak tega melihat kondisi kucing kecilnya yang lemah tidak berdaya."Dia masih bernapas kan?" Erick melirik kucing kecil itu dengan cemas."Masih bang, tapi sudah lemah sekali." Nana menjawab terbata-bata di sela Isak tangisnya."Omil, baik-baik ya nak." Bisiknya sembari memeluk dan menciumi kucing berbulu putih itu.Erick terenyuh menyaksikan adegan itu. Dia tahu Nana sangat menyayangi kucing-kucingnya dan mengerti perasaannya saat ini. Khawatir dan takut sekaligus sedih terlihat jelas di raut wajahnya.Perlahan diusapnya kepala wanita itu dengan sayang untuk menghiburnya. Erick tidak peduli di bangku belakang, Jeje memperhatikannya dengan malu-malu. Gadis remaja itu segera menundukkan kepalanya dan membujuk Alvin yang juga tengah menangis."Abang aku takut, ada apa-apa dengan Omil. Dia masih kecil." Nana kembali
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

Berubah

Tania mondar-mandir di teras dan sesekali melongokkan kepalanya ke jalanan di depan villanya. Tidak ada mobil ataupun bahkan sepeda motor yang lewat.Jalan di depan memang bukanlah jalanan umum yang dilalui kendaraan. Hanya jalan komplek yang buntu. Hanya penghuni villa-villa di sepanjang jalan ini yang kerap berlalu lalang."Kak duduklah! Jangan mondar-mandir seperti seterika begitu!" Jeny menegurnya dan memintanya untuk duduk bersamanya."Bagaimana kakak bisa tenang Jen! Abangmu pergi lho sama perempuan itu!" Tania berseru kesal, menghentakkan kakinya."Itu kan karena kucingnya ditendang kakak! Jadi Bang Erick nggak enak hati sama perempuan itu." Jeny bersungut kesal melihat kegelisahan sang kakak."Jadi kamu menyalahkan kakak?" Tania berbalik dan menatap sang adik tajam."Duduk gih kak. Sambil kita ngobrol." Jeny kembali mengajaknya untuk duduk.Tania mendesah kesal, namun akhirnya menjatuhkan tubuhnya di atas kursi rotan di sebelah Jeny."Kakak kenapa sih? Coba deh untuk santai da
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

Nasi Goreng

Erick keluar dari kamarnya sembari mengancingkan lengan kemejanya. Tertegun sejenak saat melihat kopi, toast, omelet dan buah potong tertata rapi di atas meja makan."Je!" Teriaknya memanggil gadis remaja yang tengah merapikan kamar Alvin."Iya Pak." Tergopoh-gopoh Jeje mendatangi Erick."Ini siapa yang siapin?" Erick mengambil cangkir kopi dan menyesapnya pelan.Tiba-tiba dia tersedak dan menyemburkan kopinya. Jeje terkejut dan bergegas mengambilkan tissu untuknya. Antara takut, kasihan sekaligus ingin tertawa membuat ekspresi gadis itu terasa aneh."Manis sekali!" Erick meringis tersenyum kecut."Ibu yang bikin Pak." Jeje menyahut pelan, agak ragu."Oh, Je bikinkan kopi seperti biasa ya." Erick duduk di kursi dan mengambil selembar toast.Perlahan dikunyahnya roti panggang berlapis keju itu pelan-pelan. Setelah itu dia menyicipi omeletnya."Enak sih." Gumamnya lirih."Ini kopinya Pak." Jeje kembali datang dengan secangkir kopi panas mengepul."Terimakasih ya Je. Oh iya, kamu kalau si
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

Tidak Bisa Melupakanmu

Nana menjemput Omil beberapa hari kemudian. Kucing kecil itu sudah sehat dan ceria lagi. Beberapa hari ini bukan hanya Nana yang gelisah, Cleo induk Omilpun kerap membuatnya senewen.Kucing itu berkali-kali menggaruk-garuk pintu kamarnya seakan-akan menanyakan anaknya. Sedangkan Glacie pun turut ketularan kegelisahan Cleo. Hanya Yuki dan Kimy serta Tony yang tidak peduli.Glacie kerap bermain bersama Omil dan Yuki. Ketiga kucing kecil itu meski berbeda jenis dan ukuran tetapi sangat dekat. Mereka seperti memiliki ikatan yang kuat.Cleo segera berlari menyambut Omil dan menjilatinya dengan sayang, begitu Nana melepaskan Omil dan membiarkannya membaur dengan induk dan kucing-kucing lainnya."Omil, lihat tuh mamamu kangen." Nana tertawa sembari menggaruk-garuk leher Cleo.Dia duduk di dekat kucing-kucingnya dan bermain bersama mereka. Mbak Siti hanya menggelengkan kepalanya. Dia sudah terbiasa dengan keakraban Nana dan hewan-hewan berbulu itu.Nana sangat telaten merawat kucing-kucing itu
last updateLast Updated : 2023-04-19
Read more

Tiba Di Singapura

Nana menyeret travel bagnya, menelusuri koridor Bandara Chang'i yang menuju keluar. Bandara yang merupakan salah satu bandara tersibuk di kawasan Asia itu, dipenuhi lalu lalang para penumpang, calon penumpang dan para penjemput.Perlahan Nana menuju pintu keluar bandara yang menuju ke stasiun MRT. Dia selalu melanjutkan perjalanan ke kawasan Chinatown dengan menggunakan MRT.Meski ada bus dan taxi tapi dirasanya lebih nyaman dengan menggunakan transportasi umum seperti MRT. Selain mudah dan terjangkau, pelayanan dan keamanannyapun terjamin.Setelah selesai dengan segala urusan imigrasi, Nana menyiapkan kartu Ezlink untuk naik MRT. Cukup lama tinggal di Singapura dan harus sering mondar-mandir ke negeri Singa ini membuatnya familiar dengan kehidupan di sini.Chinatown adalah tujuannya, karena tokonya berada di kawasan yang ramai itu. Setelah membeli tiket MRT jurusan Tanah merah dan Teluk Ayer sekaligus, dengan mendorong travel bagnya dia menuju peron menunggu kedatangan MRT yang henda
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

Kenangan

Sudah melewati tengah malam saat Nana menutup pintu toko rotinya. Jeny sudah pulang sedari tadi. Nana sengaja duduk seorang diri di sudut tokonya, menikmati pemandangan malam di Ann Siang Hill.Salah satu kawasan Pecinan yang cukup populer di Singapura ini menjadi tempat favoritnya semasa bekerja di negeri ini. Waktu itu dia baru lulus dari studynya dan mendapatkan tawaran untuk magang di sebuah hotel di kawasan CBD, Singapura.Mengingat masa-masa itu membuatnya sedikit merindukan masa lalunya. Jika diingatnya dengan baik, sejujurnya ada banyak hal yang pernah terjadi sepanjang hidupnya.Masa kecilnya yang di sebuah kampung kecil yang tertinggal dan berada di tengah keluarga besar yang hiruk pikuk menjadi salah satu bagian terindah dalam hidupnya sekaligus meninggalkan trauma yang membekas hingga kini.Eyang putri, ibu dari ibu kandungnya, telah banyak meninggalkan bekas-bekas kebencian dan rasa malu yang sulit dilupakannya. Tak terbilang beberapa kali wanita tua itu membuatnya menangg
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status